Rumah Atsiri yang Terpencil Jadi Populer Berkat Facebook dan Instagram
Rabu, 11 November 2020 - 02:32 WIB
YOGYAKARTA - Awalnya bangunan Rumah Atsiri adalah bekas pabrik penyulingan Citronella pada zaman Presiden Soekarno di 1963. Lalu pendirinya, Natasha Clairine Mintarga, tergugah untuk menyalakan kembali potensi industri tanaman aromatik.
Maka, sejak 2016, Rumah Atsiri yang terletak di Desa Plumbon, Tawangmangu, Jawa Tengah, berubah jadi tempat wisata edukasi tanaman aromatik untuk pembuatan essential oil dan produk aromaterapi.
”Di mata dunia, Indonesia telah lama dikenal sebagai surganya rempah- rempah dan tanaman aromatik,” ujar Natasha. “Mulai bumbu masakan hingga minyak aromaterapi, yang kini populer dengan sebutan essential oil atau minyak atsiri,” tambahnya.
Tanaman wangi seperti serai dan nilam, menurut Natasha, merupakan salah satu komoditas primadona pada 1960an. Bahkan, membuka membuka hubungan dagang Indonesia dengan Eropa.
Perjalanan sejarah dan potensi tanaman aromatik itu yang melahirkan Rumah Atsiri Indonesia.
Tanpa mengubah struktur asli yang dirancang tim dari Bulgaria, Natasha melakukan pengembangan kawasan seluas 5 hektar. Membangun fasilitas yang mendukung program penelitian, pelatihan, dan edukasi tentang produk olahan dari minyak atsiri.
Pemandangan lanskap Gunung Lawu dan hamparan kebun bunga Marigold juga menciptakan suasana yang tenang dan menyegarkan pikiran. Ada 80 jenis tanaman aromatik yang dibudidayakan.
Pengunjung dapat melihat, mendalami sejarah minyak atsiri di dunia dan inovasi alat penyulingannya dari masa ke masa, dan belajar tentang cara membuat essential oil di Learning Hubs.
Baca Juga
Maka, sejak 2016, Rumah Atsiri yang terletak di Desa Plumbon, Tawangmangu, Jawa Tengah, berubah jadi tempat wisata edukasi tanaman aromatik untuk pembuatan essential oil dan produk aromaterapi.
”Di mata dunia, Indonesia telah lama dikenal sebagai surganya rempah- rempah dan tanaman aromatik,” ujar Natasha. “Mulai bumbu masakan hingga minyak aromaterapi, yang kini populer dengan sebutan essential oil atau minyak atsiri,” tambahnya.
Tanaman wangi seperti serai dan nilam, menurut Natasha, merupakan salah satu komoditas primadona pada 1960an. Bahkan, membuka membuka hubungan dagang Indonesia dengan Eropa.
Perjalanan sejarah dan potensi tanaman aromatik itu yang melahirkan Rumah Atsiri Indonesia.
Tanpa mengubah struktur asli yang dirancang tim dari Bulgaria, Natasha melakukan pengembangan kawasan seluas 5 hektar. Membangun fasilitas yang mendukung program penelitian, pelatihan, dan edukasi tentang produk olahan dari minyak atsiri.
Pemandangan lanskap Gunung Lawu dan hamparan kebun bunga Marigold juga menciptakan suasana yang tenang dan menyegarkan pikiran. Ada 80 jenis tanaman aromatik yang dibudidayakan.
Pengunjung dapat melihat, mendalami sejarah minyak atsiri di dunia dan inovasi alat penyulingannya dari masa ke masa, dan belajar tentang cara membuat essential oil di Learning Hubs.
tulis komentar anda