Peter Thiel, Investor Teknologi yang Tidak Tertarik dengan Hal-Hal Trendi

Minggu, 11 Maret 2018 - 21:56 WIB
Peter Thiel, Investor...
Peter Thiel, Investor Teknologi yang Tidak Tertarik dengan Hal-Hal Trendi
A A A
DUNIA mengakui Peter Thiel adalah investor ulung yang jeli membaca tren. Namun, dia bukan orang yang mengikuti dan berinvestasi pada tren. Thiel sendiri mengaku berupaya menjajaki investasi di luar Silicon Valley. Dia mengaku tidak tertarik dengan teknologi baru yang sedang ngetren. Misalnya software SaaS, virtual computing, augmented reality, hingga artificial intelligence.

"Tren seperti ini ada yang berhasil, ada juga yang gagal. Tapi, sebagai investasi, sangat berbahaya. Bahkan, jika Anda melihat tren yang banyak diperbincangkan, Anda harus menghindarinya. Kalau tidak, Anda harus berhadapan dengan banyak perusahaan dan kompetitor," katanya.

Dan tidak mengejutkan jika kemudian Thiel merasakan hal yang sama tentang teknologi autonomus drive atau swakemudi. Termasuk saat perusahaan investasinya, Founders Fund, menjadi investor di perusahaan ride-sharing Lyft. Pengamat memprediksi masa depan Lyft bergantung pada kemampuannya untuk menjadi perusahaan swakemudi.

Menurut Thiel, perusahaan seperti Uber dan Lyft membawa perubahan besar yang akan mengubah tingkah laku konsumen. Namun, ia melihatnya bukan sebagai investasi yang bagus. Sebab, ada banyak perusahaan yang menggunakan teknologi yang sama dan sulit untuk membedakan satu dengan yang lain. Thiel menyebut bahwa ia selalu melihat tren yang "tidak ada pada radar siapa pun".

Beli Bunker di Selandia Baru
Peter Thiel, Investor Teknologi yang Tidak Tertarik dengan Hal-Hal Trendi

Bayangkan kondisi ini: dunia kehabisan makanan, tidak ada air bersih, dan perdagangan dunia kolaps. Apa yang Anda lakukan? Jika Anda adalah miliuner, maka Anda bisa ke negara ini: Selandia Baru.

Peter Thiel adalah salah satu orang yang menganggap Selandia Baru sebagai tempat yang tepat saat terjadi bencana. Sebab, ia baru saja membeli bangunan senilai USD13,5 juta di lahan seluas 193 hektare di Danau Wanaka, Selandia Baru.

Thiel memang baru saja mendapatkan kewarganegaraan Selandia Baru lewat jalur khusus. Dan tidak hanya Thiel, banyak petinggi Silicon Valley yang sengaja membeli properti di Selandia Baru. "Semua sudah tahu jika ada yang mengatakan Anda sedang membeli properti di Selandia Baru, itu semacam investasi masa depan," ungkap Reid Hoffman, pendiri LinkedIn.

Pada 2011 Thiel menyebut bahwa tidak ada negara lain yang sesuai dengan gambarannya terhadap masa depan selain Selandia Baru. Pendapat tersebut juga diamini oleh Kim Dotcom, taipan teknologi kontroversial lainnya. Negara Lord of the Ring tersebut selain memiliki stok air bersih terbesar, juga memiliki udara tebersih di dunia.

Pada 2016 salah satu taipan Silicon Valley Sam Altman menyebut bahwa ia sudah sepakat untuk pergi ke bunker milik Thiel di Selandia Baru jika terjadi skenario buruk yang biasa kita lihat di film. Misalnya penyebaran virus, kecerdasan buatan yang tidak terkendali, perang nuklir, dan masih banyak lagi.

Miliuner yang membeli rumah di Selandia Baru lainnya adalah sutradara papan atas Holywood James Cameron dan investor Julian Robertson. Adapun Mark Zuckerberg belum lama ini membeli tanah seluas 300 hektare di Hawaii. Begitu pun pendiri Oracle Larry Ellison yang memiliki 98% pulau terbesar di Hawaii, Lanai.

Jika Anda menganggap "kelakuan" para miliader ini mengada-ada, tunggu sampai Anda tahu ada banyak perusahaan yang memang memberikan layanan untuk membangun bunker yang sangat kokoh, bahkan terhadap bencana nuklir sekalipun. Namanya The Survical Condo Project. Pendirinya, Larry Hall, mengatakan bahwa ia terus mendapat order baru setiap Korea Utara melakukan pengujian nuklir.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9010 seconds (0.1#10.140)