Pertamina Hulu Indonesia Kenalkan Program TJSL Andalan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pertamina Hulu Indonesia (PHI) , subholding upstream regional Kalimantan memamerkan dalam program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) menarik dalam acara Seminar Nasional Upaya Membangun Kemandirian Masyarakat, Rabu (22/9/2021) kemarin. Dalam acara itu dipaparkan dua TJSL yang menarik yakni program Lalat Tentara Hitam (Black Soldier Fly) bernama Budidaya Lalat Hitam (BU LATIH) dan Petani Maju 4.0.
Program TJSL Budidaya Lalat Hitam diketahui dilakukan di wilayah calon Ibu Kota Baru Indonesia, Penajam, Kalimantan Timur. Program itu berupaya pemanfaatan dan pengelolaan sampah organik melalui Budidaya Lalat Hitam atau Black Soldier Fly, dimana hasilnya dapat digunakan sebagai alternatif pakan ternak yang memiliki protein tinggi dan sangat bagus untuk memenuhi gizi hewan ternak.
Adapun bantuan yang diberikan PHI kepada kelompok tersebut berupa telur Black Soldier Fly (BSF), berbagai jenis peralatan pendukung serta pelatihan budidaya lalat hitam guna mendukung keberlangsungan program kegiatan BULATIH tersebut.
Sementara TJSL Petani Maju 4.0 dilakukan di wilayah Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Program Petani Maju 4.0 itu dimaksudkan untuk memanfaatkan sumber daya yang melimpah di kelurahan Teluk Pamedas, Sanipah, Handil Baru, Handil Baru Barat, dan Muara Sembilang melalui pendampingan kepada masyarakat dalam mengembangkan usaha pertanian ramah lingkungan dengan menggunakan aplikasi digital berbasis pertanian “Aplikasi Tanam Digital”.
Diharapkan dengan semakin meningkatnya kapasitas petani, pemuda dan peranan wanita yang disertai dengan dukungan sarana dan prasarana serta intervensi kegiatan yang yang berbasis praktik keberlanjutan baik yang diprakarsai oleh PHM maupun secara mandiri oleh kelompok, maka akan tercipta kemandirian kelompok dan seluruh anggota masyarakat sehingga mampu peningkatan taraf kehidupan bersama yang lebih baik di masa yang akan datang.
Direktur Utama Pertamina Hulu Indonesia, Chalid Said Salim mengatakan dua program TJSL yang dipaparkan merupakan bentuk komitmen perusahaan terhadap pembangungan yang berkelanjutan. Menurutnya program TJSL harus memberikan manfaat secara ekonomi, sosial, lingkungan, dan hukum serta tata kelola dengan prinsip yang lebih terintegrasi, terarah, terukur dampaknya, dapat dipertanggungjawabkan, dan merupakan bagian dari pendekatan bisnis perusahaan dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
"Program TJLS PHI terdiri dari 5 pilar yang merupakan satu kesatuan dan berkesinambungan, yakni kesehatan, pendidikan, ekonomi dan infrastruktur, lingkungan, serta tanggap bencana," kata Chalid.
Sementara Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar menjelaskan, tanggungjawab sosial adalah salah satu bentuk timbal balik perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Maka diharapkan agar tercapai ultimate goal, yaitu kemandirian masyarakat dari permasalahan yang dihadapi serta mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui inovasi sosial. Diperkirakan untuk sepuluh tahun ke depan merupakan periode terpenting dalam hal mencegah bencana perubahan iklim dan perlindungan keanekaragaman hayati.
Dia juga menjelaskan mengenai pentingnya program TJSL dalam menjaga keberlangsungan bisnis. ”Selain tentunya juga memberi kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan yang memiliki elemen pertumbuhan keadilan ekonomi, pembangunan sosial, konservasi sumber daya alam, perlindungan lingkungan tata kelola pemerintahan yang baik,” katanya.
Program TJSL Budidaya Lalat Hitam diketahui dilakukan di wilayah calon Ibu Kota Baru Indonesia, Penajam, Kalimantan Timur. Program itu berupaya pemanfaatan dan pengelolaan sampah organik melalui Budidaya Lalat Hitam atau Black Soldier Fly, dimana hasilnya dapat digunakan sebagai alternatif pakan ternak yang memiliki protein tinggi dan sangat bagus untuk memenuhi gizi hewan ternak.
Adapun bantuan yang diberikan PHI kepada kelompok tersebut berupa telur Black Soldier Fly (BSF), berbagai jenis peralatan pendukung serta pelatihan budidaya lalat hitam guna mendukung keberlangsungan program kegiatan BULATIH tersebut.
Sementara TJSL Petani Maju 4.0 dilakukan di wilayah Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Program Petani Maju 4.0 itu dimaksudkan untuk memanfaatkan sumber daya yang melimpah di kelurahan Teluk Pamedas, Sanipah, Handil Baru, Handil Baru Barat, dan Muara Sembilang melalui pendampingan kepada masyarakat dalam mengembangkan usaha pertanian ramah lingkungan dengan menggunakan aplikasi digital berbasis pertanian “Aplikasi Tanam Digital”.
Diharapkan dengan semakin meningkatnya kapasitas petani, pemuda dan peranan wanita yang disertai dengan dukungan sarana dan prasarana serta intervensi kegiatan yang yang berbasis praktik keberlanjutan baik yang diprakarsai oleh PHM maupun secara mandiri oleh kelompok, maka akan tercipta kemandirian kelompok dan seluruh anggota masyarakat sehingga mampu peningkatan taraf kehidupan bersama yang lebih baik di masa yang akan datang.
Direktur Utama Pertamina Hulu Indonesia, Chalid Said Salim mengatakan dua program TJSL yang dipaparkan merupakan bentuk komitmen perusahaan terhadap pembangungan yang berkelanjutan. Menurutnya program TJSL harus memberikan manfaat secara ekonomi, sosial, lingkungan, dan hukum serta tata kelola dengan prinsip yang lebih terintegrasi, terarah, terukur dampaknya, dapat dipertanggungjawabkan, dan merupakan bagian dari pendekatan bisnis perusahaan dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
"Program TJLS PHI terdiri dari 5 pilar yang merupakan satu kesatuan dan berkesinambungan, yakni kesehatan, pendidikan, ekonomi dan infrastruktur, lingkungan, serta tanggap bencana," kata Chalid.
Sementara Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar menjelaskan, tanggungjawab sosial adalah salah satu bentuk timbal balik perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Maka diharapkan agar tercapai ultimate goal, yaitu kemandirian masyarakat dari permasalahan yang dihadapi serta mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui inovasi sosial. Diperkirakan untuk sepuluh tahun ke depan merupakan periode terpenting dalam hal mencegah bencana perubahan iklim dan perlindungan keanekaragaman hayati.
Dia juga menjelaskan mengenai pentingnya program TJSL dalam menjaga keberlangsungan bisnis. ”Selain tentunya juga memberi kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan yang memiliki elemen pertumbuhan keadilan ekonomi, pembangunan sosial, konservasi sumber daya alam, perlindungan lingkungan tata kelola pemerintahan yang baik,” katanya.
(wsb)