Facebook Jadi Kambing Hitam Kemenangan Donald Trump
Sabtu, 12 November 2016 - 10:38 WIB

Facebook Jadi Kambing Hitam Kemenangan Donald Trump
A
A
A
WASHINGTON - Donald Trump dipastikan berhasil memenangi pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) setelah berhasil mengalahkan perolehan suara dari Hillary Clinton. Namun, kemenangan Trump menjadi sebuah tanda tanya besar di sebagian pihaknya.
Pasalnya banyak yang tidak menyangka sosok kontroversial seperti Trump justru terpilih menjadi presiden AS. Terkait kemenangan tersebut, Facebook kini dianggap menjadi salah satu biang keladi kemenangan Trump.
Menurut sebagian pihak, algoritma jejaring sosial dari Facebook membuat orang tidak bisa menerima pemberitaan yang berimbang. Pada dasarnya algoritma News Feed pada Facebook dirancang berdasarkan ketertarikan seseorang.
Alhasil konten yang muncul pun disesuaikan dengan si pengguna. Hanya saja konten sistem tidak dapat membedakan kontem tersebut dapat dipercaya kebenarannya atau tidak.
Karena itu, hampir mungkin seseorang hanya akan melihat konten yang sesuai dengan ketertarikannya meskipun hal itu palsu. Hal ini tentu berpengaruh pada pendapat seseorang karena diberi informasi yang sama terus-menerus.
Dilansir dari Business Insider, Jumat (11/11/2016), faktanya banyak orang dewasa di AS yang mengandalkan Facebook sebagai kurator berita.
Bahkan survey Pew Research memaparkan hampir sebagian besar orang dewasa dengan persentase 63 persen memilih Facebook sebagai sumber berita.
Kebiasaan untuk melihat berita di Facebook juga jauh lebih besar ketimbang kebiasaan untuk memperhatikan foto atau unggahan dari teman atau keluarga. Oleh karena itu, kebiasaan tersebut sexara tidak langsung dianggap mempengaruhi prilaku pemilih.
Pasalnya banyak yang tidak menyangka sosok kontroversial seperti Trump justru terpilih menjadi presiden AS. Terkait kemenangan tersebut, Facebook kini dianggap menjadi salah satu biang keladi kemenangan Trump.
Menurut sebagian pihak, algoritma jejaring sosial dari Facebook membuat orang tidak bisa menerima pemberitaan yang berimbang. Pada dasarnya algoritma News Feed pada Facebook dirancang berdasarkan ketertarikan seseorang.
Alhasil konten yang muncul pun disesuaikan dengan si pengguna. Hanya saja konten sistem tidak dapat membedakan kontem tersebut dapat dipercaya kebenarannya atau tidak.
Karena itu, hampir mungkin seseorang hanya akan melihat konten yang sesuai dengan ketertarikannya meskipun hal itu palsu. Hal ini tentu berpengaruh pada pendapat seseorang karena diberi informasi yang sama terus-menerus.
Dilansir dari Business Insider, Jumat (11/11/2016), faktanya banyak orang dewasa di AS yang mengandalkan Facebook sebagai kurator berita.
Bahkan survey Pew Research memaparkan hampir sebagian besar orang dewasa dengan persentase 63 persen memilih Facebook sebagai sumber berita.
Kebiasaan untuk melihat berita di Facebook juga jauh lebih besar ketimbang kebiasaan untuk memperhatikan foto atau unggahan dari teman atau keluarga. Oleh karena itu, kebiasaan tersebut sexara tidak langsung dianggap mempengaruhi prilaku pemilih.
(wbs)