Perang Harga Mobil Sejuta Umat Kini Semakin Kencang

Perang Harga Mobil Sejuta Umat Kini Semakin Kencang
A
A
A
PASAR low MPV di Indonesia terus berdenyut kencang. Perang harga mobil sejuta umat itu kini semakin menarik karena harga yang ditawarkan masing-masing produk terus bersaing.
Ada yang tidak biasa dengan peluncuran Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia baru beberapa waktu lalu. Mobil kembar milik grup Astra itu ternyata menawarkan satu hal unik yang mengejutkan, yakni harga yang sama sekali tidak berubah dengan model Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia lama.
Daihatsu Xenia mengklaim melakukan big minor change di low MPV (LMPV) kesayangan mereka itu yang dijual di rentang harga terendah Rp183,35 juta hingga tertinggi Rp228,95 juta. Sementara Toyota Avanza dibanderol paling murah Rp186,6 juta dan termahal (Avanza Veloz) Rp239,45 juta.
Kebijakan harga ini dibilang mengejutkan karena memang jarang sekali produk baru diluncurkan dengan harga yang lebih mahal dari model lama. Hendrayadi Lastiyoso, Marketing & CR Division Head PT Astra International Daihatsu Sales Operation (AIDSO) mengatakan, sejatinya setiap model baru harus memiliki dua indikator yang membuat mobil ini menaikkan harga.
Pertama adalah biaya riset dan desain mobil yang dijalankan pabrikan saat membuat mobil baru itu. Biasanya setiap pabrikan telah mengeluarkan investasi cukup besar untuk melakukan perubahan yang membedakan antara model lama dan model baru.
Kedua adalah faktor bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) yang diberikan pada setiap model baru. Tentu saja harga BBN-KB itu akan menambah beban pada harga yang diberikan pada mobilmobil baru. “Dengan dua faktor itu saja, harusnya mobil yang dirilis akan mengalami kenaikan harga. Namun, ini tidak kami lakukan karena persaingan pasar LMPV memang sangat ketat saat ini,” ujar Hendrayadi.
Dia mencontohkan, dulu pasar LMPV hanya diisi Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia. Saat ini “ikan” yang mengisi kolam LMPV justru bertambah banyak menjadi tujuh “ikan” yang masing-masing memiliki keunggulan.
Hendrayadi meyakini, dengan harga yang tidak berubah, daya tarik Daihatsu Xenia akan bertambah. Apalagi, Daihatsu Xenia baru yang mereka tawarkan kini memiliki banyak fitur yang menarik serta pilihan mesin terbaru, yakni mesin 4 silinder berkapasitas 1,5 liter.
“Apakah nantinya kami naik harga atau tidak? Itu tergantung performance kami di pasar dan tergantung persaingan pasar,” ucapnya. Jika Daihatsu lebih berterus terang dengan harga yang mereka tawarkan, Toyota justru lebih diplomatis mengenai kebijakan harga yang mereka mainkan.
Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) pada peluncuran Toyota Avanza baru mengatakan, salah satu alasan pihaknya tidak menaikan harga karena sebagai bentuk apresiasi terhadap konsumen yang loyal terhadap Avanza.
Lantas, sampai kapan harga tersebut dipertahankan? Menurut Anton, tergantung kondisi pasar dan permintaan konsumen dalam beberapa bulan ke depan. “Pastinya kita akan melihat dulu, dalam tiga bulan kami akan meninjau lagi bagaimana, tentunya dalam tiga bulan ke depan harganya masih sama dengan sekarang ini,” ujar Anton.
Dia melanjutkan, penetapan harga juga dilihat dari beberapa faktor. Meskipun banyak perubahan, Toyota masih bisa memberikan banderol yang terbaik kepada konsumen. “Bukan berarti harga Avanza sudah mahal sehingga kami tidak menaikan harga, tetapi untuk segmen LMPV, ini harga yang sesuai, seperti sekarang ini,” kata Anton.
Sebenarnya kejutan harga memang sudah dilakukan Wuling ketika mereka mengenalkan Wuling Confero S. Saat itu Wuling menaruh harga mobil LMPV mereka mulai di angka yang sangat mengejutkan, Rp130 juta. Hingga kini Wuling tetap mempertahankan harga yang fantastis itu.
Nah, yang menarik saat ini, Mitsubishi Xpander varian Ultimate justru merupakan LMPV termahal, yang uniknya justru menjadi backbone penjualan Mitsubishi Xpander bagi Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI). Di kluster LMPV dengan mesin 1,5 liter, Mitsubishi Xpander justru memimpin market share penjualan LMPV 1,5 liter.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang diolah Mitsubishi, total pasar LMPV 1,5 liter mencapai 171.828 unit sehingga pangsa pasar Xpander 44,1%, sedangkan sang rival Toyota Avanza Veloz hanya 11%.
Veloz juga kalah dari Suzuki All New Ertiga dengan penjualan 31.973 unit. Mitsubishi mengaku tetap percaya diri, meskipun harga LMPV baru terasa semakin sengit. “Konsumen sudah pintar di kelas LMPV. Mereka melihat value for money untuk Xpander sangat tinggi,” ujar Rully Halsa Pernando, Section Head of Sales and Marketing Division Area Jabodetabek PT MMKSI.
Dia melanjutkan, uang yang dikeluarkan konsumen untuk membeli Mitsubishi Xpander setara dengan berbagai kelebihan yang mereka terima. “Bahkan, selama tiga tahun, mereka tinggal isi bensin karena biaya servis ditanggung selama tiga tahun atau 50.000 kilometer,” ungkapnya.
Ada yang tidak biasa dengan peluncuran Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia baru beberapa waktu lalu. Mobil kembar milik grup Astra itu ternyata menawarkan satu hal unik yang mengejutkan, yakni harga yang sama sekali tidak berubah dengan model Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia lama.
Daihatsu Xenia mengklaim melakukan big minor change di low MPV (LMPV) kesayangan mereka itu yang dijual di rentang harga terendah Rp183,35 juta hingga tertinggi Rp228,95 juta. Sementara Toyota Avanza dibanderol paling murah Rp186,6 juta dan termahal (Avanza Veloz) Rp239,45 juta.
Kebijakan harga ini dibilang mengejutkan karena memang jarang sekali produk baru diluncurkan dengan harga yang lebih mahal dari model lama. Hendrayadi Lastiyoso, Marketing & CR Division Head PT Astra International Daihatsu Sales Operation (AIDSO) mengatakan, sejatinya setiap model baru harus memiliki dua indikator yang membuat mobil ini menaikkan harga.
Pertama adalah biaya riset dan desain mobil yang dijalankan pabrikan saat membuat mobil baru itu. Biasanya setiap pabrikan telah mengeluarkan investasi cukup besar untuk melakukan perubahan yang membedakan antara model lama dan model baru.
Kedua adalah faktor bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) yang diberikan pada setiap model baru. Tentu saja harga BBN-KB itu akan menambah beban pada harga yang diberikan pada mobilmobil baru. “Dengan dua faktor itu saja, harusnya mobil yang dirilis akan mengalami kenaikan harga. Namun, ini tidak kami lakukan karena persaingan pasar LMPV memang sangat ketat saat ini,” ujar Hendrayadi.
Dia mencontohkan, dulu pasar LMPV hanya diisi Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia. Saat ini “ikan” yang mengisi kolam LMPV justru bertambah banyak menjadi tujuh “ikan” yang masing-masing memiliki keunggulan.
Hendrayadi meyakini, dengan harga yang tidak berubah, daya tarik Daihatsu Xenia akan bertambah. Apalagi, Daihatsu Xenia baru yang mereka tawarkan kini memiliki banyak fitur yang menarik serta pilihan mesin terbaru, yakni mesin 4 silinder berkapasitas 1,5 liter.
“Apakah nantinya kami naik harga atau tidak? Itu tergantung performance kami di pasar dan tergantung persaingan pasar,” ucapnya. Jika Daihatsu lebih berterus terang dengan harga yang mereka tawarkan, Toyota justru lebih diplomatis mengenai kebijakan harga yang mereka mainkan.
Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) pada peluncuran Toyota Avanza baru mengatakan, salah satu alasan pihaknya tidak menaikan harga karena sebagai bentuk apresiasi terhadap konsumen yang loyal terhadap Avanza.
Lantas, sampai kapan harga tersebut dipertahankan? Menurut Anton, tergantung kondisi pasar dan permintaan konsumen dalam beberapa bulan ke depan. “Pastinya kita akan melihat dulu, dalam tiga bulan kami akan meninjau lagi bagaimana, tentunya dalam tiga bulan ke depan harganya masih sama dengan sekarang ini,” ujar Anton.
Dia melanjutkan, penetapan harga juga dilihat dari beberapa faktor. Meskipun banyak perubahan, Toyota masih bisa memberikan banderol yang terbaik kepada konsumen. “Bukan berarti harga Avanza sudah mahal sehingga kami tidak menaikan harga, tetapi untuk segmen LMPV, ini harga yang sesuai, seperti sekarang ini,” kata Anton.
Sebenarnya kejutan harga memang sudah dilakukan Wuling ketika mereka mengenalkan Wuling Confero S. Saat itu Wuling menaruh harga mobil LMPV mereka mulai di angka yang sangat mengejutkan, Rp130 juta. Hingga kini Wuling tetap mempertahankan harga yang fantastis itu.
Nah, yang menarik saat ini, Mitsubishi Xpander varian Ultimate justru merupakan LMPV termahal, yang uniknya justru menjadi backbone penjualan Mitsubishi Xpander bagi Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI). Di kluster LMPV dengan mesin 1,5 liter, Mitsubishi Xpander justru memimpin market share penjualan LMPV 1,5 liter.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang diolah Mitsubishi, total pasar LMPV 1,5 liter mencapai 171.828 unit sehingga pangsa pasar Xpander 44,1%, sedangkan sang rival Toyota Avanza Veloz hanya 11%.
Veloz juga kalah dari Suzuki All New Ertiga dengan penjualan 31.973 unit. Mitsubishi mengaku tetap percaya diri, meskipun harga LMPV baru terasa semakin sengit. “Konsumen sudah pintar di kelas LMPV. Mereka melihat value for money untuk Xpander sangat tinggi,” ujar Rully Halsa Pernando, Section Head of Sales and Marketing Division Area Jabodetabek PT MMKSI.
Dia melanjutkan, uang yang dikeluarkan konsumen untuk membeli Mitsubishi Xpander setara dengan berbagai kelebihan yang mereka terima. “Bahkan, selama tiga tahun, mereka tinggal isi bensin karena biaya servis ditanggung selama tiga tahun atau 50.000 kilometer,” ungkapnya.
(don)