Perang Harga Mobil listrik China, Hyundai: Jangan Kanibalisme dan Saling Bunuh

Jum'at, 14 Juni 2024 - 10:22 WIB
loading...
Perang Harga Mobil listrik...
Perang harga mobil listrik justru bikin pabrikan merugi dan berdampak buruk bagi industri. Foto: PT HMI
A A A
JAKARTA - Industri otomotif di Indonesia diramaikan dengan brand asal China yang menawarkan mobil istrik terjangkau dengan fitur canggih. Tentu, hal ini sangat positif bagi konsumen. Tapi dapat berakibat buruk bagi pabrikan itu sendiri.
Hal tersebut disampaikan oleh Fransiscus Soerjopranoto, Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia (HMID).
Frans meminta brand asal China bersaing dengan positif. Mengingat, pasar mobil listrik di Indonesia sangat besar dan semua brand memiliki peluang untuk menguasai pasar.
“Ini pilihan dalam suatu market. Jadi segmennya enggak harus di bawah. Mungkin mobil China memilih market di bawah ini, tapi Hyundai memilih market di menengah ke atas," kata Frans saat berkunjung ke Gedung iNews Tower, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (13/6/2024).
"Tapi ada juga seperti BMW dan Toyota mobil listriknya memilih market yang ada di atas. Itu balik lagi pilihan dari masing-masing pabrikan, masing-masing memilih marketnya sendiri," lanjutnya
Frans mengungkapkan pasar mobil listrik masih sangat besar, berbeda dengan pasar mobil dengan mesin pembakaran internal.
Menurutnya, untuk bisa mengambil pasar harus mengeluarkan model yang jauh lebih baik dibandingkan yang sudah beredar di pasar.
“Sedangkan di pasar mobil listrik modelnya saja beda, bentuknya bervariasi. Jadi kalau kita lihat masuknya mobil listrik justru sebenarnya bagus untuk menambah volume mobil listrik,” ungkapnya.

Kontribusi Mobil Listrik Masih Kecil
Saat ini komposisi ataupun kontribusi mobil listrik 2022 hanya 0,7 persen dari total market. Pada 2023 hanya ada 2 pemain, Hyundai dan Wuling yang mencapai 1.9 persen market share. “Sekarang hingga Mei 2024 hanya sekitar 2,6- 2,7 persen," ungkapnya.
Sebagai informasi, pertumbuhan pasar mobil listrik di Indonesia mengalami peningkatan besar dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 2021, mobil listrik hanya terjual sekitar 7 ribuan unit, pada 2022 meningkat menjadi 10 ribu, dan pada 2023 mencapai 17 ribu unit.
“Januari sampai Mei (2024) itu sudah 7 ribu unit. Jadi pasti ending mobil listrik di akhir tahun ini akan tembus 20-30 ribu unit, itu sudah pasti. Berarti kan lebih besar dari 17 ribu yang di tahun lalu. Itu bagus," ucap Frans.
Menurut Frans, persaingan harga sangat wajar dilakukan oleh sebuah brand demi memikat konsumen. Tetapi, ia meminta untuk tidak saling "membunuh" dengan mematikan pasar brand lain demi meraup keuntungan lebih besar.
"Sayangnya, jangan sampai kanibalisme. Kalau terjadi kanibalisme market, maka tidak ada penambahan jumlah mobil yang terjual seperti ketika LCGC muncul dimana penjualan mobil langsung 1 juta. Harapannya jangan sampai saling membunuh,”beberFrans.
(dan)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2606 seconds (0.1#10.140)