Pertarungan Pasar Low MPV Bakal Terjadi di GIIAS 2017

Rabu, 09 Agustus 2017 - 19:24 WIB
Pertarungan Pasar Low MPV Bakal Terjadi di GIIAS 2017
Pertarungan Pasar Low MPV Bakal Terjadi di GIIAS 2017
A A A
JAKARTA - Ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) pada tanggal 10-20 Agustus 2017, di Indonesia Convetion Exibhition (ICE) BSD City, Tangerang, Banten, bakal keras. Gelaran mobil tahunan termegah di Indonesia ini akan semakin seru dan panas dengan kehadiran para pemain baru yang diusung oleh para prinsipal melalui para agen pemegang merek (APM) di Indonesia. Mereka akan berupaya mencuri ceruk pasar yang tersisa maupun yang sudah digenggam oleh para pesaingnya.

Upaya memenangkan sudah menjadi kata mati. Perang adalah jalan terbaik untuk bisa menggeser pesaing di pasar. Semua APM berusaha membawa jagoannya ke pasar untuk bermain di semua kelas dan model, termasuk para pemain di kelas multy purpose vehicle bawah (low MVP), yang selama ini dikenal paling laris dan keras persaingannya.

Menurut data volume penjualan jenis low MPV ini mencapai 310 ribuan unit atau sekitar 41,2 persen dari total pangsa pasar otomotif nasdional yang ada. Kendaraan yang bermain di level harga Rp 150 juta – Rp 200 juta ini dipoles sedemikian rupa agar memikat konsumen. Semua APM punya jenis ini sebagai jagoan. Toyota dengan Avanza, Daihatsu dengan Xenia, Suzuki dengan Ertiga, Mitsubishi awalnya dengan Maven kini dengan Expander, Honda dengan Mobilio, dan Nissan dengan Evalia. Ini hanya beberapa contoh pemain low MPV dari masing-masing merek.

Kabar yang teranyar dan tidak hanya membawa produk adalah Wuling. Pabrikan mobil China ini bukan hanya sekadar impor kendaraan low MPV dalam kadaan utuh atau semi utuh, tetapi juga memproduksi di dalam negeri. Ratusan miliar bahkan triliunan rupiah digelontorkan untuk mendirikan pabriknya di Karawang, Jawa Barat.

Namun dalam kenyataan di pasar, semua merek itu ternyata tak sepneuhnya bisa bertahan di pasar dengan kondisi prima. Berbagai produk itu datang silih berganti, apakah itu Toyota, Suzuki, Daihatsu, maupun Honda dan Nissan, serta Mitsubishi, namun semuanya tak bisa bertahan lama. Beberapa merek mencoba mengubah perwajahan bentuk mobilnya, namun tak direspon dengan cepat oleh pasar.

Fakta yang ada hanya beberapa yang bertahan, khususnya Toyota, Daihatsu, dan Suzuki dengan merek abadinya Avanza, Xenia, dan Ertiga. Selebihnya tenggelam. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir Toyota dan Xenia tetap diurutan pertama dan kedua, sedangkan Ertiga datang silih berganti posisinya.

Posisi Toyota Avanza maupun Daihatsu Xenia sejak 10 hingga lima tahun terakhir tetap menguasai pangsa teratas dan kedua di Indonesia. Berbagai penawaran dan isu diusung oleh Ertiga, Livina, Mobilio, maupun maven untuk menyatakan mereka yang terbaik, terlincah, dan teririt di kelasnya. Namun pada kenyataannya tetap saja tumbang. Mereka berada jauh di bawah dua merek tersebut, yakni Avanza dan Xenia yang hingga kini tetap menjadi primadona di kelas low MPV.

Dalam fakta dan data merek Avanza di kelas kendaraan multi guna tetap yang yang teratas, disusul oleh xenia dan ertiga, baru kemudian Livina. Meskipun pada tahun 2012 ertiga sempat menggeser Avanza dan Xenia dalam volume penjualan, namun itu hanya terjadi dalam beberapa bulan. Selanjutnya mudah ditebak kembali melorot di urutan ketiga tertinggal dari Toyota Avanza maupun Xenia. Semua fakta ini terkonfirmasi dari data pasar yang dilansir oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).

Data Gaikindo menunjukkan sejak tahun 2010 hingga 2017, Avanza tetap yang teratas dalam penjualan otomotif jenis low MPV. Setiap bulan kendaraan produksi usaha patungan Jepang-Indonesia tercatat mampu menjual rata-rata setiap bulannya mencapai 10.000-an unit. Baru disusul Xenia 3.000-an unit, Suzuki Ertiga 2.800-an unit, Nissan Livina, dan Honda.

Pertumbuhan yang terus terjaga dan berada di posisi teratas dalam segmen maupun pangsa pasar membuat para pesaing frustasi. Asumsi iu tergambar dari upaya mereka berkali-kali mencoba menekuk Avanza maupun Xenia di pasar dengan berbagai cara, mulai dari diskon, layanan servis, serta perubahan wajah. Akan tetapi strategi itu sepertinya tak banyak membantu. Bahkan beberapa merek tanpa disadarai perlahan tetapi pasti malah tergerus dan pada akhirnya hilang. Mitsubishi Maven, Suzuki APV, serta Livina dan Mobilio merupakan contoh beberapa merek yang tertekan.

Meskipun segudang upaya telah dilakukan tak juga datang ke permukaan. Kabar terakhir Mitsubishi akan mengusung jagoan baru di kelas low MPV yang lebih macho dan kokoh. Tujuannya jelas dan pasti, yakni upaya keras untuk membunuh Avanza meski itu masih sebatas kabar. Sudah beberapa kali model ini ditawarkan ke public melalui berbagai ajan, termasuk ajang Indonesia International Motor Show, di Kemayoran, Jakarta Pusat April lalu, namun respon kuat di pasar belum terlihat jelas. Hal itu sangat mungkin belum terlihat karena produk ini memang belum dilepas dan dibanderol harga secara pasti, sehingga masih menimbulkan tanda besar sekuat apa jika betul-betul lepas.

Namun lepas dari asumsi dan rencana dari pesaing itu masuk ke pasar, namun banyak hal yang membuat Avanza atau Xenia mampu bertahan cukup lama di pasar hingga kini. Pertama, kendaraan ini mampu menepis pameo sebagai kendaraan barang pasca hilangnya kendaraan tak bermoncong dan bermesin di bawah bangku sopir (penumpang di dalam kabin menjadi panas). Kehadiran mobil ini dinilai lebih murah, lebih terkesan kendaraan penumpang, yang memiliki kapasitas tujuh tempat duduk. Daya angkut dengan kaapsitas family ini membuat respon pasar langsung kuat sejak hadir di sekitar tahun 2004.

Kedua, kendaraan ini lebih mudah untuk dipelihara, dan lebih murah biaya pemeliharaannya karena dukungan bengkel resmi yang banyak dan lebih friendly mekanik, sehingga bisa dilakukan dimana saja jika dalam kondisi darurat dimanapun kendaraan ini bermasalah. Yang terpenting lagi adalah dukungan merek yang kuat.

Menurut pakar pemasaran, merek kuat saja sudah memberikan kontribusi peluang bisnis dan menang di pasar sekitar 70 persen, karena ditunjang berbagai hal yang prima. Sisanya sebesar 30 persen tinggal hanya soal urusan mesin yang prima dan kenyamanan dari penumpang di versinya di kelas ekonomis.

Ibarat kata, pabrikan mampu meberikan kepastian dan jaminan kepada konsumen untuk mengendarai di jalan tanpa ada kekhawatiran mogok dan gangguan. “Anda Tinggal Mengendarai, Di Jalan Biar Kami Yang Urus”. Slogan sederhana ini menjadi salah satu penguat pasar sehingga produk ini secara ekonomis sangat menguntungkan. Kendaraan ini selain mampu menjadi fungsional, namun juga bisa bagian dari gengsi baru para konsumen kelas muda dan entrepreneur pekerja keras.

Ini baru baru satu sisi. Namun sisi yang lain untuk meyakinkan konsumen adalah jaminan untuk menjadi modal naik kelas. Istilahnya, kendaraan ini memikiki nilai jual kembali yang kompetitif sehingga sangat menguntungkan menjadi modal uang muka atau tambahan yang mencukupi untuk mengganti kendaraan baru. Berbagai faktor ini yang menjadi pendukung kenapa “jagoan lapangan keras” ini tak pernah mudah dilumpuhkan di pasar kelas low MPV yang keras. Semua pesaing hadir dengan nafsu membunuh, namun pada akhirnya mereka harus menerima kenyataan tumbang kehabisan energi mengikuti tarai, lari, dan pertarungan di arena bebas.

Menarik untuk kita buktikan, akankah para pemain baru yang diusung oleh para APM lama dan baru seperti dari China ini mampu membunuh pesaing teratasnya. Realitas yang bisa menjawabnya nanti, namun fakta membuktikan puluhan tahun Avanza dan Xenia tetap yang teratas di kelasnya. Ia mampu bertahan karena ia melakukan Improvement yang terus menerus tanpa henti yang membuat konsumen terus tertahan. Manajemen tak pernah berhenti mengubah wajah, mesin, asesoris maupun pola layanan yang prima. Selamat bertarung para jawara di kelas low MPV, pasar menantikanmu. Pada akhirnya juri (konsumen) tinggal memutuskan, siapa yang akhirnya terbukti menjadi jagoan tertangguh di kelas. Siapa yang akhirnya berdiri paling kuat dan paling akhir di arena.

Menurut Wakil Presiden PT TAM, Henry Tanoto kehadiran model baru dari merek lain di segmen Low MPV harus dilihat dari sisi positifnya. "Setiap merek dipacu untuk menghadapi persaingan sehat. Sehingga, produk berkualitas dengan harga yang terjangkau harus kita tawarkan. Konsumen sendiri akan mendapatkan pilihan beragam," kata Henry kepada wartawan beberapa waktu lalu di Jakarta.

Bagi Toyota sendir menurut tidak terlalu khawatir dengan dengan semakin banyaknya pemain baru yang masuk ke segmen Low MPV, dikarenakan Toyota dengan model Avanza- sudah lama dikenal dengan baik oleh masyarakat, pasar segmen tersebut dan terus berkembang.

Direktur Marketing 4W PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) Dony Saputra mengatakan bahwa market di segmen Low MPV akan semakin luas dengan kehadiran produk-produk baru. Ia pun optimistis Ertiga memiliki konsumen loyal yang sudah terbentuk sejak lama. "Suzuki Ertiga tetap menjadi back bone penjualan kami," kata Dony belum lama ini.

Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto mengatakan kehadiran produk-produk LMPV berharga murah justru menguntungkan konsumen. "Artinya konsumen memiliki pilihan lebih banyak lagi," ujarnya.

Menurut Suryo Toyota memiliki pengalaman yang baik dalam menyambut kompetitor-kompetitor Toyota Avanza---. Honda Mobilio dan Suzuki Ertiga. Munculnya kompetitor tidak lantas membuat penjualan Avanza anjlok. "Penjualan Avanza (kini) cukup stabil di kisaran 11 ribu unit," katanya.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1608 seconds (0.1#10.140)
pixels