Mobil Listrik Dijanjikan Sejumlah Insentif
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah insentif akan diberikan kepada produsen yang mengembangkan mobil listrik di Tanah Air. Era kendaraan ramah lingkungan pun diperkirakan bakal semakin mendekati kenyataan.
Di antara beberapa insentif yang sedang dikaji adalah penurunan bea masuk mobil listrik menjadi 5% dari saat ini 50%. Selain itu, pajak penjualan barang mewah (PPnBM) atas mobil listrik juga diusulkan 0% dari semula 40%.
Usulan lain yang sedang disiapkan adalah pemberian tax allowance bagi produsen yang melakukan ekspansi. Nantinya, skema pengurangan pajak itudiberikan bukan hanya untuk perusahaan baru tapi juga perusahaan yang melakukan inovasi seperti pengembangan mobil listrik.
Sejumlah keringanan tersebut, diharapkan dapat mendukung pendalaman industri automotif nasional. Jika disetujui, kebijakan fiskal itu juga diharapkan dapat menarik para produsen untuk memproduksi mobil listrik di dalam negeri.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, saat ini usulan penurunan bea masuk mobil listrik dan PPnBM atas mobil listrik masih dibahas bersama kementerian terkait. Dia berharap finalisasi aturan selesai dalam satu bulan ini.
"Sekarang kan bea masuk sekitar 50% turun jadi 5% target kita. PPnBM jadi nol. Sekarang harganya 30% lebih mahal daripada mobil, makanya kita berusaha menurunkan PPnBM," ujar dia saat menerima 10 unit mobil listrik hibah dari Mitsubishi Motors di Gedung Kementerian Perindustrian Jakarta kemarin.
Airlangga menambahkan, selain mobil listrik, ke depan dia juga berharap agar kendaraan jenis sedan tidak lagi masuk dalam kategori barang mewah. Dengan demikian, pajak yang dikenakan akan lebih rendah dan dapat memacu produksi dan pasar sedan nasional.
"Ke depan, sedan bukan barang mewah karena ekspor compact car besar. Kita ingin dorong dengan PPnBM rendah, banyak keluarga kecil bisa manfaatkan compact car," kata dia.
Airlangga menambahkan, tahap pengembangan teknologi menuju kendaraan listrik sangat diperlukan untuk memberikan waktu bagi pemerintah dan pelaku industri dalam menyiapkan regulasi atau payung hukum, infrastruktur pendukung dan teknologi.
Di samping itu, kata dia, perlu melihat kesiapan industri komponen dalam negeri seperti baterai, motor listrik, dan power control unit (PCU). Sehingga, pengembangan kendaraan listrik dapat mendukung program pendalaman struktur industri automotif nasional.
"Adapun target pengembangan kendaraan listrik sudah menjadi bagian dari roadmap pengembangan kendaraan bermotor nasional," ucapnya.
Peta jalan pengembangan kendaraan bermotor di Indonesia menyebutkan, pada 2025 ditargetkan sebanyak 20% kendaraan yang diproduksi di dalam negeri adalah jenis kendaran Low Carbon Emission Vehicle (LCEV), termasuk mobil listrik.
Saat ini, ujar Airlangga, tahapan yang telah dilakukan adalah pengembangan kendaraan bermotor hemat energi dan harga terjangkau, kemudian kendaraan hybrid hingga kendaraan listrik.
Sementara itu, Mitsubishi Motors kemarin menyerahkan 10 mobil listrik ke pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian. Kesepuluh mobil tersebut adalah 8 unit Mitsubishi Outlander PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle) dan 2 unit Mitsubishii-MiEV.
Selain memberikan 10 unit mobil, Mitsubishi Motors juga memberikan 4 unit quick charging yang dapat digunakan untuk mengisi ulang baterai kesepuluh mobil tersebut.
Chief Executive Officer (CEO) Mitsubishi Motors Osamu Masuko mengatakan, pemberian 10 mobil listrik tersebut merupakan tindak lanjut dari kesepakatan antara Mitsubishi Motors dan pemerintah Indonesia guna melakukan studi permodelan mobil listrik yang sesuai dengan masyarakat Indonesia.
“Agustus tahun lalu kami sudah bertemu dan dilanjutkan dengan penandatanganan nota kesepahaman di bulan Oktober. Februari ini kami langsung membawa mobil ini untuk Indonesia,” terangnya.
Dia mengatakan, studi yang menggunakan mobil Mitsubishi tersebut nantina akan menilai penggunaan kendaraan listrik di berbagai lingkungan, termasuk kota, kawasan wisata dan pulau terpencil. Selain itu, studi dapat digunakan untuk melacak potensi pengelolaan energi kendaraan listrik, serta menguji penggunaan Mitsubishi Outlander PHEV sebagai sumber penyimpanan.
“Hari ini merupakan sebuah momen penting untuk Mitsubishi Motors, pemerintah Indonesia dan masyarakat Indonesia yang mendapat manfaat dari peningkatan kepemilikan mobil, komunitas yang lebih terhubung, serta lingkungan yang lebih aman dan ramah," ujar Masuko.
Dia menambahkan, Indonesia adalah salah satu pasar paling menjanjikan di Asia Tenggara dengan populasi muda yang bersemangat untuk membuka peluang kepemilikan mobil. Kondisi tersebut, ujar dia, cukup menantang karena di satu sisi ada dorongan untuk memiliki mobil, dan di sisi lain ada keharusan menjaga lingkungan.
“Sepuluh kendaraan baru ini akan dikerahkan oleh Kementerian dalam serangkaian studi bersama yang secara langsung akan mendukung pengembangan infrastruktur kendaraan listrik Indonesia yang sedang berkembang. Studi ini merupakan langkah untuk menuju pencapaian visi ”Smart Cities” yang benar-benar akan melihat penyampaian teknologi untuk masyarakat,” ungkapnya.
Menanggapi hibah mobil listrik tersebut, Airlangga mengatakan bahwa kendaraan tersebut merupakan solusi antara yang ideal sebelum Indonesia mampu melengkapi infrastruktur mobil listrik.
Hal ini diamini oleh Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian PerindustrianHarjanto. Menurutnya, penyerahan 10 mobil listrik yang dilakukan oleh Mitsubishi bukan tujuan terakhiryang dilakukan pemerintah dalam elektrifikasi automotif Indonesia.
“Saat ini kita masih menyiapkan dasar hukum dan mengatasi masalah dan hambatan yang sedang kita hadapi. Hanya saja apa yang dilakukan Mitsubishi akan jadi milestone strategis bagi perkembangan automotif Indonesia,” jelasnya.
Pemerintah, kata dia, saat ini masih terus menyiapkan peraturan dan kebijakan agar mobil listrik semakin berkembang di Indonesia.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang hadir pada acara penyerahan mobil listrik kemarin menyatakan dukungan pada pengembangan mobil listrik nasional. Menurutnya, mobil listrik adalah kendaraan ramah lingkungan sehingga meminimaliasi populasi udara dan suara.
“Saya berharap dengan adanya mobil listrik ini, negara kita mencapai visi menjadi Smart Cities melalui pengembangan teknologi. Kendaraan listrik ini kelak akan menjadi alternatif transportasi yang pengelolaannya lebih minim dan murah,” ujar Budi.
Dia berharap, ke depan penggunaan mobil listrik ini tidak hanya terbatas di kota besar saja tetapi juga di kawasan pedalaman maupun perbatasan. Untuk itu, dia ingin agar studi mobil listrik yang sedang dikembangkan dapat menjadi landasan yang kokoh untuk pengembangan kendaraan listrik di Indonesia.
Selain Mitsubishi, beberapa Agen Pemegang Merek (APM) lain di Indonesia juga telah memperkenalkan mobil listrik. Sebut saja Nissan yang pada November tahun lalu memberikan kesempatan test drive Nissan Note e-Power di kawasan BSD, Tangerang, Banten. APM lain yang sudah memperkenalkan mobil listrik adalah BMW melalui seri i3 pada pameran Agustus tahun lalu. (Oktiani Endarwati/Wahyu Sibarani/Sindonews)
Di antara beberapa insentif yang sedang dikaji adalah penurunan bea masuk mobil listrik menjadi 5% dari saat ini 50%. Selain itu, pajak penjualan barang mewah (PPnBM) atas mobil listrik juga diusulkan 0% dari semula 40%.
Usulan lain yang sedang disiapkan adalah pemberian tax allowance bagi produsen yang melakukan ekspansi. Nantinya, skema pengurangan pajak itudiberikan bukan hanya untuk perusahaan baru tapi juga perusahaan yang melakukan inovasi seperti pengembangan mobil listrik.
Sejumlah keringanan tersebut, diharapkan dapat mendukung pendalaman industri automotif nasional. Jika disetujui, kebijakan fiskal itu juga diharapkan dapat menarik para produsen untuk memproduksi mobil listrik di dalam negeri.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, saat ini usulan penurunan bea masuk mobil listrik dan PPnBM atas mobil listrik masih dibahas bersama kementerian terkait. Dia berharap finalisasi aturan selesai dalam satu bulan ini.
"Sekarang kan bea masuk sekitar 50% turun jadi 5% target kita. PPnBM jadi nol. Sekarang harganya 30% lebih mahal daripada mobil, makanya kita berusaha menurunkan PPnBM," ujar dia saat menerima 10 unit mobil listrik hibah dari Mitsubishi Motors di Gedung Kementerian Perindustrian Jakarta kemarin.
Airlangga menambahkan, selain mobil listrik, ke depan dia juga berharap agar kendaraan jenis sedan tidak lagi masuk dalam kategori barang mewah. Dengan demikian, pajak yang dikenakan akan lebih rendah dan dapat memacu produksi dan pasar sedan nasional.
"Ke depan, sedan bukan barang mewah karena ekspor compact car besar. Kita ingin dorong dengan PPnBM rendah, banyak keluarga kecil bisa manfaatkan compact car," kata dia.
Airlangga menambahkan, tahap pengembangan teknologi menuju kendaraan listrik sangat diperlukan untuk memberikan waktu bagi pemerintah dan pelaku industri dalam menyiapkan regulasi atau payung hukum, infrastruktur pendukung dan teknologi.
Di samping itu, kata dia, perlu melihat kesiapan industri komponen dalam negeri seperti baterai, motor listrik, dan power control unit (PCU). Sehingga, pengembangan kendaraan listrik dapat mendukung program pendalaman struktur industri automotif nasional.
"Adapun target pengembangan kendaraan listrik sudah menjadi bagian dari roadmap pengembangan kendaraan bermotor nasional," ucapnya.
Peta jalan pengembangan kendaraan bermotor di Indonesia menyebutkan, pada 2025 ditargetkan sebanyak 20% kendaraan yang diproduksi di dalam negeri adalah jenis kendaran Low Carbon Emission Vehicle (LCEV), termasuk mobil listrik.
Saat ini, ujar Airlangga, tahapan yang telah dilakukan adalah pengembangan kendaraan bermotor hemat energi dan harga terjangkau, kemudian kendaraan hybrid hingga kendaraan listrik.
Sementara itu, Mitsubishi Motors kemarin menyerahkan 10 mobil listrik ke pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian. Kesepuluh mobil tersebut adalah 8 unit Mitsubishi Outlander PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle) dan 2 unit Mitsubishii-MiEV.
Selain memberikan 10 unit mobil, Mitsubishi Motors juga memberikan 4 unit quick charging yang dapat digunakan untuk mengisi ulang baterai kesepuluh mobil tersebut.
Chief Executive Officer (CEO) Mitsubishi Motors Osamu Masuko mengatakan, pemberian 10 mobil listrik tersebut merupakan tindak lanjut dari kesepakatan antara Mitsubishi Motors dan pemerintah Indonesia guna melakukan studi permodelan mobil listrik yang sesuai dengan masyarakat Indonesia.
“Agustus tahun lalu kami sudah bertemu dan dilanjutkan dengan penandatanganan nota kesepahaman di bulan Oktober. Februari ini kami langsung membawa mobil ini untuk Indonesia,” terangnya.
Dia mengatakan, studi yang menggunakan mobil Mitsubishi tersebut nantina akan menilai penggunaan kendaraan listrik di berbagai lingkungan, termasuk kota, kawasan wisata dan pulau terpencil. Selain itu, studi dapat digunakan untuk melacak potensi pengelolaan energi kendaraan listrik, serta menguji penggunaan Mitsubishi Outlander PHEV sebagai sumber penyimpanan.
“Hari ini merupakan sebuah momen penting untuk Mitsubishi Motors, pemerintah Indonesia dan masyarakat Indonesia yang mendapat manfaat dari peningkatan kepemilikan mobil, komunitas yang lebih terhubung, serta lingkungan yang lebih aman dan ramah," ujar Masuko.
Dia menambahkan, Indonesia adalah salah satu pasar paling menjanjikan di Asia Tenggara dengan populasi muda yang bersemangat untuk membuka peluang kepemilikan mobil. Kondisi tersebut, ujar dia, cukup menantang karena di satu sisi ada dorongan untuk memiliki mobil, dan di sisi lain ada keharusan menjaga lingkungan.
“Sepuluh kendaraan baru ini akan dikerahkan oleh Kementerian dalam serangkaian studi bersama yang secara langsung akan mendukung pengembangan infrastruktur kendaraan listrik Indonesia yang sedang berkembang. Studi ini merupakan langkah untuk menuju pencapaian visi ”Smart Cities” yang benar-benar akan melihat penyampaian teknologi untuk masyarakat,” ungkapnya.
Menanggapi hibah mobil listrik tersebut, Airlangga mengatakan bahwa kendaraan tersebut merupakan solusi antara yang ideal sebelum Indonesia mampu melengkapi infrastruktur mobil listrik.
Hal ini diamini oleh Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian PerindustrianHarjanto. Menurutnya, penyerahan 10 mobil listrik yang dilakukan oleh Mitsubishi bukan tujuan terakhiryang dilakukan pemerintah dalam elektrifikasi automotif Indonesia.
“Saat ini kita masih menyiapkan dasar hukum dan mengatasi masalah dan hambatan yang sedang kita hadapi. Hanya saja apa yang dilakukan Mitsubishi akan jadi milestone strategis bagi perkembangan automotif Indonesia,” jelasnya.
Pemerintah, kata dia, saat ini masih terus menyiapkan peraturan dan kebijakan agar mobil listrik semakin berkembang di Indonesia.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang hadir pada acara penyerahan mobil listrik kemarin menyatakan dukungan pada pengembangan mobil listrik nasional. Menurutnya, mobil listrik adalah kendaraan ramah lingkungan sehingga meminimaliasi populasi udara dan suara.
“Saya berharap dengan adanya mobil listrik ini, negara kita mencapai visi menjadi Smart Cities melalui pengembangan teknologi. Kendaraan listrik ini kelak akan menjadi alternatif transportasi yang pengelolaannya lebih minim dan murah,” ujar Budi.
Dia berharap, ke depan penggunaan mobil listrik ini tidak hanya terbatas di kota besar saja tetapi juga di kawasan pedalaman maupun perbatasan. Untuk itu, dia ingin agar studi mobil listrik yang sedang dikembangkan dapat menjadi landasan yang kokoh untuk pengembangan kendaraan listrik di Indonesia.
Selain Mitsubishi, beberapa Agen Pemegang Merek (APM) lain di Indonesia juga telah memperkenalkan mobil listrik. Sebut saja Nissan yang pada November tahun lalu memberikan kesempatan test drive Nissan Note e-Power di kawasan BSD, Tangerang, Banten. APM lain yang sudah memperkenalkan mobil listrik adalah BMW melalui seri i3 pada pameran Agustus tahun lalu. (Oktiani Endarwati/Wahyu Sibarani/Sindonews)
(nfl)