Kisah Mobil Lincoln, Saksi Bisu Pemicu Hari Pahlawan
loading...
A
A
A
SURABAYA - Tewasnya Jendral AWS Mallaby, Jenderal Inggris di depan Gedung Internatio, Surabaya, pada 30 Oktober 1945 diyakini merupakan pemicu pecahnya perang Surabaya yang terjadi pada 10 November 1945yang kemudian dikenal sebagai Hari Pahlawan. Saat itu Mallaby tewas di dalam sebuah mobil yang sampai saat ini jadi simpang siur akan merek mobil itu.
Banyak orang menduga mobil yang dikendarai oleh Mallaby adalah Buick Eight. Hanya saja dari berbagai penelusuran pelaku sejarah yang kemudian terekam dalam berbagai buku, mobil yang sebenarnya menjadi saksi bisu pemicu pecahnya Hari Pahlawan itu adalah sebuah sedan Lincoln berwarna abu-abu. (Baca juga : Transportasi Supersonik Virgin Hyperloop Diuji Coba, Cuma Capai 165 Kilometer per Jam )
Ruslan Abdulgani, wartawan yang ada di lokasi kejadian dalam bukunya "Seratus Hari di Surabaya yang Menggemparkan Indonesia" menyatakan Mallaby tewas di dalam mobil sedan Lincoln. Dari buku itu diketahui mobil yang dikendarai oleh Mallaby adalah mobil yang dimiliki oleh Residen Surabaya Pemerintah Indonesia, Sudirman.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Moehammad Jasin dalam bukunya Memoir Jasin, Sang Polisi Pejuang yang mengkonfirmasi bahwa Mallaby memang tewas di sedan Lincoln. Begitu juga dengan buku Forgotten Wars : The End of Britain's Asian Empire yang ditulis Christopher Bayly dan Tim Harper. Mereka mengonfirmasi keberadaan sedan Lincoln itu yang digunakan untuk pawai dan memeriksa pos-pos pertahanan pasukan Inggris di Surabaya.
Ruslan Abdulgani dalam catatannya mengatakan peristiwa tewasnya Mallaby bermula ketika pihak Indonesia dan pihak Inggris mengadakan pertemuan menyusul kesepakatan gencatan senjata antara Indonesia dan Inggris yang dilakukan oleh Presiden Soekarno dan Jenderal Hawthorn.
Diketahui sejak tentara Inggris yang diboncengi NICA datang ke Indonesia, terjadi ketegangan di kedua belah pihak. Pejuang Indonesia tidak senang dengan sikap tentara Inggris yang melucuti senjata yang dimiliki pejuang. Kemarahan makin menjadi karena tentara Inggris membebaskan tawanan tentara Belanda dan memprovokasi pejuang agar menyerah dan meletakkan senjata lewat pamflet yang disebarkan lewat pesawat terbang. (Baca juga : Desa di Inggris ini Siap Produksi Mobil Penantang Ferrari dan Lamborghini )
Surabaya merupakan kota yang eskalasi perlawanannya sangat tinggi. Pejuang di Surabaya kemudian menyerang dan mengepung beberapa lokasi yang memang dijadikan pos-pos tentara Inggris. Saat itulah pertemuan antara Presiden Soekarno dan Jenderal Hawthorn terjadi guna meredam peristiwa yang lebih besar.
Kesepakatan itu kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuan antara Polit Biro yang diwakili oleh Residen Sudirman dan beberapa orang lainnya dengan Jenderal AWS Mallaby di Surabaya. Dari pertemuan itu mereka bersepakat akan mengunjungi tiga lokasi dimana tentara Inggris telah dikepung oleh pejuang. Agar suasana menjadi cair, mereka kemudian melakukan pawai dengan menaiki mobil dalam kunjungan itu.
Christopher Bayly dalam bukunya The Forgotten Wars menuliskan keputusan Mallaby ikut dalam pawai itu sebenarnya ditentang karena jenderal Inggris itu menggunakan mobil umum yang tidak ada perlindungan. Resikonya terlalu besar karena pejuang Indonesia sudah sangat marah dengan Inggris. Hanya saja Mallaby saat itu percaya pendekatan diplomasi bisa jadi jalan keluar ketegangan Indonesia dan Inggris. "Jika terjadi apa-apa pada saya maka kabarkan ke seluruh dunia," ucap Mallaby seperti ditulis Christopher Bayly.
Akhirnya Mallaby memang datang ke pertemuan dan ikut pawai. Sudirman dan Mallaby bahkan sempat berpose bersama di sebuah mobil. Dimana saat itu Mallaby memegang bendera putih tanda menyerah guna meredam kemarahan pejuang. "Mallaby menaiki mobil yang sudah disiapkan Pak Dirman bersama tiga tentaranya," tulis Ruslan Abdulgani.
Setelah itu mereka kemudian menaiki mobil menuju tiga lokasi. Di lokasi pertama yang dikunjungi berjalan dengan aman karena memang sudah tidak ada kontak senjata. Semuanya berubah ketika rombongan sampai di Gedung Internatio, tempat pasukan Inggris berada. Saat itu pihak Indonesia meminta agar pasukan Inggris segera meninggalkan Gedung Internatio dan pergi dengan naik kapal laut. Hanya saja keinginan itu berjalan dengan alot. Pejuang makin kesal karena tentara Inggris yang dibantu oleh tentara Gurkha malah menyiapkan senapan mesin yang diarahkan ke pejuang Indonesia. Saat itu akhirnya wakil Indonesia dan wakil Inggris yang ada di dalam pawai masuk ke dalam gedung untuk negosiasi. "Pejuang meminta agar orang Inggris yang tua (Mallaby) tidak ikut ke dalam tapi yang muda-muda saja," tulis Ruslan Abdulgani.
Namun tiba-tiba saat pertemuan terjadi di dalam gedung, serangan senapan mesin kepada pejuang Indonesia terjadi. Sebanyak 150 orang pejuang Indonesia tewas. Dalam serangan itu mobil sedan Lincoln yang dinaiki Mallaby bersama dua stafnya terjepit. Saat itulah kondisi menjadi tidak menentu. Christopher Bayly mengatakan saat serangan terjadi Mallaby dan kedua stafnya pura-pura mati untuk menyelamatkan diri.
Hanya saja saat itu ada pejuang Indonesia yang mendatangi mobil untuk melihat kondisi Mallaby yang berpura-pura mati. Ketika badannya digerakkan Mallaby akhirnya bangun dan langsung meminta bertemu dengan pimpinan pejuang. Hanya saja saat itu disebutkan Christopher Bayly pejuang langsung menembak mati Mallaby. Yang membuat dua tentara yang mendampingi Mallaby panik dan melempar granat untuk menyelamatkan diri dan langsung membuat mobil meledak dan terbakar hangus.
Hanya saja versi dari Indonesia terutama Ruslan Abdulgani berbeda. Saat itu yang menewaskan Mallaby justru adalah serangan tentara Inggris sendiri. Granat yang dilemparkan justru bentuk kepanikan dua tentara Inggris yang mendampingi Mallaby karena didatangi oleh pejuang Indonesia.
Apa pun versinya, Inggris kemudian marah besar atas tewasnya Mallaby. Mereka langsung all out menyerang Surabaya. Sebanyak 24.000 pasukan dikirim ke Indonesia untuk menyerang Surabaya. Namun eskalasi yang dilakukan tentara Inggris tetap mendapatkan perlawanan kuat dari pejuang Indonesia di Surabya. Hingga akhirnya memuncak pada 10 November 1945 yang kemudian sekarang dikenal sebagai Hari Pahlawan. Siapa yang menyangka ternyata mobil sedan Lincoln warna abu-abu itu jadi saksi bisu peristiwa pemicu Hari Pahlawan.
Banyak orang menduga mobil yang dikendarai oleh Mallaby adalah Buick Eight. Hanya saja dari berbagai penelusuran pelaku sejarah yang kemudian terekam dalam berbagai buku, mobil yang sebenarnya menjadi saksi bisu pemicu pecahnya Hari Pahlawan itu adalah sebuah sedan Lincoln berwarna abu-abu. (Baca juga : Transportasi Supersonik Virgin Hyperloop Diuji Coba, Cuma Capai 165 Kilometer per Jam )
Ruslan Abdulgani, wartawan yang ada di lokasi kejadian dalam bukunya "Seratus Hari di Surabaya yang Menggemparkan Indonesia" menyatakan Mallaby tewas di dalam mobil sedan Lincoln. Dari buku itu diketahui mobil yang dikendarai oleh Mallaby adalah mobil yang dimiliki oleh Residen Surabaya Pemerintah Indonesia, Sudirman.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Moehammad Jasin dalam bukunya Memoir Jasin, Sang Polisi Pejuang yang mengkonfirmasi bahwa Mallaby memang tewas di sedan Lincoln. Begitu juga dengan buku Forgotten Wars : The End of Britain's Asian Empire yang ditulis Christopher Bayly dan Tim Harper. Mereka mengonfirmasi keberadaan sedan Lincoln itu yang digunakan untuk pawai dan memeriksa pos-pos pertahanan pasukan Inggris di Surabaya.
Ruslan Abdulgani dalam catatannya mengatakan peristiwa tewasnya Mallaby bermula ketika pihak Indonesia dan pihak Inggris mengadakan pertemuan menyusul kesepakatan gencatan senjata antara Indonesia dan Inggris yang dilakukan oleh Presiden Soekarno dan Jenderal Hawthorn.
Diketahui sejak tentara Inggris yang diboncengi NICA datang ke Indonesia, terjadi ketegangan di kedua belah pihak. Pejuang Indonesia tidak senang dengan sikap tentara Inggris yang melucuti senjata yang dimiliki pejuang. Kemarahan makin menjadi karena tentara Inggris membebaskan tawanan tentara Belanda dan memprovokasi pejuang agar menyerah dan meletakkan senjata lewat pamflet yang disebarkan lewat pesawat terbang. (Baca juga : Desa di Inggris ini Siap Produksi Mobil Penantang Ferrari dan Lamborghini )
Surabaya merupakan kota yang eskalasi perlawanannya sangat tinggi. Pejuang di Surabaya kemudian menyerang dan mengepung beberapa lokasi yang memang dijadikan pos-pos tentara Inggris. Saat itulah pertemuan antara Presiden Soekarno dan Jenderal Hawthorn terjadi guna meredam peristiwa yang lebih besar.
Kesepakatan itu kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuan antara Polit Biro yang diwakili oleh Residen Sudirman dan beberapa orang lainnya dengan Jenderal AWS Mallaby di Surabaya. Dari pertemuan itu mereka bersepakat akan mengunjungi tiga lokasi dimana tentara Inggris telah dikepung oleh pejuang. Agar suasana menjadi cair, mereka kemudian melakukan pawai dengan menaiki mobil dalam kunjungan itu.
Christopher Bayly dalam bukunya The Forgotten Wars menuliskan keputusan Mallaby ikut dalam pawai itu sebenarnya ditentang karena jenderal Inggris itu menggunakan mobil umum yang tidak ada perlindungan. Resikonya terlalu besar karena pejuang Indonesia sudah sangat marah dengan Inggris. Hanya saja Mallaby saat itu percaya pendekatan diplomasi bisa jadi jalan keluar ketegangan Indonesia dan Inggris. "Jika terjadi apa-apa pada saya maka kabarkan ke seluruh dunia," ucap Mallaby seperti ditulis Christopher Bayly.
Akhirnya Mallaby memang datang ke pertemuan dan ikut pawai. Sudirman dan Mallaby bahkan sempat berpose bersama di sebuah mobil. Dimana saat itu Mallaby memegang bendera putih tanda menyerah guna meredam kemarahan pejuang. "Mallaby menaiki mobil yang sudah disiapkan Pak Dirman bersama tiga tentaranya," tulis Ruslan Abdulgani.
Setelah itu mereka kemudian menaiki mobil menuju tiga lokasi. Di lokasi pertama yang dikunjungi berjalan dengan aman karena memang sudah tidak ada kontak senjata. Semuanya berubah ketika rombongan sampai di Gedung Internatio, tempat pasukan Inggris berada. Saat itu pihak Indonesia meminta agar pasukan Inggris segera meninggalkan Gedung Internatio dan pergi dengan naik kapal laut. Hanya saja keinginan itu berjalan dengan alot. Pejuang makin kesal karena tentara Inggris yang dibantu oleh tentara Gurkha malah menyiapkan senapan mesin yang diarahkan ke pejuang Indonesia. Saat itu akhirnya wakil Indonesia dan wakil Inggris yang ada di dalam pawai masuk ke dalam gedung untuk negosiasi. "Pejuang meminta agar orang Inggris yang tua (Mallaby) tidak ikut ke dalam tapi yang muda-muda saja," tulis Ruslan Abdulgani.
Namun tiba-tiba saat pertemuan terjadi di dalam gedung, serangan senapan mesin kepada pejuang Indonesia terjadi. Sebanyak 150 orang pejuang Indonesia tewas. Dalam serangan itu mobil sedan Lincoln yang dinaiki Mallaby bersama dua stafnya terjepit. Saat itulah kondisi menjadi tidak menentu. Christopher Bayly mengatakan saat serangan terjadi Mallaby dan kedua stafnya pura-pura mati untuk menyelamatkan diri.
Hanya saja saat itu ada pejuang Indonesia yang mendatangi mobil untuk melihat kondisi Mallaby yang berpura-pura mati. Ketika badannya digerakkan Mallaby akhirnya bangun dan langsung meminta bertemu dengan pimpinan pejuang. Hanya saja saat itu disebutkan Christopher Bayly pejuang langsung menembak mati Mallaby. Yang membuat dua tentara yang mendampingi Mallaby panik dan melempar granat untuk menyelamatkan diri dan langsung membuat mobil meledak dan terbakar hangus.
Hanya saja versi dari Indonesia terutama Ruslan Abdulgani berbeda. Saat itu yang menewaskan Mallaby justru adalah serangan tentara Inggris sendiri. Granat yang dilemparkan justru bentuk kepanikan dua tentara Inggris yang mendampingi Mallaby karena didatangi oleh pejuang Indonesia.
Apa pun versinya, Inggris kemudian marah besar atas tewasnya Mallaby. Mereka langsung all out menyerang Surabaya. Sebanyak 24.000 pasukan dikirim ke Indonesia untuk menyerang Surabaya. Namun eskalasi yang dilakukan tentara Inggris tetap mendapatkan perlawanan kuat dari pejuang Indonesia di Surabya. Hingga akhirnya memuncak pada 10 November 1945 yang kemudian sekarang dikenal sebagai Hari Pahlawan. Siapa yang menyangka ternyata mobil sedan Lincoln warna abu-abu itu jadi saksi bisu peristiwa pemicu Hari Pahlawan.
(wsb)