Toyota Akui Penjualan Mobil di Indonesia Turun 13%, Ini Penyebabnya
Kamis, 07 November 2024 - 08:03 WIB
TOKYO - Kinerja produsen mobil tersebut terbebani oleh penguatan yen dan penjualan yang melambat, terutama di Jepang dan China.
Seperti dilansir dari Asia Nikkei, laba operasional selama enam bulan adalah 2,46 triliun yen, turun 3,7% dari paruh pertama tahun 2023.
Untuk kuartal Juli-September saja, Toyota membukukan laba operasional sebesar 1,16 triliun yen, turun sekitar 20 persen dibandingkan tahun lalu, yang merupakan penurunan laba kuartalan pertama sejak tahun 2022.
Pada kuartal sebelumnya, pihaknya membukukan laba sebesar 1,44 triliun yen.
Pendapatan untuk periode April-September berjumlah 23 triliun yen, naik 5,9 persen dari paruh tahun sebelumnya.
Kenaikan yen sejak bulan Juli telah menjadi masalah besar bagi produsen mobil tersebut, sebuah pemulihan dari kuartal pertama ketika yen yang secara historis lemah mendorong Toyota untuk mencatatkan hasil yang tinggi.
Toyota terus mengalami penurunan penjualan di Asia.
Penjualan di China turun 14 persen di tengah pertumbuhan kendaraan energi baru, termasuk kendaraan listrik dan hibrida plug-in, dan persaingan harga yang ketat dengan pesaing lokal.
Sementara di Thailand dan Indonesia, Toyota menjual lebih sedikit mobil dimana penjualan pada paruh pertama tahun fiskal berjalan masing-masing turun sebesar 13 persen dan 7,5 persen, dibandingkan tahun lalu.
Hal ini karena pemeriksaan pinjaman yang ketat berkontribusi terhadap penurunan pasar.
Penjualan global mencapai 5 juta mobil, turun 2,8% dibandingkan tahun lalu.
Seperti dilansir dari Asia Nikkei, laba operasional selama enam bulan adalah 2,46 triliun yen, turun 3,7% dari paruh pertama tahun 2023.
Untuk kuartal Juli-September saja, Toyota membukukan laba operasional sebesar 1,16 triliun yen, turun sekitar 20 persen dibandingkan tahun lalu, yang merupakan penurunan laba kuartalan pertama sejak tahun 2022.
Pada kuartal sebelumnya, pihaknya membukukan laba sebesar 1,44 triliun yen.
Pendapatan untuk periode April-September berjumlah 23 triliun yen, naik 5,9 persen dari paruh tahun sebelumnya.
Kenaikan yen sejak bulan Juli telah menjadi masalah besar bagi produsen mobil tersebut, sebuah pemulihan dari kuartal pertama ketika yen yang secara historis lemah mendorong Toyota untuk mencatatkan hasil yang tinggi.
Toyota terus mengalami penurunan penjualan di Asia.
Penjualan di China turun 14 persen di tengah pertumbuhan kendaraan energi baru, termasuk kendaraan listrik dan hibrida plug-in, dan persaingan harga yang ketat dengan pesaing lokal.
Sementara di Thailand dan Indonesia, Toyota menjual lebih sedikit mobil dimana penjualan pada paruh pertama tahun fiskal berjalan masing-masing turun sebesar 13 persen dan 7,5 persen, dibandingkan tahun lalu.
Hal ini karena pemeriksaan pinjaman yang ketat berkontribusi terhadap penurunan pasar.
Penjualan global mencapai 5 juta mobil, turun 2,8% dibandingkan tahun lalu.
(wbs)
tulis komentar anda