Pabrik Serius Kembangkan, Era Mobil Terbang di Depan Mata
A
A
A
NEW YORK - Bila dulu mobil terbang hanya ada pada film fiksi ilmiah seperti Blade Runner (1982), kini mobil terbang sudah menjadi kenyataan. Era kendaraan jenis untuk menjadi salah satu alat mobilitas pun sudah di depan mata.
Progresivitas mewujudkan mobil terbang menjadi kenyataan tak terlepas dari keseriusan pabrikan mobil utama dunia seperti, Porsche, Daimler, dan Toyota. Mereka saling berlomba mendorong kehadiran purwarupa mobil terbaik sebelum memproduksinya secara massal.
Daimler, misalnya, tengah menyiapkan Volocopter. Toyota, melalui Toyota AI Ventures, berinvestasi untuk Joby Aviation yang memproduksi mobil listrik Tidak mau ketinggalan, Aston Martin menggandeng Cranfield University bersama perusahaan mesin pesawat serta mobil, Rolls-Royce, menggarap Volante Vision Concept. Porsche pun beraliansi dengan Boeing mengembangkan mobil terbang. Tak mau kalah, perusahaan automotif asal China, Geely, juga tengah mengembangkan mobil terbang bersama Terrafugia.
Hadirnya mobil terbangdianggap menjadi tonggak perubahan industri automotif dunia. Pandangan ini muncul karena mobil terbang dianggap menjadi solusi. Namun, pandangan skeptis juga tetap muncul. “Prediksi memang menarik, tetapi sebagian prediksi menyatakan masa depan tetap tidak diprediksi,” kata Andrew Blau, analis dari Deloitte Consulting.
Dia mengungkapkan, banyak faktor yang memengaruhi mobilitas di masa depan. Nilai dan konteks manusia yang berubah menjadikan pemahaman mobilitas juga berubah. Namun, kunci utama perubahan adalah pertumbuhan populasi, urbanisasi yang cepat, penduduk menua, perubahan iklim, dan akselerasi teknologi. “Mobil masa depan juga cenderung terkoneksi, otonomi, berbagi, dan listrik,” papar Blau.
Untuk mendukung pertumbuhan mobil terbang di masa depan, infrastruktur juga harus dipersiapkan dengan matang. Selain itu, regulasi dan faktor keselamatan menjadi hal yang sangat penting. “Saya pikir kita semakin dekat di mana sebagian orang akan menyediakan produk mobilterbang kepada pelanggan kapan pun, di mana pun, dan untuk siapa pun,” kata Mark Groden, CEO SKyrise, perusahaan mobilitas udara.
Di antara pabrikan, Daimler harus diakui paling siap. Dengan mendukung perusahaan Volocopter, Daimler sudah siap meluncurkan mobil terbang mereka tahun depan. Untuk menggarap proyek ini produsen mobil Mercedes ini berani berinvestasi cukup besar untuk mobil terbang Volocopter yang mampu mengangkut dua penumpang. Kendaraan ini didesain khusus untuk terbang di lingkungan urban.
Daimler, melalui lini perusahaannya yang fokus pada inovasi, Lab 1886, telah menyelesaikan uji coba terbangdi Eropa. Volocop terrencananya juga dipakai di Dubai. Bahkan, pabrikan mobil asal China, Geely, juga bergabung dengan menggelontorkan 50 juta euro.
“Volocopter merupakan dimensi baru dalam mobilitas urban. Mobil terbang itu bisa terbang dengan aman, tidak bising, dan bergerak cepat dalam tahapan implementasi. Volocopter akan menjadi solusidi tengah kemacetan yang menjadi permasalahan berbagai kota di dunia,” ungkap CEO Volocopter Florian Reuter dilansir Times Live.
Produsen mobil asal Jepang, Toyota, juga meluaskan bisnisnya melalui Toyota AI Ventures dengan berinvestasi senilai USD130 juta untuk Joby Aviation, perusahaan berbasis di California yang memproduksi mobil listrik. Rencananya, mobil terbang yang mereka beri nama Joby mampu mengangkut lima penumpang dan terbang sejauh 240 km dalam sekali pengisian bahan bakar.
Selain dari Toyota, Joby Aviation mendapatkan dukungan investor dari Silicon Valley dan Jet Blue Technology Ventures. “Salah satu wilayah yang kami eksplorasi adalah teknologi kalau perubahan fundamental adalah cara orang bepergian baik di darat, laut,maupun udara,” tutur Jim Adler, direktur operasional Toyota AIVentures, dilansir CNN.
Visi Joby Aviation adalah memproduksi mobil terbang yang aman dan nyaman sesuai dengan kecenderungan transportasi masa depan dalam pandangan Toyota AI Ventures. Mereka sepakat mengembangkan mobil masa depan yang berjaringan, otomatis, multimodal, dan bisa tersedia di mana-mana.
Menurut Bonny Simi, Presiden Jet Blue Technology Ventures, mobil terbang merupakan kombinasi keahlian dari industri automotif danpenerbangan. Untuk memproduksi massal, perlu melibatkan teknologi penerbangan untuk mewujudkannya. Kunci utama untuk industri tersebut adalah baterai karena menggunakan energi listrik. “Kenapa kita melihat semua pergerakan kearah pasar mobil listrik saat ini? Umumnya karena perkembangan teknologi,perkembangan baterai yang semakin maju,” kata Simi. “Saat ini keuntungan utama konsep mobil terbang adalah keselamatan, biaya, dan suara yang tidak bising.”
Produsen mobil mewah, Aston Martin, menggandeng Cranfield University, Inggris,dan Rolls-Royce. Mereka mengembangkan mobil terbang otonom yang disebut dengan Volante Vision Concept. Rolls-Royce menarget mobil terbang mereka bisa dijual kepasaran pada 2020-an. Mobil terbang tersebut memiliki sayap yang bisa dilipat dan enam mesin pendorong, empat diantaranya bisa dilipat.
Adapun Porsche, produsen mobil asal Jerman, beraliansi dengan Boeing dalam mengembangkan mobil terbang. Proyek tersebut masih dalam tahapan awal. Boeing juga sudah memiliki mobil terbang bernama Vahana yang sudah mengangkasa pada 2018 dan sukses menjalani uji terbang selama 100 kali.
Porsche Consulting memprediksi pasar mobil terbang mencapai 23.000 unit dengan nilai USD32 miliar pada 2035. Namun, itu semua setelah eksperimen selama satu dekade dan penguatan teknis, pembiayaan, dan operasional.
Geely menunjukkan keseriusannya menguasai teknologi mobil terbang. Selain bergabung dengan Daimler menggarap Volocopter, perusahaan ini pun telah berinvestasi besar-besaran untuk Terrafugia, start-up mobil terbang berbasis di California, Amerika Serikat.Terrafugia telah mengembangkan purwarupa mobil terbang yang diberi nama Terrafugia Transition. Mobil itu bisa dikendarai di jalanan seperti mobil pada umumnya dan bisa masuk garasi rumah. Namun, mobil itu juga bisa terbang layaknya pesawat. Pada November 2018 Terrafugia mendeklarasikan mobil terbang pertama akan diproduksi pada 2019. Setahun kemudian, itu akan diproduksi dalam jumlah besar. (Andika H Mustaqim)
Progresivitas mewujudkan mobil terbang menjadi kenyataan tak terlepas dari keseriusan pabrikan mobil utama dunia seperti, Porsche, Daimler, dan Toyota. Mereka saling berlomba mendorong kehadiran purwarupa mobil terbaik sebelum memproduksinya secara massal.
Daimler, misalnya, tengah menyiapkan Volocopter. Toyota, melalui Toyota AI Ventures, berinvestasi untuk Joby Aviation yang memproduksi mobil listrik Tidak mau ketinggalan, Aston Martin menggandeng Cranfield University bersama perusahaan mesin pesawat serta mobil, Rolls-Royce, menggarap Volante Vision Concept. Porsche pun beraliansi dengan Boeing mengembangkan mobil terbang. Tak mau kalah, perusahaan automotif asal China, Geely, juga tengah mengembangkan mobil terbang bersama Terrafugia.
Hadirnya mobil terbangdianggap menjadi tonggak perubahan industri automotif dunia. Pandangan ini muncul karena mobil terbang dianggap menjadi solusi. Namun, pandangan skeptis juga tetap muncul. “Prediksi memang menarik, tetapi sebagian prediksi menyatakan masa depan tetap tidak diprediksi,” kata Andrew Blau, analis dari Deloitte Consulting.
Dia mengungkapkan, banyak faktor yang memengaruhi mobilitas di masa depan. Nilai dan konteks manusia yang berubah menjadikan pemahaman mobilitas juga berubah. Namun, kunci utama perubahan adalah pertumbuhan populasi, urbanisasi yang cepat, penduduk menua, perubahan iklim, dan akselerasi teknologi. “Mobil masa depan juga cenderung terkoneksi, otonomi, berbagi, dan listrik,” papar Blau.
Untuk mendukung pertumbuhan mobil terbang di masa depan, infrastruktur juga harus dipersiapkan dengan matang. Selain itu, regulasi dan faktor keselamatan menjadi hal yang sangat penting. “Saya pikir kita semakin dekat di mana sebagian orang akan menyediakan produk mobilterbang kepada pelanggan kapan pun, di mana pun, dan untuk siapa pun,” kata Mark Groden, CEO SKyrise, perusahaan mobilitas udara.
Di antara pabrikan, Daimler harus diakui paling siap. Dengan mendukung perusahaan Volocopter, Daimler sudah siap meluncurkan mobil terbang mereka tahun depan. Untuk menggarap proyek ini produsen mobil Mercedes ini berani berinvestasi cukup besar untuk mobil terbang Volocopter yang mampu mengangkut dua penumpang. Kendaraan ini didesain khusus untuk terbang di lingkungan urban.
Daimler, melalui lini perusahaannya yang fokus pada inovasi, Lab 1886, telah menyelesaikan uji coba terbangdi Eropa. Volocop terrencananya juga dipakai di Dubai. Bahkan, pabrikan mobil asal China, Geely, juga bergabung dengan menggelontorkan 50 juta euro.
“Volocopter merupakan dimensi baru dalam mobilitas urban. Mobil terbang itu bisa terbang dengan aman, tidak bising, dan bergerak cepat dalam tahapan implementasi. Volocopter akan menjadi solusidi tengah kemacetan yang menjadi permasalahan berbagai kota di dunia,” ungkap CEO Volocopter Florian Reuter dilansir Times Live.
Produsen mobil asal Jepang, Toyota, juga meluaskan bisnisnya melalui Toyota AI Ventures dengan berinvestasi senilai USD130 juta untuk Joby Aviation, perusahaan berbasis di California yang memproduksi mobil listrik. Rencananya, mobil terbang yang mereka beri nama Joby mampu mengangkut lima penumpang dan terbang sejauh 240 km dalam sekali pengisian bahan bakar.
Selain dari Toyota, Joby Aviation mendapatkan dukungan investor dari Silicon Valley dan Jet Blue Technology Ventures. “Salah satu wilayah yang kami eksplorasi adalah teknologi kalau perubahan fundamental adalah cara orang bepergian baik di darat, laut,maupun udara,” tutur Jim Adler, direktur operasional Toyota AIVentures, dilansir CNN.
Visi Joby Aviation adalah memproduksi mobil terbang yang aman dan nyaman sesuai dengan kecenderungan transportasi masa depan dalam pandangan Toyota AI Ventures. Mereka sepakat mengembangkan mobil masa depan yang berjaringan, otomatis, multimodal, dan bisa tersedia di mana-mana.
Menurut Bonny Simi, Presiden Jet Blue Technology Ventures, mobil terbang merupakan kombinasi keahlian dari industri automotif danpenerbangan. Untuk memproduksi massal, perlu melibatkan teknologi penerbangan untuk mewujudkannya. Kunci utama untuk industri tersebut adalah baterai karena menggunakan energi listrik. “Kenapa kita melihat semua pergerakan kearah pasar mobil listrik saat ini? Umumnya karena perkembangan teknologi,perkembangan baterai yang semakin maju,” kata Simi. “Saat ini keuntungan utama konsep mobil terbang adalah keselamatan, biaya, dan suara yang tidak bising.”
Produsen mobil mewah, Aston Martin, menggandeng Cranfield University, Inggris,dan Rolls-Royce. Mereka mengembangkan mobil terbang otonom yang disebut dengan Volante Vision Concept. Rolls-Royce menarget mobil terbang mereka bisa dijual kepasaran pada 2020-an. Mobil terbang tersebut memiliki sayap yang bisa dilipat dan enam mesin pendorong, empat diantaranya bisa dilipat.
Adapun Porsche, produsen mobil asal Jerman, beraliansi dengan Boeing dalam mengembangkan mobil terbang. Proyek tersebut masih dalam tahapan awal. Boeing juga sudah memiliki mobil terbang bernama Vahana yang sudah mengangkasa pada 2018 dan sukses menjalani uji terbang selama 100 kali.
Porsche Consulting memprediksi pasar mobil terbang mencapai 23.000 unit dengan nilai USD32 miliar pada 2035. Namun, itu semua setelah eksperimen selama satu dekade dan penguatan teknis, pembiayaan, dan operasional.
Geely menunjukkan keseriusannya menguasai teknologi mobil terbang. Selain bergabung dengan Daimler menggarap Volocopter, perusahaan ini pun telah berinvestasi besar-besaran untuk Terrafugia, start-up mobil terbang berbasis di California, Amerika Serikat.Terrafugia telah mengembangkan purwarupa mobil terbang yang diberi nama Terrafugia Transition. Mobil itu bisa dikendarai di jalanan seperti mobil pada umumnya dan bisa masuk garasi rumah. Namun, mobil itu juga bisa terbang layaknya pesawat. Pada November 2018 Terrafugia mendeklarasikan mobil terbang pertama akan diproduksi pada 2019. Setahun kemudian, itu akan diproduksi dalam jumlah besar. (Andika H Mustaqim)
(nfl)