Bisa Menembak dan Ngebom, AS Kembali Ciptakan Drone Tempur
A
A
A
NEW YORK - Sebuah perusahaan berbasis teknologi di Amerika Serikat (AS) menciptakan drone yang dapat mensasar dan juga menembak sasarannya pada saat terbang di udara.
Menurut CEO Duke Robotics, Raziel Atuar mengatakan, drone yang dikenal sebagai Tikad dilengkapi dengan senapan mesin dan peluncur bom dengan tembakannya hanya dapat dilakukan secara remote control.
Seperti dilansir dari BBC mengutip sebagai mengatakan, dron itu dibuat dengan tujuan mengurangi tingkat kematian dan cedera tentara AS.
"Sebagai mantan Komandan Unit Khusus tentara AS, saya pernah berada di medan perang untuk beberapa tahun dan dron ini mampu mengubah skenario perang untuk mengurangi tingkat kematian dan cedera para anggota.
"Drone Tikad sudah memenangkan berbagai penghargaan dari Departemen Pertahanan AS dan juga berpotensi untuk digunakan oleh pasukan militer negara lain," katanya.
Namun, dron berkenaan menimbulkan kekhawatiran ahli robotika hal teknologi berkenaan disalahgunakan.
Ahli robotik, Prof. Noel Sharkey mengatakan, drone berlaku dapat digunakan untuk membunuh orang yang tidak berdosa.
"Kebanyakan drone berukuran besar harus terbang pada ketinggian beberapa ribu kaki untuk melakukan serangan tetapi drone kecil lebih mudah terbang dekat area publik dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian yang tidak disengaja. Kekhawatiran terbesar saya adalah banyak kasus melibatkan penggunaan drone dalam pelanggaran hak asasi manusia," ujarnya.
Menurut CEO Duke Robotics, Raziel Atuar mengatakan, drone yang dikenal sebagai Tikad dilengkapi dengan senapan mesin dan peluncur bom dengan tembakannya hanya dapat dilakukan secara remote control.
Seperti dilansir dari BBC mengutip sebagai mengatakan, dron itu dibuat dengan tujuan mengurangi tingkat kematian dan cedera tentara AS.
"Sebagai mantan Komandan Unit Khusus tentara AS, saya pernah berada di medan perang untuk beberapa tahun dan dron ini mampu mengubah skenario perang untuk mengurangi tingkat kematian dan cedera para anggota.
"Drone Tikad sudah memenangkan berbagai penghargaan dari Departemen Pertahanan AS dan juga berpotensi untuk digunakan oleh pasukan militer negara lain," katanya.
Namun, dron berkenaan menimbulkan kekhawatiran ahli robotika hal teknologi berkenaan disalahgunakan.
Ahli robotik, Prof. Noel Sharkey mengatakan, drone berlaku dapat digunakan untuk membunuh orang yang tidak berdosa.
"Kebanyakan drone berukuran besar harus terbang pada ketinggian beberapa ribu kaki untuk melakukan serangan tetapi drone kecil lebih mudah terbang dekat area publik dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian yang tidak disengaja. Kekhawatiran terbesar saya adalah banyak kasus melibatkan penggunaan drone dalam pelanggaran hak asasi manusia," ujarnya.
(wbs)