Gagal Bayar Utang, Nevs Berpotensial Pailit
A
A
A
STOCKHOLM - Pemilik baru Saab, National Electric Vehicle Sweden, dilaporkan berpotensial menghadapi proses kepailitan di pengadilan Swedia.
Uji pemasok peralatan Labo Test telah mengajukan permohonan meminta pengadilan untuk menyatakan Nevs bangkrut. Mereka dianggap telah gagal membayar uutang sekitar USD21,800 atau sekitar Rp255,06 juta, seperti dilaporkan AP.
Melansir laman Leftlanenews, Rabu (13/8/2014), pembuat mobil pemula, yang dimiliki oleh perusahaan energi berbasis di Hong Kong, awal tahun ini mengumumkan bahwa 9-3 produksi sempat terhenti karena masalah kas jangka pendek.
Perusahaan menyalahkan masalah pada salah satu stakeholder minor, Qingbo Investment Co, yang telah dituduh gagal membiayai operasi yang sedang berlangsung.
Kebangkitan 9-3 mempertahankan keseluruhan desain yang sama seperti pendahulunya dan kini sudah tidak berfungsi. Tetapi platform all-electric dengan jangkauan sekitar 124 mil.
Laporan terakhir menunjukkan Nevs telah mengincar beberapa investor potensial, termasuk India Mahindra dan China Dongfeng, yang bisa berfungsi sebagai pemegang saham mayoritas dan membantu produksi bankroll.
Uji pemasok peralatan Labo Test telah mengajukan permohonan meminta pengadilan untuk menyatakan Nevs bangkrut. Mereka dianggap telah gagal membayar uutang sekitar USD21,800 atau sekitar Rp255,06 juta, seperti dilaporkan AP.
Melansir laman Leftlanenews, Rabu (13/8/2014), pembuat mobil pemula, yang dimiliki oleh perusahaan energi berbasis di Hong Kong, awal tahun ini mengumumkan bahwa 9-3 produksi sempat terhenti karena masalah kas jangka pendek.
Perusahaan menyalahkan masalah pada salah satu stakeholder minor, Qingbo Investment Co, yang telah dituduh gagal membiayai operasi yang sedang berlangsung.
Kebangkitan 9-3 mempertahankan keseluruhan desain yang sama seperti pendahulunya dan kini sudah tidak berfungsi. Tetapi platform all-electric dengan jangkauan sekitar 124 mil.
Laporan terakhir menunjukkan Nevs telah mengincar beberapa investor potensial, termasuk India Mahindra dan China Dongfeng, yang bisa berfungsi sebagai pemegang saham mayoritas dan membantu produksi bankroll.
(dyt)