Inilah Kemampuan Global Navigation Satelite System dalam Sertifikasi Tanah
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah menggalakkan program sertifikasi tanah. Berdasarkan data dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), tercatat baru 46 juta dari 130 juta bidang tanah yang bersertifikat.
Untuk mendukung program tersebut, pengerjaan teknis pengukuran dan pemetaan lahan membutuhkan teknologi dan peralatan yang memadai. Karena selain kecepatan dan kemudahan, dibutuhkan presisi dalam pengukuran.
Salah satu teknologi yang mendukung hal tersebut adalah Global Navigation Satelite System (GNSS). Sebuah teknologi yang digunakan untuk menentukan posisi atau lokasi dalam titik koordinat.
Cara kerjanya, satelit akan mentransmisikan sinyal radio dengan frekuensi tinggi berisi data waktu dan posisi ke GNSS receiver yang memungkinkan pengguna mengetahui titik koordinat lokasi yang sedang disurvei atau dipetakan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, PT Datascrip menghadirkan tiga produk GNSS receiver dari CHC Navigation yaitu CHC i80, CHC X91+, dan CHC M5.
Ketiganya mampu menghasilkan data informasi koordinat muka bumi dengan akurat dan cepat, sehingga data luasan tanah bisa didapatkan secara presisi. “Kami menghadirkan solusi bagi pekerjaan pengukuran dan pemetaan lahan yang cepat dan akurat karena GNSS CHC i80, CHC X91+ dan CHC M5 sudah dilengkapi kemampuan pengukuran Real Time Kinematik (RTK)," kata Gatot P Laksono, Division Manager CAD & Survey System, PT Datascrip dalam keterangan tertulisnya, Kamis (9/11/2017).
Dengan kemampuan tersebut, lanjut dia, perangkat dapat menghasilkan data pengukuran yang akurat secara langsung di lapangan. Pihaknya juga telah melengkapi sertifikasi Ditjen Postel yang menjamin keaslian dan keamanan komponen frekuensi yang digunakan.
Untuk mengukur titik koordinat, surveyor menggunakan minimal dua perangkat GNSS receiver. Satu receiver berfungsi sebagai pusat (base) koreksi sinyal dan perangkat lainnya bisa dipindahkan (rover) sesuai area koordinat yang dipetakan untuk mengirim data ke base.
GNSS CHC i80 merupakan produk unggulan karena sudah dilengkapi teknologi mutakhir. Misalnya, fitur Bluetooth dan WiFi yang memungkinkan surveyor melakukan pengaturan alat dari jarak jauh.
Selain itu, GNSS receiver ini dilengkapi dengan modem untuk jaringan 3.75G yang memungkinkan pengukuran dengan memanfaatkan koneksi jaringan internet. Adanya fitur APIS membuat pengguna lebih fleksibel karena CHC i80 ini dapat difungsikan sebagai base melalui koneksi jaringan 3.75G ketika berada pada kondisi tidak bisa menggunakan sinyal radio UHF yang memiliki keterbatasan. Di antaranya keterbatasan jarak dan keberadaan gedung-gedung tinggi.
Selain itu, perangkat ini didukung media penyimpanan 32 GB yang memberikan kenyaman pengguna saat melakukan pemetaan. Pengguna juga tidak perlu khawatir dengan kondisi cuaca karena GNSS CHC i80 memiliki sertifikasi IP67 yang menyatakan keandalan berupa tahan benturan, debu, dan air.
Panel LCD dengan tampilan antarmuka yang nyaman membuat pengaturan lebih mudah. Baterai ganda membuat pengguna bisa melakukan pemetaan lebih leluasa tanpa perlu khawatir daya baterai habis.
Untuk produk level menengah CHC menghadirkan X91+ sebagai GNSS receiver yang memungkinkan pengukuran RTK dengan memanfaatkan modem GSM atau radio UHF. Desainnya yang ringkas dan kokoh menjadikan GNSS receiver ini andal untuk digunakan kapan pun dan di mana pun.
CHC M5 merupakan GNSS receiver yang menjadi solusi untuk kebutuhan surveyor dengan bujet terbatas. Kemampuan CHC M5 untuk melakukan RTK CHC dapat diandalkan. Selain bisa menggunakan sinyal radio UHF, GNSS ini memiliki koneksi Bluetooth.
GNSS receiver ini juga dapat dapat digunakan dengan aplikasi pemetaan dan surveying berbasis Android yaitu LandStar 7. “Kami percaya kerja sama dengan Datascrip akan sangat membantu pelanggan di Indonesia untuk mendapatkan produk-produk terbaik dari CHC. Selain memiliki jaringan penjualan yang luas di berbagai daerah di Indonesia, Datascrip memiliki jaminan layanan purnajual dan tenaga ahli yang berpengalaman membuat pelanggan akan merasa nyaman dalam menggunakan produk CHC,” jamin Lynn Xing, Sales Manager CHC Navigation.
Ketiga perangkat pemetaan digital ini dilepas ke pasaran dengan banderol Rp200 juta-350 juta.
Untuk mendukung program tersebut, pengerjaan teknis pengukuran dan pemetaan lahan membutuhkan teknologi dan peralatan yang memadai. Karena selain kecepatan dan kemudahan, dibutuhkan presisi dalam pengukuran.
Salah satu teknologi yang mendukung hal tersebut adalah Global Navigation Satelite System (GNSS). Sebuah teknologi yang digunakan untuk menentukan posisi atau lokasi dalam titik koordinat.
Cara kerjanya, satelit akan mentransmisikan sinyal radio dengan frekuensi tinggi berisi data waktu dan posisi ke GNSS receiver yang memungkinkan pengguna mengetahui titik koordinat lokasi yang sedang disurvei atau dipetakan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, PT Datascrip menghadirkan tiga produk GNSS receiver dari CHC Navigation yaitu CHC i80, CHC X91+, dan CHC M5.
Ketiganya mampu menghasilkan data informasi koordinat muka bumi dengan akurat dan cepat, sehingga data luasan tanah bisa didapatkan secara presisi. “Kami menghadirkan solusi bagi pekerjaan pengukuran dan pemetaan lahan yang cepat dan akurat karena GNSS CHC i80, CHC X91+ dan CHC M5 sudah dilengkapi kemampuan pengukuran Real Time Kinematik (RTK)," kata Gatot P Laksono, Division Manager CAD & Survey System, PT Datascrip dalam keterangan tertulisnya, Kamis (9/11/2017).
Dengan kemampuan tersebut, lanjut dia, perangkat dapat menghasilkan data pengukuran yang akurat secara langsung di lapangan. Pihaknya juga telah melengkapi sertifikasi Ditjen Postel yang menjamin keaslian dan keamanan komponen frekuensi yang digunakan.
Untuk mengukur titik koordinat, surveyor menggunakan minimal dua perangkat GNSS receiver. Satu receiver berfungsi sebagai pusat (base) koreksi sinyal dan perangkat lainnya bisa dipindahkan (rover) sesuai area koordinat yang dipetakan untuk mengirim data ke base.
GNSS CHC i80 merupakan produk unggulan karena sudah dilengkapi teknologi mutakhir. Misalnya, fitur Bluetooth dan WiFi yang memungkinkan surveyor melakukan pengaturan alat dari jarak jauh.
Selain itu, GNSS receiver ini dilengkapi dengan modem untuk jaringan 3.75G yang memungkinkan pengukuran dengan memanfaatkan koneksi jaringan internet. Adanya fitur APIS membuat pengguna lebih fleksibel karena CHC i80 ini dapat difungsikan sebagai base melalui koneksi jaringan 3.75G ketika berada pada kondisi tidak bisa menggunakan sinyal radio UHF yang memiliki keterbatasan. Di antaranya keterbatasan jarak dan keberadaan gedung-gedung tinggi.
Selain itu, perangkat ini didukung media penyimpanan 32 GB yang memberikan kenyaman pengguna saat melakukan pemetaan. Pengguna juga tidak perlu khawatir dengan kondisi cuaca karena GNSS CHC i80 memiliki sertifikasi IP67 yang menyatakan keandalan berupa tahan benturan, debu, dan air.
Panel LCD dengan tampilan antarmuka yang nyaman membuat pengaturan lebih mudah. Baterai ganda membuat pengguna bisa melakukan pemetaan lebih leluasa tanpa perlu khawatir daya baterai habis.
Untuk produk level menengah CHC menghadirkan X91+ sebagai GNSS receiver yang memungkinkan pengukuran RTK dengan memanfaatkan modem GSM atau radio UHF. Desainnya yang ringkas dan kokoh menjadikan GNSS receiver ini andal untuk digunakan kapan pun dan di mana pun.
CHC M5 merupakan GNSS receiver yang menjadi solusi untuk kebutuhan surveyor dengan bujet terbatas. Kemampuan CHC M5 untuk melakukan RTK CHC dapat diandalkan. Selain bisa menggunakan sinyal radio UHF, GNSS ini memiliki koneksi Bluetooth.
GNSS receiver ini juga dapat dapat digunakan dengan aplikasi pemetaan dan surveying berbasis Android yaitu LandStar 7. “Kami percaya kerja sama dengan Datascrip akan sangat membantu pelanggan di Indonesia untuk mendapatkan produk-produk terbaik dari CHC. Selain memiliki jaringan penjualan yang luas di berbagai daerah di Indonesia, Datascrip memiliki jaminan layanan purnajual dan tenaga ahli yang berpengalaman membuat pelanggan akan merasa nyaman dalam menggunakan produk CHC,” jamin Lynn Xing, Sales Manager CHC Navigation.
Ketiga perangkat pemetaan digital ini dilepas ke pasaran dengan banderol Rp200 juta-350 juta.
(mim)