Warga Pelosok Daerah Kini Lebih Mudah Membeli Produk Elektronik

Kamis, 22 Desember 2016 - 15:54 WIB
Warga Pelosok Daerah Kini Lebih Mudah Membeli Produk Elektronik
Warga Pelosok Daerah Kini Lebih Mudah Membeli Produk Elektronik
A A A
JAKARTA - Jargon “Om Telolet Om!”’ menjadi viral di dunia maya dalam semalam, cepatnya penyebaran kelakar receh khas Indonesia tak luput dari peran internet dan media sosial yang membicarakan hal ini terus menerus.

Bahkan, jargon ini telah dikenali oleh musisi Barat yang ada di belahan benua yang berbeda dengan Indonesia. Media sosial dan peran netizen yang sering menyebarluaskan melalui piranti telepon pintar membuat sebuah berita terdengar hingga seluruh wilayah Indonesia. Hal ini tidak lepas dari peran telepon pintar yang berkoneksi internet yang menjamur di kalangan masyarakat Indonesia beberapa tahun terakhir ini. Tingginya penjualan perangkat elektronik berbasis komunikasi di tahun 2016 dipercaya menjadi menjadi faktor pendukung utama.

Berdasarkan hasil riset International Data Corporation (IDC) mengenai penjualan produk elektronik secara global pada kuartal I tahun 2016 saja mencapai US$ USD 1,28 miliar. Lebih spesifik lagi, penjualan produk telpon genggam ponsel dengan segmen harga US$ 100-200 atau ponsel dengan harga Rp 1-3 juta tetap menjadi produk yang paling diburu masyarakat

Indonesia. Sedangkan ponsel dengan segmen harga US$ 250-300 atau ponsel dengan harga Rp 3-4 juta mengalami pertumbuhan secara signifikan. Lebih jauh IDC menyatakan, Indonesia diprediksi akan mengalami puncak musim belanjanya di kuartal IV 2016. Meskipun demikian, tidak semua masyarakat Indonesia dapat membeli produk elektronik, khususnya telepon pintar dengan mudah, apalagi yang tinggal di pelosok daerah yang mungkin mengalami kendala dalam hal distribusi.

Andre, warga Jetis Daerah Istimewa Yogyakarta merasakan betul perbedaan ini. Sebelumnya ia adalah pemuda lokal yang bekerja di kios ponsel di Pasar Kranggan, Kabupaten Bantul. Tingginya permintaan akan beberapa tipe telpon genggam yang diinginkan pelanggan tidak didukung oleh ketersediaan pasokan barang dari distributor daerahnya. Tidak hanya warga sekitar, masyarakat asli Bantul Kota hingga pelosok desa Wates, Kulon Progo kerap datang jauh - jauh demi medapat telpon genggam dari kota terdekat. Andre yang selalu memiliki keinginan untuk memiliki kios elektroniknya sendiri, pun mencoba mencari jalan keluar. Kini ia mandiri merintis usaha dagang elektronik lewat aplikasi

KUDO tanpa mengeluarkan modal besar, stok barang, dan kepemilikkan gudang karena apapun produk yang pelanggan inginkan, dapat ia akses hanya lewat genggamannya kini. Dari pegawai kios telpon genggam dengan gaji di bawah UMR, Mas Andre kini meraup keuntungan bersih mencapai 30 juta rupiah perbulannya.

Akhir tahun merupakan momentum yang pas untuk menghadiahi anggota keluarga sesuatu yang berharga, sebuah ponsel baru misalnya. Hal ini menjadikan KUDO berniat untuk memudahkan masyarakat, dalam mendapat ponsel baru lewat berdagang online. KUDO sendiri adalah pionir platform berdagang online di Indonesia telah memberi kesempatan ke lebih dari 250 ribu masyarakat untuk dapat berdagang jutaan variasi produk lewat genggamannya. KUDO memiliki misi untuk menciptakan 1 juta pengusaha digital Indonesia di tahun 2018 nanti.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9073 seconds (0.1#10.140)