Ini Ketakutan Bos Besar Xiaomi Lei Jun Jualan Mobil Listrik
loading...
A
A
A
CHINA - Lei Jun, CEO Xiaomi , mengungkap beberapa ketakutan dalam berjualan mobil listrik . Apa saja kekhawatirannya?
CEO Xiaomi Lei Jun mengungkap sejumlah ketakutannya dalam berjualan mobil listrik. Melalui wawancara dengan CCTV, Kamis (21/12) silam, dia menyebut ada beberapa kekhawatiran yang dia rasakan dalam menjual mobil listrik pertama mereka, Xiaomi SU7.
Dia menjelaskan biaya produksi mobil listrik sangat besar jika dibandingkan membuat peralatan elektronik. Bahkan sangat besar dibanding biaya membuat mobil konvensional.
Dia mengaku sudah menanam investasi sebesar 10 miliar Yuan atau sekitar Rp21,7 triliun. Dia juga telah merekrut sebanyak 3.400 orang agar Xiaomi bisa membuat mobil listrik. Investasi besar-besaran itu terpusat di sebuah pabrik mobil listrik Xiaomi yang ada di Shenzhen, China.
"Yang saya khawatirkan adalah mobilnya tidak popular dan tidak ada yang mau beli," katanya serius.
Lebih lanjut Lei Jun mengaku masalah produksi juga jadi kekhawatiran besar. Waktu tunggu produksi dan distribusi mobil yang sangat panjang akan merugikan buat Xiaomi.
Bukan hanya sebagai produsen mobil listrik tapi juga citra dari perusahaan elektronik yang sudah punya nama besar. "Saya khawatir jika konsumen perlu menunggu mobil mereka hingga setahun, reputasi kami tercederai," ujarnya khawatir.
Meski punya kekhawatiran besar, Lei Jun dikutip South China Morning Post justru mengaku sangat bersemangat untuk jualan mobil listrik. Dia malah yakin mobil listrik Xiaomi bisa bersaing dengan Tesla.
Mobil listrik Xiaomi menurutnya punya banyak kesempatan karena pasar otomotif di China sangat menggiurkan. Segmen mobil listrik juga terus berkembang dimana pada 2023 ini saja hingga November sudah terjual sebanyak 8,05 jutamobillistrik.
CEO Xiaomi Lei Jun mengungkap sejumlah ketakutannya dalam berjualan mobil listrik. Melalui wawancara dengan CCTV, Kamis (21/12) silam, dia menyebut ada beberapa kekhawatiran yang dia rasakan dalam menjual mobil listrik pertama mereka, Xiaomi SU7.
Dia menjelaskan biaya produksi mobil listrik sangat besar jika dibandingkan membuat peralatan elektronik. Bahkan sangat besar dibanding biaya membuat mobil konvensional.
Dia mengaku sudah menanam investasi sebesar 10 miliar Yuan atau sekitar Rp21,7 triliun. Dia juga telah merekrut sebanyak 3.400 orang agar Xiaomi bisa membuat mobil listrik. Investasi besar-besaran itu terpusat di sebuah pabrik mobil listrik Xiaomi yang ada di Shenzhen, China.
"Yang saya khawatirkan adalah mobilnya tidak popular dan tidak ada yang mau beli," katanya serius.
Lebih lanjut Lei Jun mengaku masalah produksi juga jadi kekhawatiran besar. Waktu tunggu produksi dan distribusi mobil yang sangat panjang akan merugikan buat Xiaomi.
Bukan hanya sebagai produsen mobil listrik tapi juga citra dari perusahaan elektronik yang sudah punya nama besar. "Saya khawatir jika konsumen perlu menunggu mobil mereka hingga setahun, reputasi kami tercederai," ujarnya khawatir.
Meski punya kekhawatiran besar, Lei Jun dikutip South China Morning Post justru mengaku sangat bersemangat untuk jualan mobil listrik. Dia malah yakin mobil listrik Xiaomi bisa bersaing dengan Tesla.
Mobil listrik Xiaomi menurutnya punya banyak kesempatan karena pasar otomotif di China sangat menggiurkan. Segmen mobil listrik juga terus berkembang dimana pada 2023 ini saja hingga November sudah terjual sebanyak 8,05 jutamobillistrik.
(dan)