Selfie Ekstrem Sudah Merenggut Ratusan Nyawa Anak Muda

Selfie Ekstrem Sudah Merenggut Ratusan Nyawa Anak Muda
A
A
A
JAKARTA - Kematian Yong Ning bukanlah korban pertama akibat swafoto atau selfie ekstrem. Sebuah studi bersama dua perguruan tinggi di Amerika Serikat dan India pada tahun lalu menyebutkan, ratusan orang tewas akibat melakukan swafoto menantang maut.
Insiden serius yang melibatkan pengambilan selfie terus meningkat. Studi yang dirilis akhir 2016 itu menyebutkan, sudah 127 orang dari berbagai negara meregang nyawa dalam rentang waktu Maret 2014-September 2016. Bukan itu saja, aksi swafoto nekat juga menimbulkan banyak korban terluka.
![Selfie Ekstrem Sudah Merenggut Ratusan Nyawa Anak Muda]()
Studi berjudul "Saya, Saya dan Saya Killfie: Mencirikan dan Mencegah Kematian Diri" dilakukan oleh para periset dari Universitas Carnegie Mellon di Pittsburgh, AS dan Institut Teknologi Informasi Indraprastha di New Delhi, India.
"Mengklik selfie telah menjadi simbol ekspresi diri dan seringkali orang menggambarkan sisi petualang mereka dengan mengunggah swafoto gila. Ini terbukti berbahaya," kata studi tersebut.
Dalam studi juga disebutkan, tren maut tersebut telah menjadi bencana. Sehingga pada tahun 2015 saja telah terjadi lebih banyak kematian karena selfie daripada serangan hiu di seluruh dunia.
Data menunjukkan lebih dari 73 orang meninggal saat mengambil foto ekstrem dari diri mereka sendiri dalam delapan bulan pertama 2016. Artinya naik dari 39 orang pada 2015 dan 15 di tahun 2014. Kematian terbanyak terjadi di India. Delapan korban tewas terjadi di Amerika Serikat.
Jenis yang paling umum dari killfie melibatkan orang-orang yang jatuh dari bangunan, gunung, tebing atau ketinggian tinggi lainnya. Foto terkait air adalah skenario kedua yang paling berbahaya dan 24 insiden melibatkan banyak nyawa yang hilang.
![Selfie Ekstrem Sudah Merenggut Ratusan Nyawa Anak Muda]()
Contohnya, 10 pemuda di sebuah kapal di danau India mencoba untuk mengambil selfie saat perahu itu miring. Akibatnya tujuh orang dari 10 pemuda itu tewas.
Berdiri di jalur kereta api atau saat berpose dengan senjata api juga merupakan kontributor besar. Kendaraan, elemen listrik, dan hewan juga dikaitkan dengan kematian berbau selfie.
Kaum Pria menyumbang tiga dari setiap empat kematian, meskipun wanita mengambil potret diri lebih banyak. Sebagian besar korban berusia 24 tahun atau lebih muda.
Para peneliti membahas pentingnya mengembangkan tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko di masa depan. Teknologi seperti penandaan lokasi, sehingga pengguna dapat diberi peringatan sebelumnya tentang lokasi berbahaya saat ingin selfie.
Kampanye pendidikan dan program kebijakan publik juga dianggap sebagai cara efektif untuk membantu orang mengenali perilaku berbahaya. Seperti membangun zona tanpa selfie di daerah di mana ancamannya tinggi. Polisi Mumbai sendiri melaporkan baru-baru ini mengklasifikasikan ada 16 zona di seluruh kota sebagai zona swafoto berbahaya.
"Dengan tren meningkatnya selfie berbahaya, menjadi penting untuk menyebarkan kesadaran akan bahaya inheren yang terkait dengan orang-orang yang mempertaruhkan nyawa mereka hanya untuk pengakuan di sebuah forum virtual," kata laporan tersebut.
Kampanye Selfie Aman di Rusia
Kepolisian Rusia melakukan kampanye swafoto yang aman sejak 2015 lalu. Hal itu dilakukan akibat dari 100 orang terluka dan puluhan lainnya meninggal dalam kecelakaan mengerikan saat para korban selfie di titik rawan celaka.
"Sebuah selfie keren bisa menghabiskan hidup Anda," ujar Kementerian Dalam Negeri Rusia memperingatkan para penggemar swafoto dalam selebaran yang dilengkapi gambar "selfie dengan senjata mematikan".
Peringatan itu muncul setelah seorang wanita berusia 21 tahun di Moskow secara tidak sengaja menembak dirinya sendiri di kepala saat mengambil senapan sambil memegang pistol. Dia menderita luka di kepala namun selamat. "Itu hanya satu dalam rangkaian kecelakaan yang berhubungan dengan selfie," tulis Kementerian Dalam Negeri Rusia.
Insiden serius yang melibatkan pengambilan selfie terus meningkat. Studi yang dirilis akhir 2016 itu menyebutkan, sudah 127 orang dari berbagai negara meregang nyawa dalam rentang waktu Maret 2014-September 2016. Bukan itu saja, aksi swafoto nekat juga menimbulkan banyak korban terluka.

Studi berjudul "Saya, Saya dan Saya Killfie: Mencirikan dan Mencegah Kematian Diri" dilakukan oleh para periset dari Universitas Carnegie Mellon di Pittsburgh, AS dan Institut Teknologi Informasi Indraprastha di New Delhi, India.
"Mengklik selfie telah menjadi simbol ekspresi diri dan seringkali orang menggambarkan sisi petualang mereka dengan mengunggah swafoto gila. Ini terbukti berbahaya," kata studi tersebut.
Dalam studi juga disebutkan, tren maut tersebut telah menjadi bencana. Sehingga pada tahun 2015 saja telah terjadi lebih banyak kematian karena selfie daripada serangan hiu di seluruh dunia.
Data menunjukkan lebih dari 73 orang meninggal saat mengambil foto ekstrem dari diri mereka sendiri dalam delapan bulan pertama 2016. Artinya naik dari 39 orang pada 2015 dan 15 di tahun 2014. Kematian terbanyak terjadi di India. Delapan korban tewas terjadi di Amerika Serikat.
Jenis yang paling umum dari killfie melibatkan orang-orang yang jatuh dari bangunan, gunung, tebing atau ketinggian tinggi lainnya. Foto terkait air adalah skenario kedua yang paling berbahaya dan 24 insiden melibatkan banyak nyawa yang hilang.

Contohnya, 10 pemuda di sebuah kapal di danau India mencoba untuk mengambil selfie saat perahu itu miring. Akibatnya tujuh orang dari 10 pemuda itu tewas.
Berdiri di jalur kereta api atau saat berpose dengan senjata api juga merupakan kontributor besar. Kendaraan, elemen listrik, dan hewan juga dikaitkan dengan kematian berbau selfie.
Kaum Pria menyumbang tiga dari setiap empat kematian, meskipun wanita mengambil potret diri lebih banyak. Sebagian besar korban berusia 24 tahun atau lebih muda.
Para peneliti membahas pentingnya mengembangkan tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko di masa depan. Teknologi seperti penandaan lokasi, sehingga pengguna dapat diberi peringatan sebelumnya tentang lokasi berbahaya saat ingin selfie.
Kampanye pendidikan dan program kebijakan publik juga dianggap sebagai cara efektif untuk membantu orang mengenali perilaku berbahaya. Seperti membangun zona tanpa selfie di daerah di mana ancamannya tinggi. Polisi Mumbai sendiri melaporkan baru-baru ini mengklasifikasikan ada 16 zona di seluruh kota sebagai zona swafoto berbahaya.
"Dengan tren meningkatnya selfie berbahaya, menjadi penting untuk menyebarkan kesadaran akan bahaya inheren yang terkait dengan orang-orang yang mempertaruhkan nyawa mereka hanya untuk pengakuan di sebuah forum virtual," kata laporan tersebut.
Kampanye Selfie Aman di Rusia
Kepolisian Rusia melakukan kampanye swafoto yang aman sejak 2015 lalu. Hal itu dilakukan akibat dari 100 orang terluka dan puluhan lainnya meninggal dalam kecelakaan mengerikan saat para korban selfie di titik rawan celaka.
"Sebuah selfie keren bisa menghabiskan hidup Anda," ujar Kementerian Dalam Negeri Rusia memperingatkan para penggemar swafoto dalam selebaran yang dilengkapi gambar "selfie dengan senjata mematikan".
Peringatan itu muncul setelah seorang wanita berusia 21 tahun di Moskow secara tidak sengaja menembak dirinya sendiri di kepala saat mengambil senapan sambil memegang pistol. Dia menderita luka di kepala namun selamat. "Itu hanya satu dalam rangkaian kecelakaan yang berhubungan dengan selfie," tulis Kementerian Dalam Negeri Rusia.
(mim)