Bukan Insentif, Ini Kunci Bangun Ekosistem Kendaraan Listrik

Kamis, 08 Agustus 2024 - 10:15 WIB
loading...
Bukan Insentif, Ini...
Ekosistem kendaraan listrik masih menjadi pekerjaan rumah bersama. Foto/Dok SINDOnews
A A A
JAKARTA - Kampanye kendaraan listrik terus dikumandangkan demi mobilitas ramah lingkungan. Hasilnya sebanyak 62.409 unit motor listrik dan 12.248 mobil listrik telah beroperasi di Indonesia pada 2023. Namun jumlah ini masih jauh dari target yang dicanangkan. Ekosistem kendaraan listrik menjadi salah satu kendalanya.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bukan cuma insentif yang diperlukan untuk membangun ekosistem kendaraan listrik. Hal ini seperti dilakukan banyak negara dalam pembentukan ekosistem kendaraan listrik.

Luhut menegaskan sebuah negara memerlukan investor yang bersedia bekerja sama untuk membangun ekosistem kendaraan listrik. Hal ini akan mempermudah dan mempercepat infrastruktur yang dibutuhkan dalam mempercepat era elektrifikasi.

"Kita tidak dapat bersaing lagi dengan negara-negara tetangga hanya sekadar insentif. Tak hanya insentif, tapi kredibilitas dan kepercayaan menjadi faktor kunci yang harus kita pertahankan," kata Luhut seperti dikutip dalam kanal YouTube Sekretarian Presiden.



Hal ini disampaikan Luhut saat menghadiri peresmian pabrik bahan anoda baterai lithium di Kendal, Jawa Tengah. Menurutnya, hal tersebut sudah banyak dilakukan oleh negara-negara lain yang terbukti sukses dalam mencapai era elektrifikasi.

"Ini saya kira yang coba banyak dicontoh oleh banyak negara sekarang ini. Tapi kita harus konsisten dalam dua hal, yaitu dari legal dan policy (kebijakan). Kita harus konsisten itu," ujar Luhut.

Kemudian, Luhut mengatakan pentingnya investasi pabrik bahan anoda baterai lithium oleh PT Indonesia BTR New Energy Material di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Jawa Tengah karena telah menggunakan teknologi tercanggih.



Pabrik tersebut dikabarkan mampu memasok baterai untuk 3 juta unit mobil listrik apabila sudah beroperasi sepenuhnya. Pabrik yang ditargetkan rampung pada Maret 2025 itu, memiliki kapasitas maksimal produksi anoda sebesar 160 ribu ton.

"Pabrik ini terbesar di dunia. Jepang memiliki kapasitas 10.000 ton per tahun, Korea Selatan hanya 40.000 ton, dan terbesar di Tiongkok saat ini kapasitasnya 100.000 ton. Nanti, kita akan melewati Tiongkok (dengan 160.000 ton)," ucap Luhut.
(msf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3036 seconds (0.1#10.140)