Oarfish, Tsunami dalam Takhayul Modern Masyarakat Jepang
loading...
A
A
A
TOKYO - Perilaku hewan dipercaya bisa menjadi sebuah pertanda bencana alam akan terjadi. Misalnya hewan-hewan di pegunungan yang turun ketika gunung akan meletus. (Baca juga: Korea Selatan Kandaskan AS dan China untuk Klaim Peringkat Pertama 5G Dunia )
Hewan lain yang dipercaya sebagai pertanda hingga saat ini adalah kemunculan ikan oarfish, yang menandakan akan terjadinya gempa dan tsunami.
Mitos tersebut berasal dari dongeng masyarakat Jepang. Menurut cerita, ketika ikan perak seperti ular itu mucul dari kedalaman, sebuah gempa bumi besar akan segera terjadi, disusul dengan bencana tsunami.(Baca juga: Program Permata Sakti, UGM Terima 492 Mahasiswa dari 29 Kampus Lain )
Tetapi para peneliti Jepang yang melakukan penelitian dari laporan surat kabar, catatan akuarium, dan makalah akademis yang berasal dari tahun 1928, tidak dapat menemukan korelasi antara penampakan ikan oarfish dan bencana.
"Seseorang hampir tidak dapat mengonfirmasi hubungan antara dua fenomena itu," kata seismolog Yoshiaki Orihara, dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Bulletin of the Seismological Society of America (BSSA).
Sementara itu, menurut laporan Forbes, oarfish menarik perhatian setelah gempa bumi terjadi di Tohoku, Jepang, Maret 2011.
Gempa yang kemudian disusul tsunami itu menewaskan lebih dari 19.000 orang dan menyebabkan kehancuran pada tiga reaktor nuklir di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Diaiichi.
Pengamat kemudian menghubungkan gempa tersebut dengan banyaknya oarfish yang terdampar di pantai Jepang.
Di Negeri Sakura, oarfish kerap disebut Ryugu no Tsukai atau Utusan dari Istana Dewa Laut. Terutama pada spesies yang lebih kecil atau rampin, konon mengunjungi pantai Jepang untuk memperingatkan akan terjadinya gempa bumi dan tsunami.
"Seandainya cerita rakyat ini terbukti benar, penampilan ikan laut dalam ini bisa menjadi informasi yang berguna untuk mitigasi bencana," tulis Orihara.
Kendati demikian, banyak ilmuwan yang telah mencoba menjelaskan legenda itu dengan cara keilmuan, bahwa kemunculan oarfish disebabkan pergerakan lempeng tektonik yang dapat menghasilkan arus elektromagnetik.
Kejadian itu mendorong oarfish dan ikan laut dalam lainnya seperti dealfish, ribbonfish, dan unicorn creshfish, ke perairan dangkal.
Oarfish pertama kali ditemukan pada 1772. Penyelam dan hasil tangkapan yang tidak disengaja telah memberikan sedikit informasi tentang etologi dan ekologi ikan ini.
Oarfish merupakan ikan yang hidup di laut dalam sekitar 1.000 meter. Para ilmuwan percaya mereka bermigrasi ke Laut Jepang di Arus Tsushima.
Dari hasil rekaman video yang dilakukan peneliti, spesies oarfish bisa tumbuh hingga 11 meter. Ikan ini sering diidentifikasi sebagai ular laut, padahal jenis yang berbeda.
Secara keseluruhan, Orihara dan rekan-rekannya menemukan 336 penampakan oarfish di laut dalam Jepang, antara November 1928 dan Maret 2011.
Tetapi tidak satu pun dari penampakan itu terjadi dalam 30 hari setelah gempa bumi berkekuatan 7,0 atau lebih besar.
Orihara juga tidak dapat menemukan bukti bahwa gempa berkekuatan 6,0 atau lebih besar yang terjadi dalam waktu 10 hari, didasari kemunculan ikan tersebut.
Hewan lain yang dipercaya sebagai pertanda hingga saat ini adalah kemunculan ikan oarfish, yang menandakan akan terjadinya gempa dan tsunami.
Mitos tersebut berasal dari dongeng masyarakat Jepang. Menurut cerita, ketika ikan perak seperti ular itu mucul dari kedalaman, sebuah gempa bumi besar akan segera terjadi, disusul dengan bencana tsunami.(Baca juga: Program Permata Sakti, UGM Terima 492 Mahasiswa dari 29 Kampus Lain )
Tetapi para peneliti Jepang yang melakukan penelitian dari laporan surat kabar, catatan akuarium, dan makalah akademis yang berasal dari tahun 1928, tidak dapat menemukan korelasi antara penampakan ikan oarfish dan bencana.
"Seseorang hampir tidak dapat mengonfirmasi hubungan antara dua fenomena itu," kata seismolog Yoshiaki Orihara, dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Bulletin of the Seismological Society of America (BSSA).
Sementara itu, menurut laporan Forbes, oarfish menarik perhatian setelah gempa bumi terjadi di Tohoku, Jepang, Maret 2011.
Gempa yang kemudian disusul tsunami itu menewaskan lebih dari 19.000 orang dan menyebabkan kehancuran pada tiga reaktor nuklir di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Diaiichi.
Pengamat kemudian menghubungkan gempa tersebut dengan banyaknya oarfish yang terdampar di pantai Jepang.
Di Negeri Sakura, oarfish kerap disebut Ryugu no Tsukai atau Utusan dari Istana Dewa Laut. Terutama pada spesies yang lebih kecil atau rampin, konon mengunjungi pantai Jepang untuk memperingatkan akan terjadinya gempa bumi dan tsunami.
"Seandainya cerita rakyat ini terbukti benar, penampilan ikan laut dalam ini bisa menjadi informasi yang berguna untuk mitigasi bencana," tulis Orihara.
Kendati demikian, banyak ilmuwan yang telah mencoba menjelaskan legenda itu dengan cara keilmuan, bahwa kemunculan oarfish disebabkan pergerakan lempeng tektonik yang dapat menghasilkan arus elektromagnetik.
Kejadian itu mendorong oarfish dan ikan laut dalam lainnya seperti dealfish, ribbonfish, dan unicorn creshfish, ke perairan dangkal.
Oarfish pertama kali ditemukan pada 1772. Penyelam dan hasil tangkapan yang tidak disengaja telah memberikan sedikit informasi tentang etologi dan ekologi ikan ini.
Oarfish merupakan ikan yang hidup di laut dalam sekitar 1.000 meter. Para ilmuwan percaya mereka bermigrasi ke Laut Jepang di Arus Tsushima.
Dari hasil rekaman video yang dilakukan peneliti, spesies oarfish bisa tumbuh hingga 11 meter. Ikan ini sering diidentifikasi sebagai ular laut, padahal jenis yang berbeda.
Secara keseluruhan, Orihara dan rekan-rekannya menemukan 336 penampakan oarfish di laut dalam Jepang, antara November 1928 dan Maret 2011.
Tetapi tidak satu pun dari penampakan itu terjadi dalam 30 hari setelah gempa bumi berkekuatan 7,0 atau lebih besar.
Orihara juga tidak dapat menemukan bukti bahwa gempa berkekuatan 6,0 atau lebih besar yang terjadi dalam waktu 10 hari, didasari kemunculan ikan tersebut.
(wbs)