Berawal dari Menjual Mobil Bekas, Kini Hadirkan Layanan Bengkel Berkelas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Meskipun suhu udara sangat panas, namun puluhan pemilik mobil tampak santai menunggu perawatan kendaraannya.
Puluhan orang menggunakan kemeja biru tampak sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Mulai dari mencuci mobil, mengganti oli hingga melakukan proses detailing. Di lahan seluas hampir 2.000 meter persegi itu, Prayogi tampak santai memainkan telepon selulernya. Meskipun cuaca panas, namun lokasi bengkel di Jalan Jeruk, Jagakarsa, Jakarta Selatan itu sangat sejuk. Tiga pohon durian yang menjulang tinggi berhasil meredam panasnya suhu udara akibat pengaruh El Nino itu.
“Saya sudah lima tahun langganan di bengkel ini. Tak sekadar mencuci atau membersihkan mobil, tetapi juga servis berkala,” tegas pemilik Honda CRV lansiran 2015 berkelir hitam itu kepada SINDOnews, Jumat (29/9).
Bagi Prayogi, selain dekat dengan tempat tinggalnya di Lenteng Agung, Jakarta Selatan itu, keputusan untuk merawat mobilnya di bengkel tersebut lantaran Bengkel yang didirikan hampir 15 tahun silam itu merupakan mitra binaan Grup Otomotif terbesar di Tanah Air. “Jadi standar penanganan kendaraan tak kalah dengan bengkel Authorized,” tuturnya.
Simbisa Motor, begitu Surya Agung Pratama, si pemilik, memberi nama bengkel yang lokasinya tak jauh dari RSU Aulia Jagakarsa itu. Agung bukanlah orang baru di industri perbengkelan kendaraan roda empat. Pria yang lahir di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan itu sudah jatuh bangun merasakan pahit getirnya membangun sebuah bisnis. “Sebelum mengembangkan bengkel ini, saya berjualan mobil bekas,” ujarnya kepada SINDOnews Jumat (29/9).
Menggunakan kaos bermotif awan dan chino berkelir krem, Agung bercerita, usaha yang dilakoninya tak berjalan mulus. Dirinya hanya mampu menjual delapan unit mobil saja. Tetapi kesukaannya terhadap dunia otomotif dan jiwa wirausahanya yang membara, Agung tak patah arang. “2002 saya gagal, tetapi usaha terus saya lakukan,”kenangnya.
Agung lalu banting stir dengan menjajal peruntungan di usaha jasa cuci mobil. “Mobil saya jual untuk beli peralatan membuka usaha cuci mobil. Awalnya hanya tiga stall dengan karyawan seadanya. Saya merangkap tukang cuci, tukang bersih interior, juga berperan sebagai kasir,”ungkapnya. Berkat kegigihannya, usaha Agung terus berkembang. Dalam kurun satu setengah tahun, dari usaha jasa cucii mobil Agung kemudian melirik peluang di usaha jasa ganti oli mobil. Dia menangkap peluang yang besar di bisnis itu, terlebih populasi kendaraan roda empat terus meningkat. Agung pun merekrut seorang mekanik untuk membantu menjalankan usahanya itu.
Tak berselang lama, Agung berkenalan dengan pelaku usaha lainnya yang tergabung dalam Himpunan Bengkel Binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (HBBA).
Pada 2006, Agung pun disarankan untuk bergabung dengan HBBA. Ingin mengembangkan kemampuan bisnisnya, Agung menerima saran itu. Ternyata, HBBA menaungi banyak bengkel dengan kategori Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Agung pun mulai ikut pertemuan, pelatihan, hingga workshop yang diselenggarakan Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) di Sunter, Jakarta Utara. “Akhirnya saya mendapat akses permodalan ke Astra Mitra Ventura di 2008 untuk mendapatkan pinjaman dalam rangka pengembangan usaha,”cetusnya.
Astra Mitra Ventura sendiri merupakan lembaga pembiayaan Grup Astra yang memberikan pembiayaan kepada berbagai macam jenis usaha seperti manufaktur, bengkel, koperasi, infrastruktur, serta jasa dan perdagangan, Industri Kecil Menengah (IKM) yang memiliki fokus bisnis searah dengan Astra.
Agung mengaku beruntung mendapatkan pembiayaan senilai Rp300 juta. Sebab, untuk mengajukan pembiayaan ke bank, dirinya terbentur pada penyusunan laporan keuangan yang amburadul, sehingga tidak bankable. “Meskipun ada jaminan berupa aset, tetapi laporan keuangannya tidak memenuhi syarat,”paparnya.
Dia pun mersa beruntung lantaran selain mendapatkan akses modal, bergabung dengan HBBA dirinya bisa mendapatkan banyak ilmu berbisnis. Mulai dari pemasaran, menyusun laporan keuangan, hingga mendesain bengkel yang sesuai dengan standard yang ditetapkan oleh pendamping. “Akhirnya bisa menyusun laporan keuangan, dari sebelumnya tidak mengerti apa-apa menjadi paham,” tuturnya.
Usaha yang dijalankan Agung terus berkembang. Hal itu membuat dia harus menambah berbagai peralatan dan perlengkapan untuk mendukung usahanya. “Yang tadinya hanya servis ringan saja cuma punya mekanik satu akhirnya bertambah, juga peralatannya. “Pinjaman dari Astra saya gunakan untuk renovasi, menambah fasilitas dan alat. Seperti alat spooring balancing, tire changer dan balancer,”ungkapnya. Tak mau berlama-lama terbebani dengan pinjaman, Agung pun berinisiatif untuk mengembalikan pinjaman dari Astra Modal Ventura dalam kurun dua tahun.
“Akhirnya bismillah saja, ya ketutup sih. Meskipun dengan spot jantung ya karena enggak terbiasa punya utang,” tuturnya. Berbekal pelatihan dan pendampingan yang diberikan YDBA, lanjut Agung, kini dia sudah bisa mengatur cash flow.
Menurut Agung, banyak hal yang dia peroleh dari YDBA. Salah satunya yakni peningkatan skill Sumber Daya Manusia (SDM). Beragam pelatihan dihadirkan YDBA. Tak hanya menyangkut manajemen bisnis, tetapi juga kemampuan teknis bagi pelaku UMKM termasuk tenaga kerja yang terlibat di dalamnya.
“Di YDBA itu dari owner dulu dibuka mindset-nya melalui basic management bengkel. Kemudian ada modul pelatihan, satu tahun diberikan ke kami, kami tinggal pilih mana yang kira-kira dibutuhkan untuk meng-upgrade kinerja,”paparnya. Setelah itu, YDBA memberikan pendampingan dan pelatihan kepada para mekanik mulai dari level basic hingga advance.
Pelatihan-pelatihan teknis terutama untuk merek mobil Grup Astra yakni Toyota, Isuzu, dan Daihatsu. Agung pun mengikutkan mekaniknya untuk menimba ilmu di YDBA. “Mekanik senior diikutkan, yang yunior juga, Nanti digilir mana yang lebih senior dia duluan ikut. Untuk staf administrasi pun juga diikutkan pelatihan. Seperti tenaga front office, kasir, juga service advisor,” katanya.
Saat ini, Agung sudah mempekerjakan 28 orang karyawan dengan tiga divisi layanan. Untuk divisi Car Wash, volume kendaraan yang ditangani mencapai 1.200 unit per bulan. Untuk divisi service mencapai 300 unit mobil per bulan. Sedangkan divisi detailing rata-rata mencapai 50 unit mobil per bulan. “Untuk divisi detailing saya sudah kembangkan menjadi unit usaha baru yang kami tangani secara profesional,”cetusnya.
YDBA memberikan keleluasaan kepada mitra binaan untuk berinovasi. Hal ini membuat Simbisa Motor tak sekadar melayani mobil dengan merek Toyota, Isuzu, dan Daihatsu saja tetapi juga merek Jepang lainnya. “Untuk detailing kami juga menangani mobil brand Eropa,”ungkap Agung.
Meskipun berstatus UMKM, namun YDBA menerapkan standar kualitas Astra. Agung mengatakan, YDBA secara rutin melakukan penilaian dan evaluasi terhadap perkembangan usahanya sebagai UMKM binaan. Tak sekadar menyangkut desain bengkel, kemampuan mekanik, tetapi juga dri sisi safety. YDBA memberikan modul pelatihan secara berkala yang disesuaikan dengan standar bengkel Astra. “Termasuk bagaimana mengelola limbah oli,” tuturnya.
Jika dulu karyawan bisa leluasa menggunakan sandal saat menangani service mobil, sejak bergabung dengan YDBA, seluruh karyawan Simbisa Motor diwajibkan mengenakan Safety Shoes. “Seragam pun sudah standard. Jadi kami diajarkan bagaimana menggunakan SOP Astra,” paparnya.
Dari sisi kebersihan bengkel, Agung mengaku,bengkelnya juga menggunakan standar bengkel authorized. Yang mengharuskan kondisi bengkel harus selalu dalam keadaan bersih. “Tidak boleh ada oli berceceran, semua harus bersih, ringkas, rapih,” urainya.
Simbisa Motor, telah menerapkan Quality Control Circle (QCC), 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat & Rajin) dan pilar keuangan serta ke-HRD-an yang mendukung keberlangsungan usahanya.
Agung pun menilai bergabung menjadi mitra binaan YDBA adalah langkah yang tepat. Sebab, pendampingan yang diberikan YDBA tak berhenti saat mitra binaannya sukses. Namun, pendampingan terus dilakukan hingga mitra binaan sudah benar-benar mandiri. “Jadi, di YDBA pelatihan terus diberikan dan mengikuti teknologi mobil. Misalnya, sekarang era mobil hybrid, kami mitra binaan diberikan pelatihan juga bagaimana menangani mobil
hybrid,” tegas Agung.
Dia pun menilai, pengusaha bengkel mobil benar- benar terbantu dalam mengembangkan usahanya dan menciptakan lapangan kerja. Agung pun mengaku berkolaborasi dengan UMKM binaan YDBA lainnya untuk menangani kendaraan-kendaraan yang memerlukan peralatan lebih canggih. “Di HBBA diajarkan bagaimana melayani konsumen sesuai dengan standar Astra. Jadi konsumen merasa terlayani after sale service-nya meskipun mobilnya sudah lewat masa garansi dan berusia tua,” katanya.
Agung mengungkapkan, dengan semakin banyaknya populasi mobil, terkadang dia kelebihan beban untuk menerima jasa service. Beruntung, sebagai Ketua Umum HBBA Jabodetabek, Agung memiliki jaringan UMKM binaan sejenis berjumlah ratusan. Sehingga Agung bisa berkolaborasi dan menyerahkan pekerjaan service ke bengkel lain. “Karena standar di HBBA itu semua sama menggunakan standar Astra,”cetusnya.
Saat ini HBBA wilayah DKI mencapai 70 bengkel. Untuk Jabodetabek dan Jawa Barat, jumlahnya mencapai 120 bengkel. Para mitra binaan YDBA itu juga diberikan pelatihan business development. Yakni bagaimana mewariskan usahanya ke generasi selanjutnya kelak.
Agung pun menceritakan salah satu anggota HBBA di Cianjur Jawa Barat kini sudah berhasil mengembangkan usahanya, tak sekadar melayani jasa service dan penjualan spare part saja, tetapi juga penjualan mobil. “Ada yang sudah berhasil berkembang menjadi bengkel Sales, Service, dan Sparepart Daihatsu di Cianjur, Jawa Barat,”kata Agung.
Agung sendiri, kini melebarkan sayap usahanya ke sektor body repair dan body paint dengan membuka satu bengkel di kawasan Pengasinan, Bogor. Dia pun berharap, kelak, bisa menjadi mitra Asuransi Astra yang memiliki produk Garda Oto. “Tingkat kualitasnya memang tinggi. Standar yang ditetapkan Garda Oto tinggi, karena itu SOP kerja dan evaluasinya ketat, pelatihannya ketat.
Jadi tidak sembarangan, meskipun punya lahan, punya bengkel, punya alat, tidak bisa secara otomatis jadi rekanan Garda Oto, mereka punya standar kualitas,”ucapnya.
Berbekal pendampingan dan beragam pelatihan dari YDBA, Agung pun berharap di masa depan dirinya bisa memperluas usahanya dan menghadirkan peluang kerja bagi masyarakat. “Sekarang kami perkuat networking,” tutupnya.
UMKM otomotif memang menjadi salah satu sektor yang mendapat perhatian YDBA. Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), Sigit P. Kumala dalam beberapa kesempatan menegaskan, dalam meningkatkan kapasitas UMKM binaan, YDBA mengadakan program pelatihan dan pendampingan yang disusun sesuai dengan kebutuhan industri. Pelatihan diadakan berbentuk kelas tatap muka maupun daring, yang bertujuan memberikan UMKM konsep dasar atas materi yang diberikan. Sementara itu, untuk menjamin materi dapat diimplementasikan di lapangan, YDBA mengadakan pendampingan, yaitu program bimbingan one on one di lokasi UMKM untuk topik tertentu.
YDBA aktif terlibat dalam kegiatan pembinaan UMKM mitra YDBA mulai dari merancang program pembinaan, menyediakan modul dan SDM sebagai instruktur pelatihan maupun pendampingan yang menyasar pada pemenuhan standar quality, cost, and delivery (QCD).
Sigit mengatakan, dalam rangka mendorong pertumbuhan IKM (Industri Kecil Menengah) maupun UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) YDBA terus berupaya melakukan berbagai program pembinaan. YDBA berkolaborasi bersama stakeholders baik pemerintah, swasta, asosiasi, maupun akademisi.
YDBA memiliki mitra binaan sektor otomotif di banyak wilayah di Tanah Air. “YDBA memberikan berbagai program pembinaan agar IKM mampu menghasilkan produk sesuai standar QCD yang dibutuhkan oleh para customer-nya masing-masing,”ujarnya.
YDBA menjalankan program tanggung jawab sosial Astra dengan fokus pada pembinaan UMKM yang meliputi UMKM manufaktur, baik terkait value chain bisnis Astra, maupun yang tidak terkait, bengkel umum roda empat dan roda dua, kerajinan dan kuliner, serta pertanian.
Dalam melakukan pendampingan di lapangan, YDBA memiliki 14 cabang yang disebut dengan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) yang berkolaborasi dengan berbagai pihak. Keempat belas LPB YDBA tersebar di Cakung, Banyuwangi, Yogyakarta, Klaten, Solo, Tegal, Banyumas, Tarikolot dan Puncak Dua, Jawa Barat. Kemudian Lebak, Sangatta, Paser, Bontang, dan Manggarai Barat.
Hingga Desember 2022, YDBA telah memberikan pembinaan kepada 12.313 UMKM di bidang Manufaktur, Bengkel, Kerajinan & Kuliner serta Pertanian. YDBA secara tidak langsung juga telah menciptakan 72.465 lapangan pekerjaan melalui UMKM yang difasilitasinya.
Puluhan orang menggunakan kemeja biru tampak sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Mulai dari mencuci mobil, mengganti oli hingga melakukan proses detailing. Di lahan seluas hampir 2.000 meter persegi itu, Prayogi tampak santai memainkan telepon selulernya. Meskipun cuaca panas, namun lokasi bengkel di Jalan Jeruk, Jagakarsa, Jakarta Selatan itu sangat sejuk. Tiga pohon durian yang menjulang tinggi berhasil meredam panasnya suhu udara akibat pengaruh El Nino itu.
“Saya sudah lima tahun langganan di bengkel ini. Tak sekadar mencuci atau membersihkan mobil, tetapi juga servis berkala,” tegas pemilik Honda CRV lansiran 2015 berkelir hitam itu kepada SINDOnews, Jumat (29/9).
Bagi Prayogi, selain dekat dengan tempat tinggalnya di Lenteng Agung, Jakarta Selatan itu, keputusan untuk merawat mobilnya di bengkel tersebut lantaran Bengkel yang didirikan hampir 15 tahun silam itu merupakan mitra binaan Grup Otomotif terbesar di Tanah Air. “Jadi standar penanganan kendaraan tak kalah dengan bengkel Authorized,” tuturnya.
Simbisa Motor, begitu Surya Agung Pratama, si pemilik, memberi nama bengkel yang lokasinya tak jauh dari RSU Aulia Jagakarsa itu. Agung bukanlah orang baru di industri perbengkelan kendaraan roda empat. Pria yang lahir di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan itu sudah jatuh bangun merasakan pahit getirnya membangun sebuah bisnis. “Sebelum mengembangkan bengkel ini, saya berjualan mobil bekas,” ujarnya kepada SINDOnews Jumat (29/9).
Menggunakan kaos bermotif awan dan chino berkelir krem, Agung bercerita, usaha yang dilakoninya tak berjalan mulus. Dirinya hanya mampu menjual delapan unit mobil saja. Tetapi kesukaannya terhadap dunia otomotif dan jiwa wirausahanya yang membara, Agung tak patah arang. “2002 saya gagal, tetapi usaha terus saya lakukan,”kenangnya.
Agung lalu banting stir dengan menjajal peruntungan di usaha jasa cuci mobil. “Mobil saya jual untuk beli peralatan membuka usaha cuci mobil. Awalnya hanya tiga stall dengan karyawan seadanya. Saya merangkap tukang cuci, tukang bersih interior, juga berperan sebagai kasir,”ungkapnya. Berkat kegigihannya, usaha Agung terus berkembang. Dalam kurun satu setengah tahun, dari usaha jasa cucii mobil Agung kemudian melirik peluang di usaha jasa ganti oli mobil. Dia menangkap peluang yang besar di bisnis itu, terlebih populasi kendaraan roda empat terus meningkat. Agung pun merekrut seorang mekanik untuk membantu menjalankan usahanya itu.
Tak berselang lama, Agung berkenalan dengan pelaku usaha lainnya yang tergabung dalam Himpunan Bengkel Binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (HBBA).
Pada 2006, Agung pun disarankan untuk bergabung dengan HBBA. Ingin mengembangkan kemampuan bisnisnya, Agung menerima saran itu. Ternyata, HBBA menaungi banyak bengkel dengan kategori Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Agung pun mulai ikut pertemuan, pelatihan, hingga workshop yang diselenggarakan Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) di Sunter, Jakarta Utara. “Akhirnya saya mendapat akses permodalan ke Astra Mitra Ventura di 2008 untuk mendapatkan pinjaman dalam rangka pengembangan usaha,”cetusnya.
Astra Mitra Ventura sendiri merupakan lembaga pembiayaan Grup Astra yang memberikan pembiayaan kepada berbagai macam jenis usaha seperti manufaktur, bengkel, koperasi, infrastruktur, serta jasa dan perdagangan, Industri Kecil Menengah (IKM) yang memiliki fokus bisnis searah dengan Astra.
Agung mengaku beruntung mendapatkan pembiayaan senilai Rp300 juta. Sebab, untuk mengajukan pembiayaan ke bank, dirinya terbentur pada penyusunan laporan keuangan yang amburadul, sehingga tidak bankable. “Meskipun ada jaminan berupa aset, tetapi laporan keuangannya tidak memenuhi syarat,”paparnya.
Dia pun mersa beruntung lantaran selain mendapatkan akses modal, bergabung dengan HBBA dirinya bisa mendapatkan banyak ilmu berbisnis. Mulai dari pemasaran, menyusun laporan keuangan, hingga mendesain bengkel yang sesuai dengan standard yang ditetapkan oleh pendamping. “Akhirnya bisa menyusun laporan keuangan, dari sebelumnya tidak mengerti apa-apa menjadi paham,” tuturnya.
Usaha yang dijalankan Agung terus berkembang. Hal itu membuat dia harus menambah berbagai peralatan dan perlengkapan untuk mendukung usahanya. “Yang tadinya hanya servis ringan saja cuma punya mekanik satu akhirnya bertambah, juga peralatannya. “Pinjaman dari Astra saya gunakan untuk renovasi, menambah fasilitas dan alat. Seperti alat spooring balancing, tire changer dan balancer,”ungkapnya. Tak mau berlama-lama terbebani dengan pinjaman, Agung pun berinisiatif untuk mengembalikan pinjaman dari Astra Modal Ventura dalam kurun dua tahun.
“Akhirnya bismillah saja, ya ketutup sih. Meskipun dengan spot jantung ya karena enggak terbiasa punya utang,” tuturnya. Berbekal pelatihan dan pendampingan yang diberikan YDBA, lanjut Agung, kini dia sudah bisa mengatur cash flow.
Menurut Agung, banyak hal yang dia peroleh dari YDBA. Salah satunya yakni peningkatan skill Sumber Daya Manusia (SDM). Beragam pelatihan dihadirkan YDBA. Tak hanya menyangkut manajemen bisnis, tetapi juga kemampuan teknis bagi pelaku UMKM termasuk tenaga kerja yang terlibat di dalamnya.
“Di YDBA itu dari owner dulu dibuka mindset-nya melalui basic management bengkel. Kemudian ada modul pelatihan, satu tahun diberikan ke kami, kami tinggal pilih mana yang kira-kira dibutuhkan untuk meng-upgrade kinerja,”paparnya. Setelah itu, YDBA memberikan pendampingan dan pelatihan kepada para mekanik mulai dari level basic hingga advance.
Pelatihan-pelatihan teknis terutama untuk merek mobil Grup Astra yakni Toyota, Isuzu, dan Daihatsu. Agung pun mengikutkan mekaniknya untuk menimba ilmu di YDBA. “Mekanik senior diikutkan, yang yunior juga, Nanti digilir mana yang lebih senior dia duluan ikut. Untuk staf administrasi pun juga diikutkan pelatihan. Seperti tenaga front office, kasir, juga service advisor,” katanya.
Saat ini, Agung sudah mempekerjakan 28 orang karyawan dengan tiga divisi layanan. Untuk divisi Car Wash, volume kendaraan yang ditangani mencapai 1.200 unit per bulan. Untuk divisi service mencapai 300 unit mobil per bulan. Sedangkan divisi detailing rata-rata mencapai 50 unit mobil per bulan. “Untuk divisi detailing saya sudah kembangkan menjadi unit usaha baru yang kami tangani secara profesional,”cetusnya.
YDBA memberikan keleluasaan kepada mitra binaan untuk berinovasi. Hal ini membuat Simbisa Motor tak sekadar melayani mobil dengan merek Toyota, Isuzu, dan Daihatsu saja tetapi juga merek Jepang lainnya. “Untuk detailing kami juga menangani mobil brand Eropa,”ungkap Agung.
Meskipun berstatus UMKM, namun YDBA menerapkan standar kualitas Astra. Agung mengatakan, YDBA secara rutin melakukan penilaian dan evaluasi terhadap perkembangan usahanya sebagai UMKM binaan. Tak sekadar menyangkut desain bengkel, kemampuan mekanik, tetapi juga dri sisi safety. YDBA memberikan modul pelatihan secara berkala yang disesuaikan dengan standar bengkel Astra. “Termasuk bagaimana mengelola limbah oli,” tuturnya.
Jika dulu karyawan bisa leluasa menggunakan sandal saat menangani service mobil, sejak bergabung dengan YDBA, seluruh karyawan Simbisa Motor diwajibkan mengenakan Safety Shoes. “Seragam pun sudah standard. Jadi kami diajarkan bagaimana menggunakan SOP Astra,” paparnya.
Dari sisi kebersihan bengkel, Agung mengaku,bengkelnya juga menggunakan standar bengkel authorized. Yang mengharuskan kondisi bengkel harus selalu dalam keadaan bersih. “Tidak boleh ada oli berceceran, semua harus bersih, ringkas, rapih,” urainya.
Simbisa Motor, telah menerapkan Quality Control Circle (QCC), 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat & Rajin) dan pilar keuangan serta ke-HRD-an yang mendukung keberlangsungan usahanya.
Agung pun menilai bergabung menjadi mitra binaan YDBA adalah langkah yang tepat. Sebab, pendampingan yang diberikan YDBA tak berhenti saat mitra binaannya sukses. Namun, pendampingan terus dilakukan hingga mitra binaan sudah benar-benar mandiri. “Jadi, di YDBA pelatihan terus diberikan dan mengikuti teknologi mobil. Misalnya, sekarang era mobil hybrid, kami mitra binaan diberikan pelatihan juga bagaimana menangani mobil
hybrid,” tegas Agung.
Dia pun menilai, pengusaha bengkel mobil benar- benar terbantu dalam mengembangkan usahanya dan menciptakan lapangan kerja. Agung pun mengaku berkolaborasi dengan UMKM binaan YDBA lainnya untuk menangani kendaraan-kendaraan yang memerlukan peralatan lebih canggih. “Di HBBA diajarkan bagaimana melayani konsumen sesuai dengan standar Astra. Jadi konsumen merasa terlayani after sale service-nya meskipun mobilnya sudah lewat masa garansi dan berusia tua,” katanya.
Agung mengungkapkan, dengan semakin banyaknya populasi mobil, terkadang dia kelebihan beban untuk menerima jasa service. Beruntung, sebagai Ketua Umum HBBA Jabodetabek, Agung memiliki jaringan UMKM binaan sejenis berjumlah ratusan. Sehingga Agung bisa berkolaborasi dan menyerahkan pekerjaan service ke bengkel lain. “Karena standar di HBBA itu semua sama menggunakan standar Astra,”cetusnya.
Saat ini HBBA wilayah DKI mencapai 70 bengkel. Untuk Jabodetabek dan Jawa Barat, jumlahnya mencapai 120 bengkel. Para mitra binaan YDBA itu juga diberikan pelatihan business development. Yakni bagaimana mewariskan usahanya ke generasi selanjutnya kelak.
Agung pun menceritakan salah satu anggota HBBA di Cianjur Jawa Barat kini sudah berhasil mengembangkan usahanya, tak sekadar melayani jasa service dan penjualan spare part saja, tetapi juga penjualan mobil. “Ada yang sudah berhasil berkembang menjadi bengkel Sales, Service, dan Sparepart Daihatsu di Cianjur, Jawa Barat,”kata Agung.
Agung sendiri, kini melebarkan sayap usahanya ke sektor body repair dan body paint dengan membuka satu bengkel di kawasan Pengasinan, Bogor. Dia pun berharap, kelak, bisa menjadi mitra Asuransi Astra yang memiliki produk Garda Oto. “Tingkat kualitasnya memang tinggi. Standar yang ditetapkan Garda Oto tinggi, karena itu SOP kerja dan evaluasinya ketat, pelatihannya ketat.
Jadi tidak sembarangan, meskipun punya lahan, punya bengkel, punya alat, tidak bisa secara otomatis jadi rekanan Garda Oto, mereka punya standar kualitas,”ucapnya.
Berbekal pendampingan dan beragam pelatihan dari YDBA, Agung pun berharap di masa depan dirinya bisa memperluas usahanya dan menghadirkan peluang kerja bagi masyarakat. “Sekarang kami perkuat networking,” tutupnya.
UMKM otomotif memang menjadi salah satu sektor yang mendapat perhatian YDBA. Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), Sigit P. Kumala dalam beberapa kesempatan menegaskan, dalam meningkatkan kapasitas UMKM binaan, YDBA mengadakan program pelatihan dan pendampingan yang disusun sesuai dengan kebutuhan industri. Pelatihan diadakan berbentuk kelas tatap muka maupun daring, yang bertujuan memberikan UMKM konsep dasar atas materi yang diberikan. Sementara itu, untuk menjamin materi dapat diimplementasikan di lapangan, YDBA mengadakan pendampingan, yaitu program bimbingan one on one di lokasi UMKM untuk topik tertentu.
YDBA aktif terlibat dalam kegiatan pembinaan UMKM mitra YDBA mulai dari merancang program pembinaan, menyediakan modul dan SDM sebagai instruktur pelatihan maupun pendampingan yang menyasar pada pemenuhan standar quality, cost, and delivery (QCD).
Sigit mengatakan, dalam rangka mendorong pertumbuhan IKM (Industri Kecil Menengah) maupun UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) YDBA terus berupaya melakukan berbagai program pembinaan. YDBA berkolaborasi bersama stakeholders baik pemerintah, swasta, asosiasi, maupun akademisi.
YDBA memiliki mitra binaan sektor otomotif di banyak wilayah di Tanah Air. “YDBA memberikan berbagai program pembinaan agar IKM mampu menghasilkan produk sesuai standar QCD yang dibutuhkan oleh para customer-nya masing-masing,”ujarnya.
YDBA menjalankan program tanggung jawab sosial Astra dengan fokus pada pembinaan UMKM yang meliputi UMKM manufaktur, baik terkait value chain bisnis Astra, maupun yang tidak terkait, bengkel umum roda empat dan roda dua, kerajinan dan kuliner, serta pertanian.
Dalam melakukan pendampingan di lapangan, YDBA memiliki 14 cabang yang disebut dengan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) yang berkolaborasi dengan berbagai pihak. Keempat belas LPB YDBA tersebar di Cakung, Banyuwangi, Yogyakarta, Klaten, Solo, Tegal, Banyumas, Tarikolot dan Puncak Dua, Jawa Barat. Kemudian Lebak, Sangatta, Paser, Bontang, dan Manggarai Barat.
Hingga Desember 2022, YDBA telah memberikan pembinaan kepada 12.313 UMKM di bidang Manufaktur, Bengkel, Kerajinan & Kuliner serta Pertanian. YDBA secara tidak langsung juga telah menciptakan 72.465 lapangan pekerjaan melalui UMKM yang difasilitasinya.
(dan)