Komunitas ATS Gelar Baksos Teknik Terapi di Wisma Tuna Ganda

Senin, 10 September 2018 - 13:28 WIB
Komunitas ATS Gelar Baksos Teknik Terapi di Wisma Tuna Ganda
Komunitas ATS Gelar Baksos Teknik Terapi di Wisma Tuna Ganda
A A A
JAKARTA - Komunitas Aji Tapak Sesontengan (ATS) kembali menyelenggarakan bakti sosial dengan menggelar terapi penyembuhan rutin yang dilakukan seminggu sekali, yang kali ini bertempat di Wisma Tuna Ganda Palsigunung, Jakarta Timur (9/9). Teknik penyembuhan yang dikenal dengan terapi ATS ini merupakan salah satu teknik penyembuhan warisan leluruh nusantara untuk penyembuhan penyakit baik medis dan non medis.Penanggungjawab Bidang Hukum ATSGI Pusat, I Gede Agung Sanjaya D.SH mengatakan Teknik terapi penyembuhan ini terbilang sangat sederhana karena tidak butuh waktu lama untuk melakukannya. AJI Tapak Sesontengan memiliki makna Aji: ilmu, tapak: jejak, sesonthengan: doa yang tulus dalam hati. Sehingga bisa diartikan sebagai ilmu komunikasi untuk meninggalkan jejak kepada tubuh atau organ yang sakit dengan niat yang tulus dari dalam hati. Ilmu ini merupakan ilmu penyembuhan kuno dari nenek moyang, para leluhur dan sang hyang puri.

“ATS ini merupakan salah satu warisan budaya leluhur yang dalam prakteknya tidak menggunakan mantra doa atau apapun sejenisnya. Semua berdasarkan ucapan yang dilakukan istilahnya dengan ‘blok polos’ yakni ketulusan dan keikhlasan. Kita mengucapkan dalam hati dengan keinginan agar orang yang sakit mendapat kesembuhan. Teknik ATS ini lebih cepat penyembuhanya untuk orang yang memang tengah dalam keadaan sakit. Apabila pasien ini lebih sensitif efek dari teknik penyembuhan ATS ini akan lebih cepat terasa. Sekitar 80 persen teknik ini berhasil menyembuhkan,” papar Agung dalam keterangan persnya, Senin (10/9/2018).

Di lanjutkannya, untuk penyelenggaraan bakti sosial kali ini di Wisma Tuna Ganda Palsigunung, komunitas ATS melakukan terapi untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak-anak asuh di Wisma Tuna Ganda Palsigunung, Jakarta Timur. “Untuk yang stroke biasanya kami bangkitkan kembali saraf motorik. Caranya tak perlu pakai media apapun, hanya ditepuk-tepuk tempat yang terasa sakit, kemudian dengan orang yang sakit kita berbicara dengan bahasa hati dan bahasa ketulusan. Seperti itu saja tanpa alat, tanpa energi, tanpa godam atau pun hal gaib-gaib dan lainnya. Kami hanya berbekal ketulusan untuk membantu orang lain untuk mendapatkan kesembuhan,” tegas Agung.

Saat ini diakui Agung, Komunitas ATS tengah berkembang pesat di seluruh Indonesia bahkan di benua Eropa. Sebut saja, salah satu negara terdekat Malaysia disana telah ada hampir 100 orang praktisi ATS. Komunitas ATS kini sudah mencapai lebih dari 1600 orang seluruh indonesia. Kedepan komunitas ATS akan masuk ke daerah pedalaman.

Ditempat yang sama salah satu Pendiri ATSGI Pusat I Made Jidra, mengatakan komunitas ATS sifatnya universal, lintas agama, sehingga konsep penyembuhan terapi ATS ini seluruhnya untuk siapa saja. Dan yang terpenting konsep penyembuhan ini tidak dipungut biaya. “Yang kami lakukan ini tidak untuk dikomersilkan, mungkin ada sebagian yang terganggu dengan kehadiran kami. Tapi hal tersebut tidak menyurutkan niat kami yang memang ikhlas dan ingin mewariskan budaya penyembuhan yang telah ada ini. Komunitas ATS sendiri merupakan orang-orang yang basicnya punya pekerjaan, dan tergabung dalam komunitas ATS merupakan aktifitas kami masing-masing dengan niatan untuk berderma. Hanya dengan tepukan kami membantu mereka, tanpa membebani mereka degan rupiah,” ungkap Jidra.
Jidra memaparkan dalam komunitas ATS ada dua jenis tingkatan yakni kamitoa (penyebutan untuk master Aji Tapak Sesontengan) dan praktisi. Parktisi tidak bisa menciptakan murid atau praktisi baru, namun untuk kamitoa bisa menciptakan praktisi.“Cara mensonteng ini pun harus tepat tidak boleh melenceng, semakin kita fokus maka akan lebih cepat penyembuhannya. Kedepan kami akan terus-menerus melaksanakan bakti sosial. Setidaknya teknik penyembuhan ini dapat berguna bagi diri sendiri dulu, keluarga, baru untuk orang lain itu juga menjadi misi yang utama kami. Teknik penyembuhan ini sangat mudah hanya membutuhkan ketulusan dan kejujuran,” kata Jidra.

Kamitoa ATS Wilayah Bekasi dan Cibubur sekaligus pendiri Paguron Abhipraya Dharma Reksa Nurullatifa,mengatakan saat ini telah ada sebanyak kurang lebih sebelas titik lokasi baksos rutin yang wilayah Jabodebeka. “Saya sendiri sebagai kamitoa di ATS memiliki tanggung jawab untuk mencetak praktisi dan mendirikan paguron yakni tempat berkumpulnya kamitoa dan praktisi untuk melakukan sharing ilmu dan berbagi atau baksos. Kita hingga saat ini punya titik-titik lokasi baksos rutin di Jabodebeka”.

Nurullatifa yakin kedepan metode penyembuhan indonesia kuno ini akan semakin banyak diminati dan pihaknya akan terus banyak menghadirkan paktisi baru, sehingga diharapkan akan ada bakti sosial lainya yang dapat diselenggarakan.

“Baksos selalu rutin kami lakukan. Beruntungnya komunitas ini memiliki tim yang solid untuk bergerak bersama. Kita juga bersedia untuk on call. Mudahnya dimanapun tim kami berada, dibeda wilayah pun dapat saling membantu, kita bisa meminta bantuan praktisi terdekat untuk datang menyonteng orang yang sakit atau keluarga sendiri. Tanpa memungut biaya niat kami memang berbagi,” jelasnya sambil mengakhiri kunjungan komunitas ATS di Wisma Tuna Ganda Palsigunung, salah satu dari sebelas titik baksos yang digelar oleh Komunitas ATS Wilayah Jabodebeka.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0053 seconds (0.1#10.140)