Ini Perjalanan SIS Merajut Asa Bangun Mobnas Indonesia
Jum'at, 13 Februari 2015 - 07:15 WIB

Ini Perjalanan SIS Merajut Asa Bangun Mobnas Indonesia
A
A
A
TANGERANG - Sebelum isu pengembangan mobil nasional (mobnas) menyeruak karena perjanjian kerja sama (MoU) antara PT Adiperkasa Citra Lestari dengan Proton Holding Hbd, Suzuki Indomobil Sales (SIS) telah merajut asa membangun mobnas asli Indonesia. Namun apa daya, hal tersebut sangat sulit dilakukan.
Komisaris PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) Subronto Laras bercerita, dirinya pernah memprakarsai membangun mobnas kala Suzuki telah berhasil memiliki mesin sendiri berkapasitas 1.0-liter yang dipakai di model Katana dan Carry. Dari mesin tersebut, pabrikan hanya tinggal merancang jubah alias bodi.
"Kami bahkan sudah berkerja sama dengan perusahaan Inggris, Reliant untuk membuat bodi. Tapi saat itu tidak jadi, karena untuk persyaratan standarisasi saja butuh biaya USD5 juta (kisaran Rp64 miliar). Sementara jualan waktu itu kecil, tidak bisa nutup jika dengan biaya segitu," tutur Subronto di Tangerang, Kamis (12/2/2015).
Kandas di percobaan pertama, Indomobil melirik pabrikan lain, yakni Mazda Motor Indonesia (MMI). Kerjasama berhasil dan membuahkan satu model yakni MR90. "MR" sendiri merupakan singkatan dari "Mobil Rakyat" yang sejatinya merupakan proyek nasionalisasi dari Mazda 323 hatchback.
Meski telah berhasil membangun mobil produksi sendiri, namun masalah lain ikut merundung. Mobil yang diproduksi sejak 1990-1992 ini masuk dalam kategori sedan, sehingga dikenakan PPnBM (Pajak Penjuaaln Barang Mewah) sebesar 30%. Hal ini membuat harga MR90 ikut naik, hingga sulit bersaing di tengah industri automotif kala itu.
"Setelah itu saya panjangin, diubah jadi station wagon (Vantrend 1993-1997) untuk menghindari pajak yang besar. Tapi saat itu pemerintah tetap tidak bisa memperbolehkan MR masuk model lain dan tetap masuk sebagai sedan. Indomobil sudah melakukan semuanya untuk menciptakan mobnas, realisasinya sangat sulit," pungkasnya.
Komisaris PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) Subronto Laras bercerita, dirinya pernah memprakarsai membangun mobnas kala Suzuki telah berhasil memiliki mesin sendiri berkapasitas 1.0-liter yang dipakai di model Katana dan Carry. Dari mesin tersebut, pabrikan hanya tinggal merancang jubah alias bodi.
"Kami bahkan sudah berkerja sama dengan perusahaan Inggris, Reliant untuk membuat bodi. Tapi saat itu tidak jadi, karena untuk persyaratan standarisasi saja butuh biaya USD5 juta (kisaran Rp64 miliar). Sementara jualan waktu itu kecil, tidak bisa nutup jika dengan biaya segitu," tutur Subronto di Tangerang, Kamis (12/2/2015).
Kandas di percobaan pertama, Indomobil melirik pabrikan lain, yakni Mazda Motor Indonesia (MMI). Kerjasama berhasil dan membuahkan satu model yakni MR90. "MR" sendiri merupakan singkatan dari "Mobil Rakyat" yang sejatinya merupakan proyek nasionalisasi dari Mazda 323 hatchback.
Meski telah berhasil membangun mobil produksi sendiri, namun masalah lain ikut merundung. Mobil yang diproduksi sejak 1990-1992 ini masuk dalam kategori sedan, sehingga dikenakan PPnBM (Pajak Penjuaaln Barang Mewah) sebesar 30%. Hal ini membuat harga MR90 ikut naik, hingga sulit bersaing di tengah industri automotif kala itu.
"Setelah itu saya panjangin, diubah jadi station wagon (Vantrend 1993-1997) untuk menghindari pajak yang besar. Tapi saat itu pemerintah tetap tidak bisa memperbolehkan MR masuk model lain dan tetap masuk sebagai sedan. Indomobil sudah melakukan semuanya untuk menciptakan mobnas, realisasinya sangat sulit," pungkasnya.
(dyt)