Soal Keamanan Siber, Militer AS Stop Penggunaan Drone DJI
A
A
A
WASHINGTON - Bila menilik sejarahnya, penggunaan pesawat tak berawak (drone) kerap di operasikan sebagai alat pengintai militer. Bahkan sampai saat ini drone masih aktif di operasikan oleh militer Amerika Serikat (AS).
Namun belakangan, militer AS mengumumkan bahwa pihaknya tak lagi menggunakan drone besutan DJI. Hal ini terungkap setelah militer negeri paman sam tersebut mengeluarkan sebuah memo pemberitahuan pada 2 Agustus 2017.
Dalam memo tersebut dijelaskan, pihak militer memerintahkan untuk memberhentikan penggunaan aplikasi DJI dan mencopot baterai sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.
"Karena meningkatnya kesadaran akan kerentanan siber terkait produk DJI, maka diimbau bahwa militer AS menghentikan semua penggunaan produk DJI," demikian isi memo tersebut dikutip dari Mashable, Minggu (6/8/2017).
Sementara, pihak DJI mengaku belum mendapatkan informasi resmi dari pihak militer AS. Mendengar kabar tersebut, juru bicara DJI pun angkat bicara.
"Kami terkejut dan merasa kecewa mendengar laporan tersebut karena pihak Militer Amerika Serikat tak mengikutsertakan kami dalam konsultasi selama mereka membuat keputusan tersebut," kata pihak DJI.
Untuk menyelesaikan masalah ini, DJI pun berencana untuk segera melakukan komunikasi dengan pihak militer AS. Rencamanya perusahaan akan meminta penjelasan terkait tuduhan 'keamanan siber'.
Namun belakangan, militer AS mengumumkan bahwa pihaknya tak lagi menggunakan drone besutan DJI. Hal ini terungkap setelah militer negeri paman sam tersebut mengeluarkan sebuah memo pemberitahuan pada 2 Agustus 2017.
Dalam memo tersebut dijelaskan, pihak militer memerintahkan untuk memberhentikan penggunaan aplikasi DJI dan mencopot baterai sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.
"Karena meningkatnya kesadaran akan kerentanan siber terkait produk DJI, maka diimbau bahwa militer AS menghentikan semua penggunaan produk DJI," demikian isi memo tersebut dikutip dari Mashable, Minggu (6/8/2017).
Sementara, pihak DJI mengaku belum mendapatkan informasi resmi dari pihak militer AS. Mendengar kabar tersebut, juru bicara DJI pun angkat bicara.
"Kami terkejut dan merasa kecewa mendengar laporan tersebut karena pihak Militer Amerika Serikat tak mengikutsertakan kami dalam konsultasi selama mereka membuat keputusan tersebut," kata pihak DJI.
Untuk menyelesaikan masalah ini, DJI pun berencana untuk segera melakukan komunikasi dengan pihak militer AS. Rencamanya perusahaan akan meminta penjelasan terkait tuduhan 'keamanan siber'.
(izz)