Nissan Leaf Mobil Listrik dengan Nilai Lebih

Kamis, 29 Maret 2018 - 14:12 WIB
Nissan Leaf Mobil Listrik dengan Nilai Lebih
Nissan Leaf Mobil Listrik dengan Nilai Lebih
A A A
NISSAN Leaf menjadi mobil listrik yang paling diburu di dunia. Apakah keistimewaan mobil listrik ini sehingga begitu disukai banyak orang?

Nissan Leaf dinobatkan sebagai mobil listrik paling laku sejagat. Total hingga kini menurut Nissan telah terjual 350.000 Nissan Leaf di seluruh dunia. Malah generasi barunya, menurut Director Global EV Business Unit Nissan Nicholas Thomas, telah dipesan sebanyak 40.000 orang.

“Ini angka yang mengejutkan karena kita belum mengirimkan mobil tersebut,” ujarnya kepada KORAN SINDO di Singapura, beberapa waktu lalu. Nissan berencana menjual mobil ini di kawasan ASEAN pada tahun fiskal 2018. Bagaimana dengan Indonesia? Peluang mobil ini hadir di Tanah Air baru terbuka pada tahun fiskal 2019.

Jauh sebelum mobil ini benar-benar datang, KORAN SINDO diberikan kesempatan mencoba langsung mobil listrik ini di Nanyang Technological University Track and Marquee, Singapura. Tempat ini adalah sirkuit khusus mobil otonom yang dibangun oleh Nanyang Technological University (NTU). Satu hal yang paling terasa dari Nissan Leaf adalah bentuknya yang jauh lebih modern ketimbang Nissan Leaf generasi pertama.

Garis-garis tajam dan dimensi yang cukup besar membuat Nissan Leaf generasi kedua ini jauh lebih menarik dari segi tampilan luar. Namun, saat ini pandangan masyarakat soal mobil listrik sudah terpengaruh Tesla.

Perusahaan mobil listrik milik Elon Musk tersebut seperti memberikan patokan bagaimana sebuah mobil listrik didesain. Sayangnya desain Nissan Leaf benar-benar jauh dari konsep tersebut. Nissan Leaf tidak ubahnya seperti sebuah hatchback kebanyakan. Meski seperti sebuah hatchback kebanyakan, Nissan Leaf cukup mengejutkan ketika tiba-tiba saya harus menguji teknologi propilot yang dimiliki mobil ini.

Teknologi ini memungkinkan Nissan Leaf parkir tanpa bantuan pengemudi (propilot park ) dan melaju otonom di jalan raya (propilot assist ). Seperti mobil yang sudah memiliki fitur park assist , propilot park yang dimiliki Nissan Leaf aktif hanya dengan memencet tombol.

Sesaat mobil seperti diambil alih baik tekanan ke pedal gas, rem maupun palang kemudi. Layar yang ada di konsol tengah kemudian menampilkan prediksi gerakan mobil. Dari layar juga diketahui jika teknologi ini berfungsi membaca garis-garis parkir yang hendak dituju. “Bagaimana kalau tidak ada garis parkir. Bisa tidak fitur ini berfungsi?” tanya KORAN SINDO. Pertanyaan ini langsung dijawab oleh instruktur yang menemani KORAN SINDO dengan gelengan kepala. Memang sedikit mengecewakan, tapi sepertinya kehadiran teknologi ini menghapus stigma teknologi ini hanya didapat oleh mobil-mobil berlabel premium.

Setelah puas mencoba teknologi propilot, KORAN SINDO langsung mencoba membawa mobil ini berjalanjalan. Sayangnya Nissan hanya menyediakan trek di NTU sebagai lahan uji coba. Trek ini tidak ubahnya seperti jalan perkotaan. Terlalu banyak simulasi lampu lalu lintas dan trek pendek.

Alhasil performa mobil listrik yang biasanya spontan tidak bisa dieksplorasi. Saat menginjakkan pedal gas, tarikan mobil sangat halus, juga responsif. Saat di trek, pengujian dilakukan selama dua kali putaran. Pada putaran pertama, mobil dikendarai dengan biasa, yakni dua pedal. Kemudian pada kesempatan kedua mobil dikendarai dengan mengaktifkan fitur e-Pedal . Tanpa mengaktifkan fitur e-Pedal , mengendarai Leaf tak ada bedanya dengan mengendarai mobil pada umumnya.

Ketika ingin menambah akselerasi, tinggal injak pedal gas dan saat mengurangi kecepatan bisa menginjak pedal rem. Namun, berbeda saat kita mengaktifkan fitur e-Pedal. Pengemudi tak perlu repotrepot memindahkan kaki untuk menginjak pedal rem ketika hendak melambatkan laju kendaraan.

Karena sistem e-Pedal memungkinkan mobil berhenti dengan hanya melepaskan kaki dari pedal gas. Bahkan, rem lebih pakem daripada kita mengerem dengan kaki kita sendiri. Kala ingin berhenti, dalam jarak beberapa meter, kita tinggal melepas pedal gas saja, maka mobil langsung berhenti di tempat yang kita inginkan. Jangan khawatir mobil belakang akan menabrak karena kita berhenti tiba-tiba. Itu karena lampu rem juga menyala ketika kita melepaskan pedal gas.

Perlu dicatat, perlu membiasakan diri untuk melakukan sistem e-Pedal ini karena ketika langsung diangkat, mobil memang langsung berhenti. Jadi, naik turunnya pedal gas harus dilakukan dengan mengurut. Selama mengemudikan Nissan Leaf, satu hal yang terasa adalah kekedapannya. Sebenarnya wajar karena mobil listrik tidak mengeluarkan suara seperti halnya mobil pembakaran internal yang kerap jadi sumber suara kegaduhan. Hanya saja infiltrasi suara lingkungan luar kerap masuk ke dalam kabin mobil listrik pada umumnya. Ini yang tidak ditemukan KORAN SINDO saat mencoba Nissan Leaf.

Nissan bahkan mengklaim, kabin Leaf setara dengan mobil-mobil sedan kelas premium Satu hal yang menarik lagi, mobil ini ternyata bukan sekadar mobil listrik biasa. Nissan Leaf bahkan bisa menjadi sumber energi listrik bagi mobil listrik lainnya dan juga rumah beserta isinya.

Dr Sanjay Kutan, peneliti dari NTU, malah mengatakan Nissan Leaf adalah pilihan menarik untuk kepentingan komersial. “Bayangkan Anda tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk bahan bakar. Tidak lagi repot beli sparepart . Alih-alih Anda bisa mendapatkan uang jika listrik yang ada di mobil ini Anda jual. Lebih untung lagi jika Anda mengisi ulang listrik mobil ini di kantor Anda,” katanya sambil tertawa.

Tentu saja kepentingan komersial ini bukan semata-mata hal yang ditawarkan oleh Nissan Leaf. Mobil ini benar-benar praktis dan canggih. Mungkin tidak semenarik dan semewah tampilan Tesla, tapi setidaknya mobil ini menawarkan kebutuhan praktis yang lebih fungsional dan nilai lebih komersial yang tak dipunyai mobil listrik lain. (Wahyu Sibarani)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7693 seconds (0.1#10.140)