Sony Hadirkan Teknologi AI di Jalanan
A
A
A
TOKYO - Sony Corp menegaskan akan bersaing pada industri transportasi daring di Jepang. Itu menjadi perusahaan teknologi terbaru yang menjajaki peruntungan di bisnis transportasi dengan membangun aliansi dan menghadirkan teknologi kecerdasan buatan ke jalanan di Jepang.
Kemitraan tersebut merupakan perkembangan terbaru antara perusahaan taksi domestik dan perusahaan teknologi. Pasalnya, Jepang merupakan pasar besar dalam bisnis transportasi yang menawarkan pelayanan daring di tengah aturan yang sangat ketat. Saat ini, sopir bukan profesional dilarang mengemudikan taksi dengan alasan keamanan. Perusahaan taksi juga terbatas memberikan pelayanan online melalui ponsel.
Sony berencana membangun aplikasi berbasis teknologi kecedasan buatan dengan Daiwa Motor Transportation Co Ltd dan lima perusahaan taksi domestik lainnya. Lima perusahaan taksi tersebut adalah Green Cab, International Automobile, Kusumi Transportation, Checker Cab Radio Cooperative Association, dan Hinomaru Transportation. Aliansi tersebut akan membangun perusahaan gabungan dalam beberapa bulan mendatang.
“Perusahaan baru itu akan mengembangkan dan mengoperasikan aplikasi layanan transportasi daring dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan Sony,” demikian keterangan Sony, dilansir Zdnet. “Dengan mengintegrasi mereka dengan teknologi kecerdasan buatan, pelayanan terhadap penumpang akan meningkat,” jelas Sony.
Apa kelebihan kecerdasan buatan? Sony menjelaskan kalau dengan bantuan teknologi kecerdasan bisa memprediksi tingkat kesibukan permintaan dan meningkatkan ketersediaan pelayanan. Dengan prediksi tersebut mampu meningkatkan efesiensi dan mengurangi biaya operasional.
Nantinya, perusahaan gabungan Sony dan taksi tersebut juga akan mengembangkan aplikasi dan layanan terkait untuk memudahkan pelayanan, data taksi, provisi pembayaran, dan layanan pendukung lainnya. Sistem berbasis kecerdasan buatan tersebut juga menawarkan operasi taksi untuk layanan solusi satu atap dan paket yang lebih bervariasi.
Sony bukan hanya fokus pada teknologi kecerdasan buatan pada taksi daring. Namun, mereka juga meningkatkan pelayanan infrastruktur dibandingkan menerjunkan armada otonom. Mereka juga fokus mengembangkan profesionalisme sopir.
Persaingan Ketat
Sebelum Sony membangun aliansi, SoftBank Group Corp dan Didi Chuxing juga sudah mengumumkan rencana mereka untuk meluncurkan taksi online. SoftBank merupakan investor untuk industri transportasi daring di dunia, termasuk Didi. SoftBank juga menjadi pemegang saham terbesar di Uber Technologies Inc.
Didi dan perusahaan taksi Daiichi Koutsu Sangyo Co Ltd berencana menawarkan pelayanan taksi online melalui aplikasi bagi para wisatawan khususnya dari China. Selain itu, perusahaan taksi tersebut juga sudah berunding dengan Uber.
Sementara itu, CEO Uber Dara Khosrowshahi mengatakan kepada para investor di Tokyo kalau Uber harus mengubah cara berbisnis di Jepang. “Sangat jelas bagi saya untuk bermintra dan kemitraan khusus dengan industri taksi,” katanya tanpa menyebut hal yang spesifik, dilansir Reuters.
Regulasi taksi di Jepang memang sangat sulit dirubah. Itu disebabkan adanya perlawanan dari Ichiro Kawanabe, chairman Nihon Kotsu, perusahaan taksi terbesar di Jepang. Kawanabe juga sudah membentuk aplikasi transportasi online yang disebut dengan Japan Taxi. Dia mampu menggaet investasi dari Toyota Motor Corp dengan 60.000 armada taksi. Toyota menginvestasikan USD70 juta untuk mengembangkan JapanTaxi dengan basis teknologi kecerdasan buatan.
Taksi Robot
Nissan Motor berencana meluncurkan taksi robot. Mereka akan menguji coba di jalanan Jepang pada Maret mendatang. Nantinya, mobil taksi robot itu akan mulai dioperasikan pada awal 2020.
Taksi robot itu merupakan kendaraan otonom yang dilengkapi dengan sensor dan dikendalikan dengan piranti lunak yang dikembangkan oleh DeNA Co. "Kita meminta publik untuk berpartisipasi dengan menggunakan aplikasi pemesan via ponsel pintar," kata Kazumasa Fujita, manajer departemen strategi korporasi Nissan, dilansir Japan Times.
Selain Nissan, produsen robot ZMP juga bermitra dengan operator taksi di Tokyo untuk meluncurkan taksi robot yang akan dioperasikan pada Olimpiade 2020. “Kita optimitis akan meluncurkan taksi otonom pada 2020,” kata CEO ZMP Hisashi Taniguchi.
ZMP mengembangkan piranti lunak dan piranti keras untuk taksi otonom berdasarkan laser dan kamera stereo. Nantinya, ZMP berharap teknologi tersebut bisa dijual ke perusahaan taksi dan industri otomotif lainnya. Kendaraan otonom ZMP sendiri telah diujicoba sejak 2016 di jalanan Tokyo.
Industri taksi Jepang di tengah kurangnya tenaga sopir karena populasi tua yang semakin banyak menjadikan mereka harus menghadirkan teknologi baru untuk memicu pertumbuhan. (Andika Hendra)
Kemitraan tersebut merupakan perkembangan terbaru antara perusahaan taksi domestik dan perusahaan teknologi. Pasalnya, Jepang merupakan pasar besar dalam bisnis transportasi yang menawarkan pelayanan daring di tengah aturan yang sangat ketat. Saat ini, sopir bukan profesional dilarang mengemudikan taksi dengan alasan keamanan. Perusahaan taksi juga terbatas memberikan pelayanan online melalui ponsel.
Sony berencana membangun aplikasi berbasis teknologi kecedasan buatan dengan Daiwa Motor Transportation Co Ltd dan lima perusahaan taksi domestik lainnya. Lima perusahaan taksi tersebut adalah Green Cab, International Automobile, Kusumi Transportation, Checker Cab Radio Cooperative Association, dan Hinomaru Transportation. Aliansi tersebut akan membangun perusahaan gabungan dalam beberapa bulan mendatang.
“Perusahaan baru itu akan mengembangkan dan mengoperasikan aplikasi layanan transportasi daring dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan Sony,” demikian keterangan Sony, dilansir Zdnet. “Dengan mengintegrasi mereka dengan teknologi kecerdasan buatan, pelayanan terhadap penumpang akan meningkat,” jelas Sony.
Apa kelebihan kecerdasan buatan? Sony menjelaskan kalau dengan bantuan teknologi kecerdasan bisa memprediksi tingkat kesibukan permintaan dan meningkatkan ketersediaan pelayanan. Dengan prediksi tersebut mampu meningkatkan efesiensi dan mengurangi biaya operasional.
Nantinya, perusahaan gabungan Sony dan taksi tersebut juga akan mengembangkan aplikasi dan layanan terkait untuk memudahkan pelayanan, data taksi, provisi pembayaran, dan layanan pendukung lainnya. Sistem berbasis kecerdasan buatan tersebut juga menawarkan operasi taksi untuk layanan solusi satu atap dan paket yang lebih bervariasi.
Sony bukan hanya fokus pada teknologi kecerdasan buatan pada taksi daring. Namun, mereka juga meningkatkan pelayanan infrastruktur dibandingkan menerjunkan armada otonom. Mereka juga fokus mengembangkan profesionalisme sopir.
Persaingan Ketat
Sebelum Sony membangun aliansi, SoftBank Group Corp dan Didi Chuxing juga sudah mengumumkan rencana mereka untuk meluncurkan taksi online. SoftBank merupakan investor untuk industri transportasi daring di dunia, termasuk Didi. SoftBank juga menjadi pemegang saham terbesar di Uber Technologies Inc.
Didi dan perusahaan taksi Daiichi Koutsu Sangyo Co Ltd berencana menawarkan pelayanan taksi online melalui aplikasi bagi para wisatawan khususnya dari China. Selain itu, perusahaan taksi tersebut juga sudah berunding dengan Uber.
Sementara itu, CEO Uber Dara Khosrowshahi mengatakan kepada para investor di Tokyo kalau Uber harus mengubah cara berbisnis di Jepang. “Sangat jelas bagi saya untuk bermintra dan kemitraan khusus dengan industri taksi,” katanya tanpa menyebut hal yang spesifik, dilansir Reuters.
Regulasi taksi di Jepang memang sangat sulit dirubah. Itu disebabkan adanya perlawanan dari Ichiro Kawanabe, chairman Nihon Kotsu, perusahaan taksi terbesar di Jepang. Kawanabe juga sudah membentuk aplikasi transportasi online yang disebut dengan Japan Taxi. Dia mampu menggaet investasi dari Toyota Motor Corp dengan 60.000 armada taksi. Toyota menginvestasikan USD70 juta untuk mengembangkan JapanTaxi dengan basis teknologi kecerdasan buatan.
Taksi Robot
Nissan Motor berencana meluncurkan taksi robot. Mereka akan menguji coba di jalanan Jepang pada Maret mendatang. Nantinya, mobil taksi robot itu akan mulai dioperasikan pada awal 2020.
Taksi robot itu merupakan kendaraan otonom yang dilengkapi dengan sensor dan dikendalikan dengan piranti lunak yang dikembangkan oleh DeNA Co. "Kita meminta publik untuk berpartisipasi dengan menggunakan aplikasi pemesan via ponsel pintar," kata Kazumasa Fujita, manajer departemen strategi korporasi Nissan, dilansir Japan Times.
Selain Nissan, produsen robot ZMP juga bermitra dengan operator taksi di Tokyo untuk meluncurkan taksi robot yang akan dioperasikan pada Olimpiade 2020. “Kita optimitis akan meluncurkan taksi otonom pada 2020,” kata CEO ZMP Hisashi Taniguchi.
ZMP mengembangkan piranti lunak dan piranti keras untuk taksi otonom berdasarkan laser dan kamera stereo. Nantinya, ZMP berharap teknologi tersebut bisa dijual ke perusahaan taksi dan industri otomotif lainnya. Kendaraan otonom ZMP sendiri telah diujicoba sejak 2016 di jalanan Tokyo.
Industri taksi Jepang di tengah kurangnya tenaga sopir karena populasi tua yang semakin banyak menjadikan mereka harus menghadirkan teknologi baru untuk memicu pertumbuhan. (Andika Hendra)
(nfl)