Kadrun dan Pilpres Jadi Bumbu Penguat Isu Klepon Tidak Islami Viral
loading...
A
A
A
Beralih tren awal di Twitter, dari data yang ditangkap oleh Drone Emprit, unggahan pertama kali muncul pada pukul 05.40 Selasa (22/7) dari akun @zsumarsono.
Kemudian dilanjutkan oleh akun @woelannnn pada pukul 06.08 WIB hingga meningkat pesat pukul 10.27 WIB oleh akun @jumianto_RK.
Hingga pukul 10.00, lanjut Ismail, peta percakapan di Twitter belum terlalu ramai, namun sudah ada beberapa akun yang cukup infuensial, seperti @jumianto_RK, @jr_kw1 , @Rahman_nashir, @al_diablos, dan lainnya.
"Cuitan paling banyak diRT (Retweet) adalah dari @jr_kw19 yang membawa adat istiadat nusantara vs hal yang islami (saya cek postingan sudah dihapus, ternyata API Twitter masih ngasih). Lalu @jumianto_RK juga sama menyebut soal adat istiadat dan budaya nusantara di sini," tutur Ismail.
Adapun narasi paling besar tentang klepon ini adalah cuitan dari @Irenecutemom yang isisnya hanya gambar dengan caption kue klepon tidak islami. Cuitan ii ditanggapi secara negatif oleh netizen.
Dari analisis tersebut, Ismail merangkum, mereka yang senang dengan isis flyer ini, kata kunci yang sering dituliskan adalah 'kadrun'. Mereka percaya kalau kelompok ini yang membuat flyer tersebut.
Sedangkan mereka yang curiga, kebanyakan mencari klarifikasi atau menuding kelompok lawannya yang membuat dan menggoreng sendiri.
"Residu pilpres tampaknya masih sangat kuat. Perolehan suara yang tak jauh terpaut bedanya, jelas membuat dua cluster pro-kontra yang relatif seimbang pendukungnya. Ini tentu tidak mudah untuk dileburkan tanpa upaya serius. Setiap saat siap untuk saling 'serang'," jelasnya.
Flyer yang menyentuh dan mengangkat isu-isu atau karakter sensitif dan khas dari salah satu kelompok, merupakan bahan bakar yang sangat murah dan mudah dibuat untuk memanaskan polarisasi kedua cluster residu pilpres tersebut.
"Dalam kondisi seperti ini, siapa yang mengedepankan akal, pikiran, dan moral, serta yang pro NKRI (K = kesatuan, bukan pro salah satu kubu), yang akan bisa membedakan mana yang benar dan yang salah. Lainnya akan mudah hanyut terbawa isu," tutup Ismail dalam thread diakun Twitternya.
Kemudian dilanjutkan oleh akun @woelannnn pada pukul 06.08 WIB hingga meningkat pesat pukul 10.27 WIB oleh akun @jumianto_RK.
Hingga pukul 10.00, lanjut Ismail, peta percakapan di Twitter belum terlalu ramai, namun sudah ada beberapa akun yang cukup infuensial, seperti @jumianto_RK, @jr_kw1 , @Rahman_nashir, @al_diablos, dan lainnya.
"Cuitan paling banyak diRT (Retweet) adalah dari @jr_kw19 yang membawa adat istiadat nusantara vs hal yang islami (saya cek postingan sudah dihapus, ternyata API Twitter masih ngasih). Lalu @jumianto_RK juga sama menyebut soal adat istiadat dan budaya nusantara di sini," tutur Ismail.
Adapun narasi paling besar tentang klepon ini adalah cuitan dari @Irenecutemom yang isisnya hanya gambar dengan caption kue klepon tidak islami. Cuitan ii ditanggapi secara negatif oleh netizen.
Dari analisis tersebut, Ismail merangkum, mereka yang senang dengan isis flyer ini, kata kunci yang sering dituliskan adalah 'kadrun'. Mereka percaya kalau kelompok ini yang membuat flyer tersebut.
Sedangkan mereka yang curiga, kebanyakan mencari klarifikasi atau menuding kelompok lawannya yang membuat dan menggoreng sendiri.
"Residu pilpres tampaknya masih sangat kuat. Perolehan suara yang tak jauh terpaut bedanya, jelas membuat dua cluster pro-kontra yang relatif seimbang pendukungnya. Ini tentu tidak mudah untuk dileburkan tanpa upaya serius. Setiap saat siap untuk saling 'serang'," jelasnya.
Flyer yang menyentuh dan mengangkat isu-isu atau karakter sensitif dan khas dari salah satu kelompok, merupakan bahan bakar yang sangat murah dan mudah dibuat untuk memanaskan polarisasi kedua cluster residu pilpres tersebut.
"Dalam kondisi seperti ini, siapa yang mengedepankan akal, pikiran, dan moral, serta yang pro NKRI (K = kesatuan, bukan pro salah satu kubu), yang akan bisa membedakan mana yang benar dan yang salah. Lainnya akan mudah hanyut terbawa isu," tutup Ismail dalam thread diakun Twitternya.