Hasil Riset Klaim Standar Kenyaman GoJek Melebihi Industri
loading...
A
A
A
Sebanyak 93% konsumen yang disurvei dalam riset yang baru-baru ini dirilis Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB-UI) mengakui jika aplikasi Gojek memiliki standar keamanan yang lebih baik dibandingkan dengan standar keamanan yang diterapkan industri.
“Selama pandemi konsumen semakin bergantung pada layanan digital tradisional, seperti pemesanan makanan, pengiriman barang, dan pembayaran digital. Selain itu terjadi peningkatan penggunaan layanan digital yang sebelumnya belum banyak digunakan oleh konsumen seperti layanan kesehatan melalui GoMed, dan amal melalui GoGive. ,” jelasnya dalam rilis tentang survei yang berfokus pada perilaku transaksi digital konsumen melalui aplikasi Gojek, serta persepsi konsumen terhadap inovasi fitur teknologi Gojek selama pandemi COVID-19, itu.
Selain itu, sebanyak 86% konsumen yang disurvei juga mengaku sangat terbantu oleh aplikasi Gojek dalam beradaptasi dengan kebiasaan baru dan tetap produktif selama pandemi COVID-19. Survei itu juga mencatat adanya peningkatan penggunaan berbagai fitur layanan dalam ekosistem Gojek dibandingkan jumlah transaksi yang tercatat sebelum pandemi. Sebanyak 65% konsumen mengaku lebih sering menggunakan layanan GoFood, diikuti layanan GoPay (68%), Paylater (57%) dan GoSend (36%).
Kemudian, rata-rata pengeluaran konsumen per bulan untuk layanan belanja kebutuhan sehari-hari juga meningkat sebagaimana ditunjukkan pada layanan GoMart (44%) dan pemesanan makanan lewat GoFood (26%) sehingga secara keseluruhan jumlah saldo GoPay yang digunakan oleh konsumen per bulan meningkat 8%.
Ketertarikan LD FEB-UI untuk melakukan studi kasus pada ekosistem Gojek didasarkan pada pemikiran bahwa pandemi telah mendorong proses digitalisasi di Asia Tenggara menjadi lebih cepat lima tahun. Penelitian ini melibatkan 4.199 orang responden dengan periode survey selama September 2020 yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui survei mandiri yang disebarkan secara daring.
“Selama pandemi konsumen semakin bergantung pada layanan digital tradisional, seperti pemesanan makanan, pengiriman barang, dan pembayaran digital. Selain itu terjadi peningkatan penggunaan layanan digital yang sebelumnya belum banyak digunakan oleh konsumen seperti layanan kesehatan melalui GoMed, dan amal melalui GoGive. ,” jelasnya dalam rilis tentang survei yang berfokus pada perilaku transaksi digital konsumen melalui aplikasi Gojek, serta persepsi konsumen terhadap inovasi fitur teknologi Gojek selama pandemi COVID-19, itu.
Selain itu, sebanyak 86% konsumen yang disurvei juga mengaku sangat terbantu oleh aplikasi Gojek dalam beradaptasi dengan kebiasaan baru dan tetap produktif selama pandemi COVID-19. Survei itu juga mencatat adanya peningkatan penggunaan berbagai fitur layanan dalam ekosistem Gojek dibandingkan jumlah transaksi yang tercatat sebelum pandemi. Sebanyak 65% konsumen mengaku lebih sering menggunakan layanan GoFood, diikuti layanan GoPay (68%), Paylater (57%) dan GoSend (36%).
Kemudian, rata-rata pengeluaran konsumen per bulan untuk layanan belanja kebutuhan sehari-hari juga meningkat sebagaimana ditunjukkan pada layanan GoMart (44%) dan pemesanan makanan lewat GoFood (26%) sehingga secara keseluruhan jumlah saldo GoPay yang digunakan oleh konsumen per bulan meningkat 8%.
Ketertarikan LD FEB-UI untuk melakukan studi kasus pada ekosistem Gojek didasarkan pada pemikiran bahwa pandemi telah mendorong proses digitalisasi di Asia Tenggara menjadi lebih cepat lima tahun. Penelitian ini melibatkan 4.199 orang responden dengan periode survey selama September 2020 yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui survei mandiri yang disebarkan secara daring.
(wbs)