Mobil Listrik Plug In Hibrida Dipilih

Kamis, 05 Juli 2018 - 08:35 WIB
Mobil Listrik Plug In...
Mobil Listrik Plug In Hibrida Dipilih
A A A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian lebih memilih mobil plug in hybrid dalam mempersiapkan pengembangan mobil listrik di Tanah Air. Alasannya, plug in hybrid tidak membutuhkan infrastruktur yang rumit seperti halnya mobil listrik (electric vehicle).

"Kita dorong yang plug in hybrid, karena itu yang sudah siap jalan. Tanpa persiapan infrastruktur lagi," ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto di Jakarta, kemarin.

Dia menambahkan, mobil jenis ini juga sudah sesuai dengan regulasi 20% mobil listrik pada 2025 yang ditetapkan pemerintah. Airlangga menambahkan, dipilihnya plug in hybrid ini merupakan solusi jangka pendek. Sebab, untuk mengembangkan infrastruktur mobil listrikperlu persiapan yang matang dan investasi pengembangan infrastruktur.

"Kita dorong juga penggunaan nikel kobalt yang jumlahnya banyak di dalam negeri untuk pengembangan baterai mobil listrik," tandasnya. Hal ini dimaksudkan agar teknologi baterai yang dihasilkan lebih kompetitif dibandingkan jika harus di impor.

"Kita berikan tax holiday kepada investor yang berinvestasi di baterai dan motor listrik," sebut Airlangga.

Dalam pengembangan kendaraan listrik, Kemenperin menggandeng Toyota Indonesia dan enam perguruan tinggi negeri untuk melakukan riset dan studi secara komprehensif. Pemerintah saat ini terus berupaya untuk mendorong pemanfaatan teknologi automotif yang ramah lingkungan melalui program low carbon emission vehicle (LCEV).

Pada tahap pertama, riset akan dilakukan bersama Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Indonesia (UI). Selanjutnya, tahap ke-2, dengan Universitas Sebelas Maret (UNS), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Universitas Udayana.

Pemerintah berkomitmen menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) sebesar 29% pada 2030 dan sekaligus menjaga energi sekuriti khususnya di sektor transportasi.

“Sebagai salah satu sektor andalan di dalam roadmap Making Indonesia 4.0, industri automotif nasional diharapkan menjadi basis produksi kendaraan bermotor baik internal combustion engine (ICE) maupun electrified vehicle (EV) untuk pasar domestik maupun ekspor,” papar Airlangga.

Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono mengatakan, penelitian dan studi komprehensif kendaraan elektrifikasi merupakan upaya untuk memahami secara lebih menyeluruh aspek-aspek yang memengaruhi pengembangan kendaraan elektrifikasi di Indonesia, terutama mengenai preferensi konsumen, industri termasuk rantai pasok serta kebutuhan infrastruktur pendukung.

Peneliti dari tiga universitas di Indonesia, UI, ITB, UGM di tahap pertama akan menggunakan 12 unit kendaraan elektrifikasi dan 6 unit kendaraan konvensional yang disediakan oleh Toyota Indonesia untuk mempelajari aspek teknis.

Pada tahap berikutnya peneliti dari UNS, ITS dan Udayana juga akan melakukan rangkaian studi yang sama dengan tujuan agar data yang diperoleh lebih beragam dan komprehensif.

Toyota berkomitmen untuk berperan aktif mendukung program pemerintah dalam menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) sebesar 29 persen pada 2030 dan sekaligus menjaga energi sekuriti serta ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak khususnya di sektor transportasi. "Studi pengembangan kendaraan elektrifikasi ini diharapkan bisa menjadi salah satu langkah nyata mewujudkan kesuksesan program pemerintah tersebut," tambah Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM) Yoshihiro Nakata.

Ketua Umum Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi mengharapkan, pemerintah mendorong pengembangan bagian paling penting dari mobil listrik, yaitu baterai. Dengan demikian, harga jual mobil listrik kepada masyarakatnya dapat menjadi lebih murah. (Anton C)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8028 seconds (0.1#10.140)