Perusahaan China Selangkah Lebih Maju dari Proton
A
A
A
JAKARTA - Upaya Proton Holdings Berhard membangun mobil nasional (mobnas) di Indonesia bersama PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL) tertinggal perusahaan automotif China. Perusahaan yang masih dirahasiakan namanya tersebut selangkah lebih maju dengan akan membangun pabrik di Karawang, Jawa Barat.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia (BKPM), Franky Sibarani mengungkapkan, mereka sudah mendapatkan izin prinsip kerja dan telah menyiapkan lahan seluas 6,7 hektare (ha) di Karawang.
"Mereka itu investasi baru. Mereka sudah dapat izin prinsip. Proses berikutnya izin lokasi, baru itu," ujarnya, Rabu (11/2/2015).
Ketika ditanya nama perusahaan yang akan berinvestasi, Franky masih merahasiakan termasuk nilai investasinya. "Ada kode etik. Jadi, enggak bisa sebutlah ya," ucapnya, sambil tersenyum.
Franky menjelaskan, investasi perusahaan automotif China dengan Proton berbeda. "Kalau Tiongkok (China) ini mereka mendaftar dulu baru melakukan survei, bukan kajian. Beda dengan pendekatan Proton yang laksanakan kajian dulu, baru diputuskan," terangnya.
Franky mengkhawatirkan kelanjutan investasi dari para penanam modal. Pasalnya, sebanyak 15.500 pemilik izin prinsip yang tercatat dalam data BKPM antara 2007-2012 mandek atau enggan merealisasikan investasinya dengan berbagai alasan.
"Alasan paling besar adalah izin yang sulit didapat di pusat maupun daerah. Alasan lainnya persaingan. Jadi sebelum terealisasi, mereka sudah dihantam dulu sama saingan," tandas Franky.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia (BKPM), Franky Sibarani mengungkapkan, mereka sudah mendapatkan izin prinsip kerja dan telah menyiapkan lahan seluas 6,7 hektare (ha) di Karawang.
"Mereka itu investasi baru. Mereka sudah dapat izin prinsip. Proses berikutnya izin lokasi, baru itu," ujarnya, Rabu (11/2/2015).
Ketika ditanya nama perusahaan yang akan berinvestasi, Franky masih merahasiakan termasuk nilai investasinya. "Ada kode etik. Jadi, enggak bisa sebutlah ya," ucapnya, sambil tersenyum.
Franky menjelaskan, investasi perusahaan automotif China dengan Proton berbeda. "Kalau Tiongkok (China) ini mereka mendaftar dulu baru melakukan survei, bukan kajian. Beda dengan pendekatan Proton yang laksanakan kajian dulu, baru diputuskan," terangnya.
Franky mengkhawatirkan kelanjutan investasi dari para penanam modal. Pasalnya, sebanyak 15.500 pemilik izin prinsip yang tercatat dalam data BKPM antara 2007-2012 mandek atau enggan merealisasikan investasinya dengan berbagai alasan.
"Alasan paling besar adalah izin yang sulit didapat di pusat maupun daerah. Alasan lainnya persaingan. Jadi sebelum terealisasi, mereka sudah dihantam dulu sama saingan," tandas Franky.
(dmd)