Dan Ticktum, Penyambung Langkah Sang Ayah
A
A
A
MICK Schumacher, pembalap Formula 3 European tengah berada di depan pintu masuk balap mobil Formula 1. Apakah modalnya hanya nama besar ayahnya? Pembalap junior Red Bull Racing asal Inggris, Dan Ticktum, menjadi hujatan banyak orang saat mengungkapkan perasaannya lewat akun Instagram-nya baru-baru ini.
Ticktum yang semula mendominasi balap Formula 3 tiba-tiba kalah total di enam seri terakhir. Saking bingung dengan performanya yang turun, Dan Ticktum mengungkapkan rasa kecewanya secara membabi buta.
“Saya sedang berjuang di pertarungan yang hampir dipastikan kalah karena nama akhir saya bukan Schumacher,” tulis Dan Ticktum di akun Instagram-nya. Pria yang disebut-sebut Dan Ticktum tidak lain dan tidak bukan adalah Mick Schumacher.
Pembalap dari tim Prema Power Team itu secara mengejutkan berhasil menjadi kandidat terkuat pemenang lomba balap mobil Formula 3. Dari enam balapan terakhir, anak kandung legenda balap Formula 1 Michael Schumacher tersebut berhasil duduk di posisi pertama sebanyak lima kali.
Alhasil, Mick Schumacher saat ini berada di posisi teratas Formula 3 dengan raihan poin 329. Angka ini lebih banyak ketimbang Dan Ticktum yang berada di posisi 2 yang mendulang poin 280.
Dengan 3 seri tersisa, bukan tidak mungkin Mick Schumacher akan memenangi lomba balap mobil Formula 3. Performa Mick Schumacher yang mengejutkan inilah yang membuat Dan Ticktum kebingungan.
Kecurigaannya memuncak sampai akhirnya menuduh ada sesuatu yang berbeda dengan mesin Mercedes-Benz di mobil Prema Power team. “Saya menilai pace mereka cukup menarik, dan saya yakin banyak orang di paddock F3 yang akan setuju dengan ini,” kata Dan Ticktum.
Sontak, keluhan tersebut menuai banyak kritikan. Banyak orang menganggap bahwa Dan Ticktum hanya mencari kambing hitam atas performanya yang menurun. Banyak orang yang membela bahwa Mick Schumacher memang bukan sekadar pembalap yang mengandalkan nama besar ayahnya.
Gerhard Berger, pembalap legendaris Formula 1, malah memiliki teori lain. Menurut dia, performa Mick Schumacher yang sangat kontras belakangan ini justru karena pengaruh ayahnya. Gerhard Berger bercerita betapa kuatnya Michael Schumacher dalam mengatasi tekanan.
Pembalap asal Jerman yang tengah koma itu akan semakin berontak jika mendapatkan perlawanan atau tekanan. “Anak itu malah memperlihatkan gen ayahnya. Dia mulai membangun karakter seperti ayahnya.
Saya harap semuanya akan mulai terbuka buat dia. Semua orang akan sangat senang jika Mick menyambung kembali langkah ayahnya,” ujar Gerhard Berger kepada Auto Bild . Maurizio Arrivabene, Tim Prinsipal Scuderia Ferrari, malah membuka pintu lebar-lebar buat Mick Schumacher.
Dia mengatakan, sejak lama Ferrari memang selalu mengawasi kiprah Mick, panggilan akrabnya di dunia balap mobil. Maurizio melanjutkan, nama Schumacher memiliki tempat yang khusus di Ferrari.
Michael Schumacher merupakan sosok penting dalam kebangkitan Ferrari di ajang balap mobil Formula 1, tidak terkecuali bagi Mick yang juga memiliki bakat yang kuat di balap mobil.
“Sekarang yang paling penting, biarkan dia menikmati kariernya. Bagi kami, tidak ada alasan apa pun untuk menutup pintu buat dia,” ujar Maurizio. Namun, Mick bukanlah orang yang ingin dilihat karena nama besar ayahnya.
Di dunia balap mobil, jauh-jauh hari dia malah berusaha menjauhkan diri dengan nama besar ayahnya. Sejak memulai balap gokar saat berusia muda, Mick malah menggunakan nama Mick Betsch, bukan Mick Schumacher.
Nama Betsch diambil dari nama ibunya, Corinna Betsch. Baru-baru ini dia bahkan perlu menjelaskan lewat akun Twitter resmi miliknya mengapa dia menggunakan nama inisial yang berbeda di ajang balap mobil.
Mick sebenarnya bisa menggunakan inisial nama MSC seperti ayahnya karena memiliki pola nama yang sama. Di ajang Formula 3, Mick justru menggunakan nama inisial SCM ketimbang MSC. “MSC adalah inisial ayah saya.
Inisial saya adalah SCM,” ucap Mick. Sikap ini menunjukkan bahwa Mick memang tidak ingin memanfaatkan nama besar sang ayah dalam meniti karier di dunia balap mobil. Meski demikian, Mick tidak pernah menafikan peran ayahnya dalam mengenalkan balap mobil.
Ayah adalah cinta pertama anak perempuan, sementara bagi anak-anak laki adalah guru pertama dalam kehidupan. Mick tidak pernah sekali pun lepas dari Michael Schumacher. Keduanya begitu dekat dan saling berbagi tawa setiap kali berada di lintasan balap.
Tidak mengherankan jika Mick memiliki kedekatan emosional dengan Schumi, panggilan akrab Michael Schumacher. Bahkan, saat ayahnya mengalami kecelakaan ketika bermain ski di Pegunungan Alpen, Prancis, Mick juga ada di sana.
Di tengah peristiwa nahas tersebut, Mick tidak kehilangan konsentrasi dalam menata kariernya di dunia balap mobil. Perlahan-lahan dari bawah dia menapaki anak tangga balap mobil dunia, dimulai dari karting hingga balap mobil Formula 4 ADAC di Jerman.
Kini nama Mick mulai bergaung setelah kiprah moncernya di ajang Formula 3. Banyak orang berharap Mick bisa melanjutkan karier ayahnya di balap Formula 1 berkat kiprahnya yang luar biasa.
Bayangkan, hanya dua tahun di Formula 3 saat ini, Mick sudah bisa menatap gelar juara umum Formula 3. Tidak mengherankan, banyak orang sudah tidak sabar melihat nama Schumacher di lintasan balap mobil Formula 1, meskipun sebagian ada yang harap-harap cemas karena begitu besarnya torehan prestasi sang ayah.
Timo Glock, mantan pembalap Formula 1 yang saat ini menjadi pengamat Formula 1, mengatakan, tugas berat menanti Mick jika memang mampu menembus Formula 1. “Akan ada beban berat buat dia, tapi setidaknya dia akan membuat masyarakat Jerman tertarik kembali menonton Formula 1.
Sejak Michael tidak ada, jumlah orang Jerman yang menonton Formula 1 sangat turun,” ujar Timo Glock. Mick sendiri sadar akan beban itu. Itulah mengapa dia berusaha melepaskan diri dari bayang-bayang sang ayah.
Dia mencoba meneruskan langkah yang sudah dibuat ayahnya dan berusaha mengembangkan dirinya menjadi yang terbaik saat pinangan dari Formula 1 itu datang. “Formula 1 adalah tujuan utama saya dalam balapan dan saya harus memulainya satu per satu,” ucap Mick.
Masih banyak tahapan yang harus dilalui Mick untuk menembus jajaran elite pembalap mobil dunia dan sepertinya dia tidak akan keberatan menjalaninya dengan cara orang kebanyakan.
Ticktum yang semula mendominasi balap Formula 3 tiba-tiba kalah total di enam seri terakhir. Saking bingung dengan performanya yang turun, Dan Ticktum mengungkapkan rasa kecewanya secara membabi buta.
“Saya sedang berjuang di pertarungan yang hampir dipastikan kalah karena nama akhir saya bukan Schumacher,” tulis Dan Ticktum di akun Instagram-nya. Pria yang disebut-sebut Dan Ticktum tidak lain dan tidak bukan adalah Mick Schumacher.
Pembalap dari tim Prema Power Team itu secara mengejutkan berhasil menjadi kandidat terkuat pemenang lomba balap mobil Formula 3. Dari enam balapan terakhir, anak kandung legenda balap Formula 1 Michael Schumacher tersebut berhasil duduk di posisi pertama sebanyak lima kali.
Alhasil, Mick Schumacher saat ini berada di posisi teratas Formula 3 dengan raihan poin 329. Angka ini lebih banyak ketimbang Dan Ticktum yang berada di posisi 2 yang mendulang poin 280.
Dengan 3 seri tersisa, bukan tidak mungkin Mick Schumacher akan memenangi lomba balap mobil Formula 3. Performa Mick Schumacher yang mengejutkan inilah yang membuat Dan Ticktum kebingungan.
Kecurigaannya memuncak sampai akhirnya menuduh ada sesuatu yang berbeda dengan mesin Mercedes-Benz di mobil Prema Power team. “Saya menilai pace mereka cukup menarik, dan saya yakin banyak orang di paddock F3 yang akan setuju dengan ini,” kata Dan Ticktum.
Sontak, keluhan tersebut menuai banyak kritikan. Banyak orang menganggap bahwa Dan Ticktum hanya mencari kambing hitam atas performanya yang menurun. Banyak orang yang membela bahwa Mick Schumacher memang bukan sekadar pembalap yang mengandalkan nama besar ayahnya.
Gerhard Berger, pembalap legendaris Formula 1, malah memiliki teori lain. Menurut dia, performa Mick Schumacher yang sangat kontras belakangan ini justru karena pengaruh ayahnya. Gerhard Berger bercerita betapa kuatnya Michael Schumacher dalam mengatasi tekanan.
Pembalap asal Jerman yang tengah koma itu akan semakin berontak jika mendapatkan perlawanan atau tekanan. “Anak itu malah memperlihatkan gen ayahnya. Dia mulai membangun karakter seperti ayahnya.
Saya harap semuanya akan mulai terbuka buat dia. Semua orang akan sangat senang jika Mick menyambung kembali langkah ayahnya,” ujar Gerhard Berger kepada Auto Bild . Maurizio Arrivabene, Tim Prinsipal Scuderia Ferrari, malah membuka pintu lebar-lebar buat Mick Schumacher.
Dia mengatakan, sejak lama Ferrari memang selalu mengawasi kiprah Mick, panggilan akrabnya di dunia balap mobil. Maurizio melanjutkan, nama Schumacher memiliki tempat yang khusus di Ferrari.
Michael Schumacher merupakan sosok penting dalam kebangkitan Ferrari di ajang balap mobil Formula 1, tidak terkecuali bagi Mick yang juga memiliki bakat yang kuat di balap mobil.
“Sekarang yang paling penting, biarkan dia menikmati kariernya. Bagi kami, tidak ada alasan apa pun untuk menutup pintu buat dia,” ujar Maurizio. Namun, Mick bukanlah orang yang ingin dilihat karena nama besar ayahnya.
Di dunia balap mobil, jauh-jauh hari dia malah berusaha menjauhkan diri dengan nama besar ayahnya. Sejak memulai balap gokar saat berusia muda, Mick malah menggunakan nama Mick Betsch, bukan Mick Schumacher.
Nama Betsch diambil dari nama ibunya, Corinna Betsch. Baru-baru ini dia bahkan perlu menjelaskan lewat akun Twitter resmi miliknya mengapa dia menggunakan nama inisial yang berbeda di ajang balap mobil.
Mick sebenarnya bisa menggunakan inisial nama MSC seperti ayahnya karena memiliki pola nama yang sama. Di ajang Formula 3, Mick justru menggunakan nama inisial SCM ketimbang MSC. “MSC adalah inisial ayah saya.
Inisial saya adalah SCM,” ucap Mick. Sikap ini menunjukkan bahwa Mick memang tidak ingin memanfaatkan nama besar sang ayah dalam meniti karier di dunia balap mobil. Meski demikian, Mick tidak pernah menafikan peran ayahnya dalam mengenalkan balap mobil.
Ayah adalah cinta pertama anak perempuan, sementara bagi anak-anak laki adalah guru pertama dalam kehidupan. Mick tidak pernah sekali pun lepas dari Michael Schumacher. Keduanya begitu dekat dan saling berbagi tawa setiap kali berada di lintasan balap.
Tidak mengherankan jika Mick memiliki kedekatan emosional dengan Schumi, panggilan akrab Michael Schumacher. Bahkan, saat ayahnya mengalami kecelakaan ketika bermain ski di Pegunungan Alpen, Prancis, Mick juga ada di sana.
Di tengah peristiwa nahas tersebut, Mick tidak kehilangan konsentrasi dalam menata kariernya di dunia balap mobil. Perlahan-lahan dari bawah dia menapaki anak tangga balap mobil dunia, dimulai dari karting hingga balap mobil Formula 4 ADAC di Jerman.
Kini nama Mick mulai bergaung setelah kiprah moncernya di ajang Formula 3. Banyak orang berharap Mick bisa melanjutkan karier ayahnya di balap Formula 1 berkat kiprahnya yang luar biasa.
Bayangkan, hanya dua tahun di Formula 3 saat ini, Mick sudah bisa menatap gelar juara umum Formula 3. Tidak mengherankan, banyak orang sudah tidak sabar melihat nama Schumacher di lintasan balap mobil Formula 1, meskipun sebagian ada yang harap-harap cemas karena begitu besarnya torehan prestasi sang ayah.
Timo Glock, mantan pembalap Formula 1 yang saat ini menjadi pengamat Formula 1, mengatakan, tugas berat menanti Mick jika memang mampu menembus Formula 1. “Akan ada beban berat buat dia, tapi setidaknya dia akan membuat masyarakat Jerman tertarik kembali menonton Formula 1.
Sejak Michael tidak ada, jumlah orang Jerman yang menonton Formula 1 sangat turun,” ujar Timo Glock. Mick sendiri sadar akan beban itu. Itulah mengapa dia berusaha melepaskan diri dari bayang-bayang sang ayah.
Dia mencoba meneruskan langkah yang sudah dibuat ayahnya dan berusaha mengembangkan dirinya menjadi yang terbaik saat pinangan dari Formula 1 itu datang. “Formula 1 adalah tujuan utama saya dalam balapan dan saya harus memulainya satu per satu,” ucap Mick.
Masih banyak tahapan yang harus dilalui Mick untuk menembus jajaran elite pembalap mobil dunia dan sepertinya dia tidak akan keberatan menjalaninya dengan cara orang kebanyakan.
(don)