Gaikindo Ditantang Ekspor 350.000 Unit Mobil Tahun Ini

Jum'at, 19 Juli 2019 - 07:58 WIB
Gaikindo Ditantang Ekspor...
Gaikindo Ditantang Ekspor 350.000 Unit Mobil Tahun Ini
A A A
TANGARENG - Target ekspor mobil yang dipatok Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sebanyak 300.000 unit pada tahun ini diyakini masih bisa ditingkatkan. Pemerintah bahkan menantang, Gaikindo diminta mengekspor mobil hingga 350.000 unit sepanjang 2019.

Hal ini karena sejumlah faktor dinilai cukup mendukung aktivitas ekspor, termasuk adanya perjanjian perdagangan bebas seperti yang dilakukan dengan Australia. Besarnya potensi ekspor automotif juga terlihat dari kapasitas produksi mobil yang telah mencapai 2 juta unit. Selain itu tren ekspor juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Data Gaikindo menyebutkan pada tahun lalu ekspor mobil utuh (completely built unit/CBU) mencapai 264.500 unit atau tumbuh 14,4% bila dibandingkan dengan 2017 yang hanya 245.553 unit. Seluruh produk ekspor itu dikirim ke 80 negara, termasuk negara-negara ASEAN, Asia, Afrika, Jepang, dan Amerika.

“Saat ini ekspor automotif masuk dalam posisi kedelapan kategori komoditas ekspor nonmigas unggulan dengan nilai USD7,1 miliar. Capaian 2018 tertinggi bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya,” ujar Ketua Umum Gaikindo Johannes Nangoi saat pembukaan pameran automotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019 di ICE BSD, Tangerang, Banten, kemarin.

Dia menambahkan, Gaikindo juga menargetkan peningkatan ekspor kendaraan bisa mencapai 1 juta unit pada 2025. Menurutnya, saat ini industri automotif Indonesia telah berhasil mandiri memenuhi kebutuhan domestik. Ini ditunjukkan dengan angka impor mobil ke Indonesia yang terus menurun setiap tahunnya. “Impor pada 2018 tercatat hanya 90.000 unit dan ini terus menurun dari catatan tahun sebelumnya,” ujar Nangoi.

Dia melanjutkan, dengan adanya tren peningkatan ekspor, Gaikindo optimistis tahun ini angka ekspor yang ditetapkan 300.000 unit bakal tercapai. Ajang GIIAS 2019, menurut Nangoi, menjadi bukti kemampuan Indonesia dalam mengekspor produk automotif. Pada acara pameran tahunan itu berbagai mobil produksi Indonesia yang telah diekspor ke banyak negara di dunia ditampilkan.

Sebut saja Mitsubishi Xpander, Toyota Avanza, Toyota Kijang Innova, Suzuki, dan sejumlah merek lainnya. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengapresiasi target Gaikindo untuk mengekspor 1 juta unit mobil pada 2025. Menurutnya, dalam rangka menggenjot ekspor, pemerintah telah melakukan sejumlah upaya, termasuk kerja sama free trade area (FTA) atau perdagangan bebas dengan Australia.

“Kalau saya lihat target ekspor 300.000 unit justru masih terasa kurang karena hanya naik 10% dari capaian 2018. Kami targetkan, kalau prinsipal para agen pemegang merek (APM) mendukung, angka 350.000 unit itu gampang karena kapasitas sudah ada,” tegas Airlangga.

Mengenai FTA, Airlangga menyebutkan, ada kriteria kendaraan listrik harus memiliki kandungan lokal 40% dan hal itu sangat mudah dicapai. “Kita mengharapkan dalam pameran ini ada launching roadmap 1 juta unit mobil di tahun 2025,” kata Airlangga.

Masih Ketinggalan

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, saat ini ekspor kendaraan dari Indonesia masih ketinggalan bila dibandingkan dengan Thailand kendati pemerintah sudah melakukan berbagai upaya kerja sama untuk meningkatkannya. Menurut JK, pemerintah akan terus mendukung rencana Gaikindo untuk meningkatkan ekspor.

Termasuk di antaranya dengan penambahan infrastruktur pendukung ekspor seperti membuka pelabuhan baru Patimbang di Subang, Jawa Barat. Sekadar informasi, ekspor kendaraan Thailand pada 2018 mencapai angka 1,14 juta unit. Adapun produksinya mencapai 2,16 juta dengan penjualan domestik sebanyak 1,03 juta unit. JK melanjutkan, proyek pelabuhan Patimban ditargetkan rampung pada 2020.

Pemerintah berharap beroperasinya Pelabuhan Patimban dapat mengefisienkan biaya ekspor produk Indonesia ke luar negeri, salah satunya produk automotif. Pelabuhan ini juga diharapkan mengurangi tingkat kepadatan lalu lintas di Jakarta dengan pembagian arus lalu lintas kendaraan serta menjamin keselamatan pelayaran, termasuk area eksplorasi migas.

Saat ini pembangunan Pelabuhan Patimban dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama, Pelabuhan Patimban direncanakan akan dapat melayani 3,5 juta peti kemas (TEUS) dan 600.000 kendaraan bermotor (CBU). Lalu tahap kedua, kapasitas pelayanan akan ditingkatkan menjadi 5,5 juta TEUS. Terakhir pada tahap ketiga, kapasitas akan dimaksimalkan hingga 7.5 juta TEUS.

“Pemerintah mendukung dengan infrastruktur yang berkembang, baik sistemnya maupun logistik. Semua ini suatu sindikasi di mana kita harus saling mendukung baik swasta maupun pemerintah. Karena itulah pameran GIIAS ini akan jadi indikasi kemajuan-kemajuan yang dicapai industri automotif,” jelasnya.

Sementara itu Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listyanto menilai, target ekspor mobil CBU yang diinginkan pemerintah sebanyak 350.000 unit cukup realistis. Meski begitu dia menilai industri harus mendapat dukungan dari sisi infrastruktur.

“Kalau dilihat dari kesiapan industri automotif captive market-nya sudah besar, bahkan menjadi andalan di tengah perang dagang dan lesunya penjualan kendaraan di dalam negeri bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu perlu kesiapan infrastruktur penghubung supaya ekspor dapat terus didorong,” ujar dia.

Menurut Eko, kesiapan infrastruktur pelabuhan menjadi prasyarat utama meningkatkan ekspor mobil. Tanpa adanya dukungan infrastruktur, target-target penjualan ke luar negeri sulit tercapai. Sebab itu pihaknya mendorong Kementerian Perhubungan segera menyelesaikan Pelabuhan Patimban.

“Prasyarat infrastruktur jelas dibutuhkan oleh industri automotif, sementara instrumen Kementerian Perindustrian hanya bisa menyiapkan dari sisi industrinya. Sebab itu perlu dukungan dari kementerian lain,” sebutnya.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8447 seconds (0.1#10.140)