Siswa Era Revolusi Industri 4.0 Dituntut Kritis Sikapi Masalah Bangsa
A
A
A
JAKARTA - Siswa di era Revolusi Industri 4.0 harus berani, serta trampil mengungkapkan pendapatnya atas ide. Sekaligus berpikir kritis terkait persoalan bangsa.
Nah untuk mengasah kemampuan siswa mengungkapkan pendapat dan membangkitkan kesadarannya terhadap persoalan bangsa, siswa-siswi SMA National High Jakarta School (NHJS) menggelar acara “Jakarta Model Parliament”. Kegiatan yang dipimpin oleh Andhika dan Celine, pelajar setempat, ini akan mensimulasikan badan pemerintah yang ada di Indonesia.
"Para siswa-siswi akan mensimulasikan model rapat parlemen Indonesia dengan membahas sejumlah isu,” kata penggagas dan Ketua Jakarta Model Parliament, Andhika Tirtawisata yang juga siswa kelas XII di NHJS.
Ditemani Celine Rusli, siswi kelas XI di NHJS, mereka mengumpulkan anggota panitia penyelenggara untuk menghelat kegiatan Jakarta Model Parliament. Ini sebagai salah satu tantangan bagi pelajar yang terletak di Pos Pengumben, Jakarta Barat, dalam menaklukan era Industri 4.0.
Penyelenggaraan murni dilakukan oleh siswa, mulai dari perencanaan hingga eksekusi. Mereka juga mengundang sekolah lain sebagai partisipan.
"Para peserta akan mewakili partai politik yang ada di DPR untuk saling berdebat terkait isu tertentu,"kata Andhika.Peserta dibagi empat komite, di mana masing-masing komite terdiri dari 15 siswa mulai dari kelas 8 hingga 12. Selain mewakili parpol, siswa juga mewakili menteri kabinet dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari berbagai provinsi.
Adapun isu yang dibahas antara lain, keamanan Papua, vaksinasi, kesehatan mental, pendidikan, dan ibu kota baru. Di sektor teknologi turut dibahas artificial intelligence (AI). Di mana isu-isu tersebut akan dibahas di sejumlah komisi, yakni Komisi III DPR, Komisi IX DPR, Kabinet Presidensial Indonesia, dan DPD. “Total akan ada ada 8 isu yang akan dibahas, setiap komite akan menghasilkan dua resolusi,” sambungnya.
Andhika menjelaskan, walaupun kegiatan ini yang pertama kali, sebenarnya ide ini diadopsi dari jenis event serupa bernama Model United Nations (MUN) -yang sudah banyak dilakukan oleh sekolah di Jakarta. Bedanya, event MUN biasanya mengadopsi mekanisme rapat di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Kami berharap peserta acara akan terlibat dalam perdebatan yang lebih bermakna, karena masalah-masalah yang dibahas lebih relevan dalam kehidupan kita,” harapnya.
Siswa di Era Revolusi Industri 4.0 Dituntut Kritis Sikapi Masalah Bangsa
Jakarta - Siswa di era Revolusi Industri 4.0 harus berani, serta trampil mengungkapkan pendapatnya atas ide. Sekaligus berpikir kritis terkait persoalan bangsa.
Nah untuk mengasah kemampuan siswa mengungkapkan pendapat dan membangkitkan kesadarannya terhadap persoalan bangsa, siswa-siswi SMA NationalHigh Jakarta School (NHJS) yang dipimpin oleh Andhika dan Celine menggelar acara “Jakarta Model Parliament”. Kegiatan ini akan mensimulasikan badan pemerintah yang ada di Indonesia.
"Para siswa-siswi akan mensimulasikan model rapat parlemen Indonesia dengan membahas sejumlah isu,” kata penggagas dan Ketua Jakarta Model Parliament, Andhika Tirtawisata yang juga siswa kelas XII di NHJS.
Ditemani Celine Rusli, siswi kelas XI di NHJS, mereka mengumpulkan anggota panitia penyelenggara untuk menghelat kegiatan Jakarta Model Parliament. Ini sebagai salah satu tantangan bagi pelajar yang terletak di Pos Pengumben, Jakarta Barat, dalam menaklukan era Industri 4.0.
Penyelenggaraan murni dilakukan oleh siswa, mulai dari perencanaan hingga eksekusi. Mereka juga mengundang sekolah lain sebagai partisipan.
"Para peserta akan mewakili partai politik yang ada di DPR untuk saling berdebat terkait isu tertentu,"kata Andhika.
Peserta dibagi empat komite, di mana masing-masing komite terdiri dari 15 siswa mulai dari kelas 8 hingga 12. Selain mewakili parpol, siswa juga mewakili menteri kabinet dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari berbagai provinsi.
Adapun isu yang dibahas antara lain, keamanan Papua, vaksinasi, kesehatan mental, pendidikan, dan ibu kota baru. Di sektor teknologi turut dibahas artificial intelligence (AI). Di mana isu-isu tersebut akan dibahas di sejumlah komisi, yakni Komisi III DPR, Komisi IX DPR, Kabinet Presidensial Indonesia, dan DPD. “Total akan ada ada 8 isu yang akan dibahas, setiap komite akan menghasilkan dua resolusi,” sambungnya.
Andhika menjelaskan, walaupun kegiatan ini yang pertama kali, sebenarnya ide ini diadopsi dari jenis event serupa bernama Model United Nations (MUN) -yang sudah banyak dilakukan oleh sekolah di Jakarta. Bedanya, event MUN biasanya mengadopsi mekanisme rapat di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Kami berharap peserta acara akan terlibat dalam perdebatan yang lebih bermakna, karena masalah-masalah yang dibahas lebih relevan dalam kehidupan kita,” harapnya.
Nah untuk mengasah kemampuan siswa mengungkapkan pendapat dan membangkitkan kesadarannya terhadap persoalan bangsa, siswa-siswi SMA National High Jakarta School (NHJS) menggelar acara “Jakarta Model Parliament”. Kegiatan yang dipimpin oleh Andhika dan Celine, pelajar setempat, ini akan mensimulasikan badan pemerintah yang ada di Indonesia.
"Para siswa-siswi akan mensimulasikan model rapat parlemen Indonesia dengan membahas sejumlah isu,” kata penggagas dan Ketua Jakarta Model Parliament, Andhika Tirtawisata yang juga siswa kelas XII di NHJS.
Ditemani Celine Rusli, siswi kelas XI di NHJS, mereka mengumpulkan anggota panitia penyelenggara untuk menghelat kegiatan Jakarta Model Parliament. Ini sebagai salah satu tantangan bagi pelajar yang terletak di Pos Pengumben, Jakarta Barat, dalam menaklukan era Industri 4.0.
Penyelenggaraan murni dilakukan oleh siswa, mulai dari perencanaan hingga eksekusi. Mereka juga mengundang sekolah lain sebagai partisipan.
"Para peserta akan mewakili partai politik yang ada di DPR untuk saling berdebat terkait isu tertentu,"kata Andhika.Peserta dibagi empat komite, di mana masing-masing komite terdiri dari 15 siswa mulai dari kelas 8 hingga 12. Selain mewakili parpol, siswa juga mewakili menteri kabinet dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari berbagai provinsi.
Adapun isu yang dibahas antara lain, keamanan Papua, vaksinasi, kesehatan mental, pendidikan, dan ibu kota baru. Di sektor teknologi turut dibahas artificial intelligence (AI). Di mana isu-isu tersebut akan dibahas di sejumlah komisi, yakni Komisi III DPR, Komisi IX DPR, Kabinet Presidensial Indonesia, dan DPD. “Total akan ada ada 8 isu yang akan dibahas, setiap komite akan menghasilkan dua resolusi,” sambungnya.
Andhika menjelaskan, walaupun kegiatan ini yang pertama kali, sebenarnya ide ini diadopsi dari jenis event serupa bernama Model United Nations (MUN) -yang sudah banyak dilakukan oleh sekolah di Jakarta. Bedanya, event MUN biasanya mengadopsi mekanisme rapat di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Kami berharap peserta acara akan terlibat dalam perdebatan yang lebih bermakna, karena masalah-masalah yang dibahas lebih relevan dalam kehidupan kita,” harapnya.
Siswa di Era Revolusi Industri 4.0 Dituntut Kritis Sikapi Masalah Bangsa
Jakarta - Siswa di era Revolusi Industri 4.0 harus berani, serta trampil mengungkapkan pendapatnya atas ide. Sekaligus berpikir kritis terkait persoalan bangsa.
Nah untuk mengasah kemampuan siswa mengungkapkan pendapat dan membangkitkan kesadarannya terhadap persoalan bangsa, siswa-siswi SMA NationalHigh Jakarta School (NHJS) yang dipimpin oleh Andhika dan Celine menggelar acara “Jakarta Model Parliament”. Kegiatan ini akan mensimulasikan badan pemerintah yang ada di Indonesia.
"Para siswa-siswi akan mensimulasikan model rapat parlemen Indonesia dengan membahas sejumlah isu,” kata penggagas dan Ketua Jakarta Model Parliament, Andhika Tirtawisata yang juga siswa kelas XII di NHJS.
Ditemani Celine Rusli, siswi kelas XI di NHJS, mereka mengumpulkan anggota panitia penyelenggara untuk menghelat kegiatan Jakarta Model Parliament. Ini sebagai salah satu tantangan bagi pelajar yang terletak di Pos Pengumben, Jakarta Barat, dalam menaklukan era Industri 4.0.
Penyelenggaraan murni dilakukan oleh siswa, mulai dari perencanaan hingga eksekusi. Mereka juga mengundang sekolah lain sebagai partisipan.
"Para peserta akan mewakili partai politik yang ada di DPR untuk saling berdebat terkait isu tertentu,"kata Andhika.
Peserta dibagi empat komite, di mana masing-masing komite terdiri dari 15 siswa mulai dari kelas 8 hingga 12. Selain mewakili parpol, siswa juga mewakili menteri kabinet dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari berbagai provinsi.
Adapun isu yang dibahas antara lain, keamanan Papua, vaksinasi, kesehatan mental, pendidikan, dan ibu kota baru. Di sektor teknologi turut dibahas artificial intelligence (AI). Di mana isu-isu tersebut akan dibahas di sejumlah komisi, yakni Komisi III DPR, Komisi IX DPR, Kabinet Presidensial Indonesia, dan DPD. “Total akan ada ada 8 isu yang akan dibahas, setiap komite akan menghasilkan dua resolusi,” sambungnya.
Andhika menjelaskan, walaupun kegiatan ini yang pertama kali, sebenarnya ide ini diadopsi dari jenis event serupa bernama Model United Nations (MUN) -yang sudah banyak dilakukan oleh sekolah di Jakarta. Bedanya, event MUN biasanya mengadopsi mekanisme rapat di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Kami berharap peserta acara akan terlibat dalam perdebatan yang lebih bermakna, karena masalah-masalah yang dibahas lebih relevan dalam kehidupan kita,” harapnya.
(mim)