Ini Alasan Menkominfo Pilih Google Loon
A
A
A
BEBERAPA bulan belakangan, telah ramai dipergunjingkan tentang Google dengan Project Loon di Indonesia. Namun, ternyata Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara, sebenarnya memiliki rencana melakukan uji coba projek hampir serupa yang diberi nama, Helion, milik PT Integrasi Sinergi Teknologi asal Bandung.
Bedanya, Google Loon itu BTS (Base Transceiver Station) yang dibawa terbang ke udara. Sedangkan Helion itu seperti balon udara yang memancarkan WiFi.
Menkominfo akhirnya membeberkan alasannya mengapa uji coba urung dilaksanakan. Bahkan, memilih melakukan projek uji coba Google Loon terlebih dahulu. Padahal project uji coba Helion telah dicanangkan mulai pertengahan tahun lalu.
"Bukannya saya ingin lebih mendahulukan Google. Saat membicarakan hal ini pertengahan 2015 lalu, teman-teman yang menangani Helion mengatakan baru akan siap pada kuartal pertama 2016. Oleh karena itu, saya sepakati Google Loon terlebih dahulu," ujar Rudiantara di Jakarta, Selasa (12/1/2016).
Menurutnya, Helion tidak akan menjadi pesaing dari Google Loon karena konsepnya memang berbeda. Selain itu, Helion hanya akan ada di ketinggian 50 meter.
Meskipun begitu, Helion akan dapat lebih independen untuk beroperasi, sementara Google Loon jelas harus memiliki izin dari provider yang sudah ada terlebih dahulu.
"Kita tentunya tidak bisa menutup diri terhadap perkembangan teknologi. Helion, dari segi regulasi pastinya akan kita permudah. Model bisnisnya saat ini juga sedang saya review, saya panggil mereka untuk diskusi bersama. Tapi ini diluar kapasitas saya sebagai Menteri, karena saya senang dengan anak-anak muda yang inovatif," pungkas Rudiantara.
Bedanya, Google Loon itu BTS (Base Transceiver Station) yang dibawa terbang ke udara. Sedangkan Helion itu seperti balon udara yang memancarkan WiFi.
Menkominfo akhirnya membeberkan alasannya mengapa uji coba urung dilaksanakan. Bahkan, memilih melakukan projek uji coba Google Loon terlebih dahulu. Padahal project uji coba Helion telah dicanangkan mulai pertengahan tahun lalu.
"Bukannya saya ingin lebih mendahulukan Google. Saat membicarakan hal ini pertengahan 2015 lalu, teman-teman yang menangani Helion mengatakan baru akan siap pada kuartal pertama 2016. Oleh karena itu, saya sepakati Google Loon terlebih dahulu," ujar Rudiantara di Jakarta, Selasa (12/1/2016).
Menurutnya, Helion tidak akan menjadi pesaing dari Google Loon karena konsepnya memang berbeda. Selain itu, Helion hanya akan ada di ketinggian 50 meter.
Meskipun begitu, Helion akan dapat lebih independen untuk beroperasi, sementara Google Loon jelas harus memiliki izin dari provider yang sudah ada terlebih dahulu.
"Kita tentunya tidak bisa menutup diri terhadap perkembangan teknologi. Helion, dari segi regulasi pastinya akan kita permudah. Model bisnisnya saat ini juga sedang saya review, saya panggil mereka untuk diskusi bersama. Tapi ini diluar kapasitas saya sebagai Menteri, karena saya senang dengan anak-anak muda yang inovatif," pungkas Rudiantara.
(dyt)