Butuh Komitmen untuk Memproduksi Mobil Listrik di 2020

Butuh Komitmen untuk Memproduksi Mobil Listrik di 2020
A
A
A
JAKARTA - Rencana pemerintah mewujudkan mobil listrik nasional terus dikonkretkan. Namun untuk memproduksi massal pada 2020 nanti, komitmen dibutuhkan terutama untuk penyediaan komponen.
Pemerintah melalui Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi sudah membentuk tim untuk mengembangkan kendaraan hemat energi tersebut. Ditargetkan pada 2020 mobil listrik karya anak bangsa dapat diproduksi. (Baca juga : Pemerintah Target Ciptakan Mobil Listrik pada 2020 )
Tim itu nantinya akan terdiri atas Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta empat perguruan tinggi negeri, yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Kemenristek Dikti optimistis tim mampu merealisasikan terobosan besar dalam dunia transportasi Tanah Air itu.
Menristek Dikti M Nasir mengatakan, empat perguruan tinggi tersebut terpilih karena memiliki konsentrasi di bidang pengembangan baterai, mekatronik, material, dan elektronika mobil listrik. Kemampuan itu nanti akan saling dikombinasikan. "Mereka akan bersinergi satu sama lain dalam perakitan komponen mobil listrik. Jadi yang punya kelebihan ini kami gabungkan jadi satu," ujar Nasir.
Keinginan pemerintah ini pun disambut baik Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo). Sekjen Gaikindo Kukuh Kumara mengungkapkan, industri automotif nasional menyambut baik rencana pengembangan mobil listrik. Dari sisi manufaktur tidak ada masalah karena bodi mobil bisa diproduksi di dalam negeri. Namun beberapa hal tetap harus diperhatikan, misalnya kesiapan industri komponen. "Muaranya memang ke arah mobil listrik, tapi ada tahapan-tahapan yang mesti dilalui,"ujarnya.
Selain komponen, dia juga mengingatkan tentang harga. Jangan sampai harga mobil listrik kelak tidak terjangkau oleh masyarakat. "Mobil hybrid yang juga menggunakan energi listrik (baterai) saja harganya sangat mahal. Padahal, mobil hybrid merupakan fase terdekat menuju full electric," katanya.
Hal senada diungkapkan pengamat automotif Johnny Darmawan. Menurut dia, langkah pemerintah mengembangkan mobil listrik patut di dukung mengingat tujuannya adalah menekan emisi gas buang dan penghematan energi. Namun, banyak hal yang harus diperhatikan sebelum memutuskan untuk mengeluarkan regulasi khusus mobil listrik. Paling penting adalah kesiapan industri.
"Untuk mobil full electric persiapannya cukup panjang. Banyak hal yang harus dilakukan termasuk melakukan serangkaian pengujian. Misalnya terkait durability mobilnya dan daya tahan baterai di iklim tertentu," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Industri ini.
Tak hanya itu, masalah infrastruktur juga harus diperhatikan. Misalnya, lokasi pengisian baterai, jaringan diler, bengkel hingga jaringan spare part. Selain itu, edukasi kepada para pengguna karena ada beberapa hal yang berbeda pada teknologi mobil listrik dan mobil konvensional.
Pengamat automotif Bebin Djuana berharap rencana pemerintah memproduksi mobil listrik bukan hanya jadi proyek mercusuar. Seiring makin canggihnya teknologi, mengembangkan mobil listrik justru jauh lebih mudah ketimbang membuat mobil dengan mesin pembakaran.
Menurut Bebin pembuatan mobil listrik memang harus dilakukan komprehensif. Mobil listrik harus dipikirkan dari awal hingga akhir. Yang dimaksud di akhir adalah masalah limbah baterai dari mobil listrik. Dia mengatakan setelah lima tahun pemakaian mobil listrik akan muncul dampak buat lingkungan. "Kesan awal dari mobil listrik itu memang zero emission, tapi setelah itu, mau dibuang kemana baterai tersebut," tegasnya.
Untuk itu dia sangat berharap pemerintah benar-benar melibatkan banyak pihak untuk mempertimbangkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk memproduksi mobil listrik. (Neneng Zubaedah/Anton C/Wahyu Sibarani/Sindonews)
Pemerintah melalui Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi sudah membentuk tim untuk mengembangkan kendaraan hemat energi tersebut. Ditargetkan pada 2020 mobil listrik karya anak bangsa dapat diproduksi. (Baca juga : Pemerintah Target Ciptakan Mobil Listrik pada 2020 )
Tim itu nantinya akan terdiri atas Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta empat perguruan tinggi negeri, yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Kemenristek Dikti optimistis tim mampu merealisasikan terobosan besar dalam dunia transportasi Tanah Air itu.
Menristek Dikti M Nasir mengatakan, empat perguruan tinggi tersebut terpilih karena memiliki konsentrasi di bidang pengembangan baterai, mekatronik, material, dan elektronika mobil listrik. Kemampuan itu nanti akan saling dikombinasikan. "Mereka akan bersinergi satu sama lain dalam perakitan komponen mobil listrik. Jadi yang punya kelebihan ini kami gabungkan jadi satu," ujar Nasir.
Keinginan pemerintah ini pun disambut baik Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo). Sekjen Gaikindo Kukuh Kumara mengungkapkan, industri automotif nasional menyambut baik rencana pengembangan mobil listrik. Dari sisi manufaktur tidak ada masalah karena bodi mobil bisa diproduksi di dalam negeri. Namun beberapa hal tetap harus diperhatikan, misalnya kesiapan industri komponen. "Muaranya memang ke arah mobil listrik, tapi ada tahapan-tahapan yang mesti dilalui,"ujarnya.
Selain komponen, dia juga mengingatkan tentang harga. Jangan sampai harga mobil listrik kelak tidak terjangkau oleh masyarakat. "Mobil hybrid yang juga menggunakan energi listrik (baterai) saja harganya sangat mahal. Padahal, mobil hybrid merupakan fase terdekat menuju full electric," katanya.
Hal senada diungkapkan pengamat automotif Johnny Darmawan. Menurut dia, langkah pemerintah mengembangkan mobil listrik patut di dukung mengingat tujuannya adalah menekan emisi gas buang dan penghematan energi. Namun, banyak hal yang harus diperhatikan sebelum memutuskan untuk mengeluarkan regulasi khusus mobil listrik. Paling penting adalah kesiapan industri.
"Untuk mobil full electric persiapannya cukup panjang. Banyak hal yang harus dilakukan termasuk melakukan serangkaian pengujian. Misalnya terkait durability mobilnya dan daya tahan baterai di iklim tertentu," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Industri ini.
Tak hanya itu, masalah infrastruktur juga harus diperhatikan. Misalnya, lokasi pengisian baterai, jaringan diler, bengkel hingga jaringan spare part. Selain itu, edukasi kepada para pengguna karena ada beberapa hal yang berbeda pada teknologi mobil listrik dan mobil konvensional.
Pengamat automotif Bebin Djuana berharap rencana pemerintah memproduksi mobil listrik bukan hanya jadi proyek mercusuar. Seiring makin canggihnya teknologi, mengembangkan mobil listrik justru jauh lebih mudah ketimbang membuat mobil dengan mesin pembakaran.
Menurut Bebin pembuatan mobil listrik memang harus dilakukan komprehensif. Mobil listrik harus dipikirkan dari awal hingga akhir. Yang dimaksud di akhir adalah masalah limbah baterai dari mobil listrik. Dia mengatakan setelah lima tahun pemakaian mobil listrik akan muncul dampak buat lingkungan. "Kesan awal dari mobil listrik itu memang zero emission, tapi setelah itu, mau dibuang kemana baterai tersebut," tegasnya.
Untuk itu dia sangat berharap pemerintah benar-benar melibatkan banyak pihak untuk mempertimbangkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk memproduksi mobil listrik. (Neneng Zubaedah/Anton C/Wahyu Sibarani/Sindonews)
(bbk)