Rolls-Royce Rampungkan Pembuatan Mesin Jet Hidrogen Pertama di Dunia

LONDON - Rolls-Royce berhasil merampungkan dan menguji coba mesin jet tenaga hidrogen pertama di dunia. Mesin Rolls-Royce AE 2100-A dikonversi, dihidupkan, dan dijalankan menggunakan hidrogen yang diekstrak dari air.

Memang masih ada beberapa masalah yang harus dipecahkan sebelum pesawat lepas landas menggunakan bahan bakar ramah lingkungan ini. Namun, uji coba tersebut adalah yang pertama di dunia dan dianggap sebagai tonggak sejarah penerbangan baru.

Pesawat biasanya ditenagai menggunakan minyak tanah bahan bakar fosil, dan Boeing 737-400 saat ini menghasilkan sekitar 90 kg karbon dioksida per penumpang per jam. Penerbangan bertanggung jawab atas 3,5 persen dampak terhadap pemanasan global.



Rolls-Royce bekerja sama dengan easyJet melakukan uji coba mesin jet hidrogen di situs militer Boscombe Down di Dataran Salisbury. Mesin dihidupkan dan dijalankan dengan kecepatan rendah, menggunakan hidrogen yang diproduksi di Pusat Energi Kelautan Eropa di Kepulauan Orkney.

Di sana, para peneliti membagi air menjadi dua komponennya, hidrogen dan oksigen, menggunakan listrik yang dihasilkan oleh tenaga pasang surut dan angin. Hidrogen sendiri dianggap sebagai bahan bakar 'hijau', karena ketika dibakar di udara hanya menghasilkan air, berbeda dengan bahan bakar fosil yang menghasilkan karbon dioksida.

“Keberhasilan uji hidrogen ini merupakan tonggak sejarah yang menarik. Kami mendorong batas-batas untuk menemukan kemungkinan nol karbon hidrogen, yang dapat membantu membentuk kembali masa depan penerbangan,” kata Grazia Vittadini, Chief Technology Officer di Rolls-Royce dikutip dari Daily Mail, Senin (28/11/2022).

Mesin hidrogen Rolls-Royce masih dalam tahap pengujian awal, dengan kabel dan saluran yang ini semuanya terbuka. Para insinyur sudah merencanakan rangkaian tes kedua yang mengarah ke uji darat skala penuh mesin jet Rolls-Royce Pearl 15.




Mereka sangat dimotivasi oleh kampanye 'Race to Zero' yang telah ditandatangani oleh Rolls Royce dan easyJet. Itu berarti mereka telah berkomitmen untuk mencapai emisi karbon nol bersih pada tahun 2050 dengan memenuhi serangkaian kriteria ketat.

Perusahaan Inggris juga telah melihat teknologi baterai untuk pesawat listriknya, yang dapat terbang selama 30 menit dengan sekali pengisian daya. EasyJet mengumumkan pada tahun 2018 bahwa mereka membangun pesawat bertenaga baterai untuk terbang di bawah dua jam pada tahun 2027.

Namun, David Morgan, chief operating officer easyJet, mengatakan kepada BBC bahwa teknologi baterai mungkin tidak akan diterapkan untuk pesawat komersial besar. Hidrogen jauh lebih ringan untuk dibawa daripada baterai dan lebih padat bahan bakar.