Survei: Merek Korea Bangkit, Punya Jepang Tumbang

Kamis, 18 Juni 2015 - 13:56 WIB
Survei: Merek Korea...
Survei: Merek Korea Bangkit, Punya Jepang Tumbang
A A A
SAN FRANCISCO - JD Power melaporkan beberapa tren penting dari sisi Kualitas. Dilaporkan, terjadi kenaikan kinerja mobil Korea dan justru penurunan terjadi dari produsen Jepang.

Penelitian ini membandingkan keluhan muncul dari tiga bulan pertama kepemilikan kendaraan. Disajikan sebagai jumlah masalah yang dialami per 100 kendaraan, pada setiap model. Skor lebih rendah adalah indikator kualitas lebih tinggi.

Porsche memegang posisi teratas untuk tahun kedua berturut-turut, mencapai skor 80 dalam survei terbaru. Kia menjadi kejutan besar, lompat ke posisi nomor dua. Perusahaan asal Korea ini untuk pertama kalinya masuk ke jajaran sebagai merek non-premium.

Jaguar, Hyundai dan Infiniti melengkapi peringkat lima teratas. Merek Korea memimpin industri dengan margin terluas yang pernah ada, dengan skor rata-rata kolektif 90.

Sedangkan merek Eropa (113) juga berhasil melampaui mobil Jepang (114) untuk pertama kalinya. Dan Marques US (114) masuk sebagai saingan Jepang untuk kedua kalinya.

"Selama ini, merek Jepang telah dilihat oleh banyak orang sebagai standar terbaik dalam kualitas kendaraan," kata JD Power VP Kualitas Automotif, Renee Stephens seperti dilansir Leftlanenews, Kamis (18/6/2015). Dia menuturkan, sementara mobil Jepang terus melakukan perbaikan, kita melihat merek lain, terutama merek Korea yang mengalami peningkatan luar biasa.

Sementara itu, Fiat masuk kategori merek terburuk dengan 161 masalah yang dilaporkan per 100 kendaraan. Jumlah ini turun dari tahun lalu sebanyak 206. Sayang, tidak cukup baik untuk bangkit dari posisi anak tangga bawah.

Merek Chrysler bersaudara adalah ketiga terburuk dengan skor 143. Kondisi ini menggambarkan mengalami penurunan signifikan dari 2014. Sementara Jeep adalah yang terburuk kelima dengan 141 masalah dilaporkan per 100 kendaraan.

Menyelam lebih dalam laporan, perusahaan menemukan bahwa infotainment dan teknologi konektivitas tetap menjadi sumber terbesar dari keluhan selama tiga tahun berturut-turut.

Stephens mengulas, smartphone menjadi dasar keinginan konsumen yang tinggi terhadap kinerja teknologi. Dan tampaknya mobil berusaha terus menyeimbangkan perkembangan teknogi ini.

"Kita melihat beberapa OEM melakukan perbaikan penting di sepanjang jalan. Yang jelas, mereka tidak bisa menunggu generasi berikutnya dimulai, sebelum membuat update penting untuk sistem ini," tandasnya.
(dyt)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0816 seconds (0.1#10.140)