Pandangan Toyota Mengenai Aliansi Brand Produk Kendaraan

JAKARTA - Banyak perusahaan automotif melakukan aliansi brand dalam mengembangkan model produk kendaraannya. Hal ini dilakukan salah satunya sebagai strategi perusahaan untuk menekan cost alias biaya dalam pengembangan produk baru.

Seperti yang dilakukan Toyota dan Daihatsu pada model produk kendaraan Avanza - Xenia, Rush - Terios, Agya - Ayla, serta terbaru Calya - Sigra. Sebelumnya kolaborasi Suzuki dengan Mitsubishi pada model Suzuki APV dan Mitsubishi Maven. Selain itu, ada juga Suzuki Ertiga dan Mazda VX-1.

Langkah ini disebut-sebut juga akan dilakukan Mitsubishi pada model kendaraan yang akan diluncurkan pada semester kedua 2017, Mitsubishi XM. Mereka akan mengaliansikan brand produk ini dengan Nissan.

Menanggapi hal tersebut, Executive General Manager PT Toyota-Astra Motors (TAM), Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, aliansi brand produk dilakukan sebagai strategi perusahaan dalam menekan biaya Research and Development (R&D) produk.

"R&D cost, kalau disenergikan dua brand (pengembangan produk) akan lebih cepat. Misal Daihatsu kuat dengan low cost/low segmen, Toyota kuat dengan premium dan quality. Kalau dikombain bagus," ujarnya, saat berbincang dengan jurnalis di Jakarta, baru-baru ini.

"Nah, Mitsubishi dan Nissan pun demkian sama, yang dikabarkan akan beraliansi seteah produk ini diperkenalkan. Apalagi mereka telah membangun pabrik sendiri," tuturnya.

Menurut Soerjo, aliansi brand produk tidak hanya terkait dengan efisiensi R&D cost, tetapi juga ada knowledge product dan experience. Di mana masing-masing brand tetap memiliki karakter dan development yang berbeda.

"Bukan hanya uang tetapi juga knowladge dan experiance. Sebagai contoh Toyota dengan Daihatsu berbeda dalam cara development-nya. Walaupun produk sama, tetapi ada experience yang berbeda pada masing-masing brand produk," jelasnya.