Industri Siap Sambut Era Euro 4

Kamis, 02 Agustus 2018 - 07:59 WIB
Industri Siap Sambut...
Industri Siap Sambut Era Euro 4
A A A
JAKARTA - Industri automotif Tanah Air akan memasuki era baru. Jika tidak ada aral melintang, awal Oktober mendatang Indonesia akan menerapkan standar emisi Euro 4 pada produk kendaraan bermotor, menggantikan standar emisi yang sudah lama diaplikasikan yakni Euro 2.
Penerapan standar baru emisi Euro4 itu dimaksudkan agar dapat menekan kadar polusi udara sehingga lebih sehat. Dengan kebijakan baru ini, diharapkan Indonesia bisa mengejar ketertinggalan dari negara lain yang sudah lebih dulu menerapkan Euro 4 pada industri kendaraan bermotornya.

Saat ini, di kawasan Asia Tenggara, hanya Indonesia bersama dua negara lainnya yakni Laos dan Myanmar yang masih menggunakan standar Euro 2. Untuk itu, perlu kesiapan industri dalam implementasi Euro 4.

“Terlebih dulu pemberlakuan standar emisi akan lakukan untuk jenis mesin bensin sedangkan untuk mesin diesel baru akan direalisasikan pada 2021 mendatang,” ujar Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohanes Nangoi.

Dia menambahkan, sebagai langkah awal penerapan standar emisi Euro4, kalangan industri telah menetapkan ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018 yang dibuka hari ini di ICE BSD City, Tangerang, sebagai tanda dimulainya program tersebut.

Menurut Nangoi, pameran automotif terbesar di kawasan Asia Tenggara itu akan menjadi langkah monumental bagi Indonesia dalam penerapan standar emisi baru yang aka dimulai 7 Oktober nanti.

Dia menegaskan, pentingnya deklarasi penggunaan standar emisi Euro 4, karena langkah ini merupakan kemajuan yang harus didorong di masa mendatang. “Indonesia harus maju dan sadar terhadap penerapan standart emisi Euro4 pada kendaraan," ujarnya.

Nangoi juga menambahkan, mobil berteknologi Euro 4 tidak bisa sembarang menggunakan bahan bakar, tidak seperti saat penerapan standar Euro 2. Menurutnya, perangkat mobil dengan standar ini sudah mengadopsi teknologi canggih untuk menghasilkan emisi gas buang yang lebih rendah.

Jika bahan bakar tidak mendukung, maka mobil akan rusak dan hal ini jelas merugikan pemilik. "Begitu mobil Euro4 diluncurkan dan bahan bakarnya belum tersedia, maka mobil tersebut akan rusak," tegas Nangoi.

Tak hanya Gaikindo, Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) juga menyambut baik rencana pemerintah terhadap penerapan standar Euro 4. Ketua Bidang Komersial AISI Sigit Kumala menilai positif diberlakukannya penerapan standar emisi Euro 4 di Indonesia.

"Kami sangat mendukung penuh terhadap rencana pemerintah menerapkan standar emisi Euro4 untuk kendaraan di Indonesia, hal tersebut juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas industri automotif serta kemajuan bagi bangsa," ucapnya.

Penerapan standar emisi baru di Indonesia diharapkan memberikan kontribusi positif bagi industri di tanah air sehingga menjadi lebih kompetitif. “Saat ini Euro4 menjadi standar bagi sebagian besar negara di dunia, sehingga secara umum akan memudahkan produsen untuk menjual kendaraan di luar Indonesia,” jelasnya.

Terkait penerapan standar emisi Euro4, kalangan industri agen pemegang merek (APM) tidak akan serta-merta menarik atau mengubah kendaraan yang sudah diproduksi atau berstandar Euro2. Pasalnya, berdasarkan aturan, dengan ditetapkannya standar emisi Euro4 bukan berarti mobil standar Euro2 tidak boleh beroperasi lagi.

"Kita tidak menarik yang sudah diproduksi (kendaraan Euro2) karena memang seperti itu aturannya bahwa produksi mobil di Oktober harus Euro4. Makanya secara bertahap produksi itu kan akan terserap ke pasar. Jadi pada bulan tertentu ini akan Euro4 semua yang beredar," kata Director of Sales & Marketing Division PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) Irawan Kuncoro.

Dia menuturkan, akan ada masa transisi dari Euro2 ke Euro4. Periode peralihan tersebut akan tergantung pada bensin yang ada di pasar. Dia memperkirakan, masa transisi tersebut tidak akan sampai lima tahun.

“Aturan pemerintahnya Euro4, tetapi bensin yang ada di pasr belum semua Euro4. Jadi akan terjadi transisi saja, lama-lama akan hilang karena produksi kan harus semua Euro4 di Oktober," lanjutnya.

Untuk mengubah standar emisi bagi kendaraan ber-Euro2 agar dijadikan Euro4, Irawan belum mengetahui hal tersebut diperbolehkan atau tidak. Akan tetapi jika mengacu pada peraturan Pemerintah, hal tersebut nampaknya tidak perlu untuk dilakukan.

"Kalau sampai ke situ saya tidak tahu, tapi mestinya tidak perlu karena secara aturan tidak mengharuskan semua mobil harus Euro 4, tidak. Itu akan bertahap saja, bergeser lama kelamaan ke sana. Bukan berarti konsumen mengubah mobilnya jadi Euro 4," ucapnya.

Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) F Soerjopranoto mengungkapkan, pabrikan automotif nasional sudah siap dengan Euro4. “Kami ikuti kebijakan pemerintah, dari sisi produk kami sudah siap," ujarnya.

Namun, kata dia, yang perlu diperhatikan saat ini adalah ketersediaan BBM dengan standar Euro 4 harus merata di seluruh Indonesia. “Populasi mobil kan tidak hanya di kota-kota besar," imbuhnya.

TAM mengaku akan memprioritaskan mobil buatan dalam negeri untuk mengisi celah pasar tersebut, meski tidak menutup kemungkinan jenis kendaraan impor akan semakin banyak karena aturan Euro 4 yang harus segera dijalankan 18 bulan terhitung sejak April 2017.

"Kalau bisa untuk pasar sendiri kami akan produksi di sini. Apakah produk baru, atau modifikasi, apakah ganti mesin atau modifikasi lainnya," ungkap Soerjopranoto.

Sementara itu, Manager External Communication PT Pertamina (Persero) Arya Dwi Paramita mengatakan, industri automotif tidak perlu khawatir dengan standar Euro4. Pasalnya, untuk mendukung industri automotif menggunakan standar Euro4, Pertamina telah menyediakan Pertamax Turbo.

“Untuk mendukung program pemerintah terkait standar Euro4, Pertamina telah menyediakan Pertamax Turbo,” kata dia.

Menurut dia, Pertamax Turbo telah sesuai dengan standar emisi Euro4. Adapun yang paling utama ialah kandungan sulfurnya mencapai 50 part per million (ppm). Untuk peraturan baku mutu emisi gas buang gas kendaraan bermotor tipe baru ini terdapat pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/-KUM.1/3/2017.

Arya tidak menampik jika peredaran jenis bahan bakar berstandar Euro4 belum menyeluruh. Namun, kata dia, ke depannya peredaran bahan bakar standar Euro4 akan bertambah secara bertahap dan disesuaikan dengan spesifikasi.

“Intinya pemerintah kan membuat regulasi, kami mengikuti. Dan yang sudah standar Euro 4, Pertamax Turbo , tahun ini kami fokus pada Pertamax Turbo sedangkan yang lainnya menyesuaikan,” tuturnya.

Andalan Sektor Manufaktur
Di bagian lain, Industri automotif masih merupakan salah satu dari lima sektor manufaktur yang tengah diprioritaskan pengembangannya di masa mendatang. Sektor automotif juga digadang-gadang menjadi pioner dalam penerapan revolusi industri keempat di Tanah Air sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0. Apalagi, industri automotif menunjukkan kinerja positif dan memberikan sumbangan cukup besar untuk pertumbuhan ekonomi nasional.

Data Kementerian Perindustrian menyebutkan, pada kuartal I/ 2018, industri alat angkutan tumbuh 6,33% dan berkontribusi hingga 10,27% terhadap produk domestik bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas. Selain itu, industri kendaraan bermotor dan alat transportasi termasuk lima besar investasi sektor manufaktur pada kuartal pertama tahun ini dengan nilai mencapai Rp3,35 triliun.

“Untuk meningkatkan investasi, pemerintah bertekad terus menciptakan iklim usaha yang kondusif seperti melalui pemberian insentif,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat meninjau persiapan GIIAS 2018 di Tangerang, Banten, kemarin. (Wahyu Sibarani/Nanang Wijayanto/Anton C)

(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0741 seconds (0.1#10.140)