Misi Senyap Si Burung Biru Berjalan Lancar
A
A
A
BAGAIMANA rasanya menjajal taksi listrik BYD E6 dari Bluebird? Apakah ada perbedaan besar antara taksi reguler dengan taksi listrik yang hadir di Jakarta belum lama ini? Degup jantung Lilik Sujoko sedikit berdegup kencang saat taksi yang dia sopiri masuk ke dalam kawasan Kranji, Bekasi, Senin (20/5) lalu.
Penumpang yang dia ambil dari Bandara Soekarno-Hatta kebetulan tinggal di kawasan Perumnas 1, Bekasi Utara, Jawa Barat. Jantung Lilik Sujoko berdetak kencang bukan karena dia masuk wilayah Bekasi. Alih-alih baterai taksi listrik yang dia kendarai sudah dalam posisi kritis.
Kondisi kemacetan di dekat Stasiun Kranji makin membuatnya khawatir. Berkali-kali dia menginformasikan kondisi taksi listrik pada rekan-rekannya sesama sopir taksi Bluebird e-Taxi yang ada di WhatsApp Group.
Saat itu kondisi baterai listrik sudah mencapai 38%, sementara Bluebird justru meminta para sopir e-Taxi untuk segera kembali ke Mam pang, tempat pool taksi Blue bird berada untuk pengisian ulang.
Pertanyaannya, “Masih sanggupkah mobil ini berjalan pulang hingga ke Mampang?” “Bisa, yakin saja pasti bisa,” kata Lilik menirukan komentar teman-temannya yang ada di WhatsApp Group.
Kenyataannya begitu selesai mengantar penumpangnya, Lilik justru mampu kembali ke Mampang dengan selamat. Tidak heran saat KORAN SINDO pertama kali masuk e-Taxi dan bertanya, apakah pernah khawatir taksi listrik ini tidak bisa jalan karena kehabisan baterai, Lilik dengan percaya diri menjawab, “Karena kejadian kemarin, saya makin yakin aman. Normalnya saja saya sudah bisa bolak-balik Bandara hingga empat kali dalam sehari,” ucap Lilik. Membawa mobil atau taksi listrik ke Ibu Kota dengan kondisi jalan yang beragam dan sering diwarnai kemacetan memang terkesan mustahil.
Belum lagi minimnya infrastruktur pendukung kendaraan listrik seakan-akan anggapan memiliki mobil atau mencoba taksi listrik adalah keniscayaan. Tidak heran jika langkah Bluebird membawa e-Taxi ke Ibu Kota jadi sebuah langkah yang berani.
“Melalui terobosan inovasi dari kendaraan listrik ini, Bluebird tidak hanya bertujuan meningkatkan kualitas layanan dan kenyamanan bagi pelanggan, juga menjadi bagian dari komitmen perusahaan dalam mendukung pelestarian lingkungan, khususnya peningkatan kualitas udara di Ja karta,” ucap Presiden Direk tur Blue Bird Group Holding Noni Purnomo saat peluncuran taksi BYD e6.
Kenyataannya, menurut Lilik, sebanyak 25 unit e-Taxi dari mobil BYD e6 seperti yang dia kendarai tidak pernah mengalami masalah hingga kini. Begitu juga dengan cara mengendarai e-Taxi yang tidak jauh berbeda dengan taksi biasa.
Namun, memang dia butuh waktu sekitar satu minggu untuk beradaptasi dengan respons gas yang ada di taksi listrik. “Kalau sudah dalam kecepatan tinggi, suaranya seperti pesawat jet.
Penumpang saya bahkan selalu minta diulang untuk ngerasain hal itu,” kata Lilik tersenyum. Belum lagi kondisi dalam mobil yang benar-benar nyaman karena seperti mobil listrik lainnya, e-Taxi benar-benar senyap tanpa satu suara pun yang masuk ke dalam kabin.
Dimensi BYD e6 juga tergolong lega. Mobil dengan model crossover compact ini memiliki konfigurasi 5 penumpang, dengan dimensi panjang 4.550 mm (180 in), lebar 1.822 mm (72 in), dan tinggi 1.630 mm (64 in) dengan wheelbase 2.830 mm (111 in).
Ada satu hal yang membuat mengapa Lilik bisa balik ke Mampang dengan aman. Berdasarkan data spesifikasi, BYD e6 memiliki jarak tempuh panjang dalam kondisi baterai terisi penuh. Mobil ini bisa menjangkau jarak 400 km dalam satu kali pengisian baterai.
Baterai BYD Iron Phos phate (Fe) berkapasitas 80 kWH pada mobil ini bisa di-charge hanya 2 jam menggunakan charger V2G 480 VAC 3 phase. Berkat motor listrik tipe AC Synchronous Motor (Brushless), mobil ini bisa berlari sampai kecepatan maksimal 140 km/jam.
Akselerasi 0-60 km/jam hanya 7,69 detik. Tenaga maksimal mobil listrik ini mencapai 121 daya kuda dengan torsi maksimal 450 Nm. Saat dicoba, taksi listrik ini memang sangat mulus dalam berlari kencang. Belum lagi suspensi taksi listrik ini juga sangat nyaman jika dibandingkan taksi yang sudah jadi armada Bluebird saat ini.
Hanya saja memang mobil ini terasa kurang istimewa karena tampilannya yang masih sebelas dua belas dengan taksi reguler. Nah yang membedakan hanyalah logo e-Taxi berukuran besar dikap mesin dan tulisan e-Taxi di samping badan mobil.
Namun, setidaknya e-Taxi benar-benar sedikit mengurangi beban mitos bahwa kendaraan listrik akan kesulitan beradaptasi dengan minimnya infrastruktur pendukung dan kerasnya kondisi jalan Ibu Kota.
Seperti e-Taxi yang ber jalan senyap di jalan, langkah Bluebird “memperkenalkan” kendaraan listrik ini seperti sebuah misi senyap atau silent operation di tengah gegap gempita diskursus mobil listrik yang tak ubahnya seperti angin surga. Penuh buaian tapi hampa dalam pelaksanaan. (Wahyu Sibarani)
Penumpang yang dia ambil dari Bandara Soekarno-Hatta kebetulan tinggal di kawasan Perumnas 1, Bekasi Utara, Jawa Barat. Jantung Lilik Sujoko berdetak kencang bukan karena dia masuk wilayah Bekasi. Alih-alih baterai taksi listrik yang dia kendarai sudah dalam posisi kritis.
Kondisi kemacetan di dekat Stasiun Kranji makin membuatnya khawatir. Berkali-kali dia menginformasikan kondisi taksi listrik pada rekan-rekannya sesama sopir taksi Bluebird e-Taxi yang ada di WhatsApp Group.
Saat itu kondisi baterai listrik sudah mencapai 38%, sementara Bluebird justru meminta para sopir e-Taxi untuk segera kembali ke Mam pang, tempat pool taksi Blue bird berada untuk pengisian ulang.
Pertanyaannya, “Masih sanggupkah mobil ini berjalan pulang hingga ke Mampang?” “Bisa, yakin saja pasti bisa,” kata Lilik menirukan komentar teman-temannya yang ada di WhatsApp Group.
Kenyataannya begitu selesai mengantar penumpangnya, Lilik justru mampu kembali ke Mampang dengan selamat. Tidak heran saat KORAN SINDO pertama kali masuk e-Taxi dan bertanya, apakah pernah khawatir taksi listrik ini tidak bisa jalan karena kehabisan baterai, Lilik dengan percaya diri menjawab, “Karena kejadian kemarin, saya makin yakin aman. Normalnya saja saya sudah bisa bolak-balik Bandara hingga empat kali dalam sehari,” ucap Lilik. Membawa mobil atau taksi listrik ke Ibu Kota dengan kondisi jalan yang beragam dan sering diwarnai kemacetan memang terkesan mustahil.
Belum lagi minimnya infrastruktur pendukung kendaraan listrik seakan-akan anggapan memiliki mobil atau mencoba taksi listrik adalah keniscayaan. Tidak heran jika langkah Bluebird membawa e-Taxi ke Ibu Kota jadi sebuah langkah yang berani.
“Melalui terobosan inovasi dari kendaraan listrik ini, Bluebird tidak hanya bertujuan meningkatkan kualitas layanan dan kenyamanan bagi pelanggan, juga menjadi bagian dari komitmen perusahaan dalam mendukung pelestarian lingkungan, khususnya peningkatan kualitas udara di Ja karta,” ucap Presiden Direk tur Blue Bird Group Holding Noni Purnomo saat peluncuran taksi BYD e6.
Kenyataannya, menurut Lilik, sebanyak 25 unit e-Taxi dari mobil BYD e6 seperti yang dia kendarai tidak pernah mengalami masalah hingga kini. Begitu juga dengan cara mengendarai e-Taxi yang tidak jauh berbeda dengan taksi biasa.
Namun, memang dia butuh waktu sekitar satu minggu untuk beradaptasi dengan respons gas yang ada di taksi listrik. “Kalau sudah dalam kecepatan tinggi, suaranya seperti pesawat jet.
Penumpang saya bahkan selalu minta diulang untuk ngerasain hal itu,” kata Lilik tersenyum. Belum lagi kondisi dalam mobil yang benar-benar nyaman karena seperti mobil listrik lainnya, e-Taxi benar-benar senyap tanpa satu suara pun yang masuk ke dalam kabin.
Dimensi BYD e6 juga tergolong lega. Mobil dengan model crossover compact ini memiliki konfigurasi 5 penumpang, dengan dimensi panjang 4.550 mm (180 in), lebar 1.822 mm (72 in), dan tinggi 1.630 mm (64 in) dengan wheelbase 2.830 mm (111 in).
Ada satu hal yang membuat mengapa Lilik bisa balik ke Mampang dengan aman. Berdasarkan data spesifikasi, BYD e6 memiliki jarak tempuh panjang dalam kondisi baterai terisi penuh. Mobil ini bisa menjangkau jarak 400 km dalam satu kali pengisian baterai.
Baterai BYD Iron Phos phate (Fe) berkapasitas 80 kWH pada mobil ini bisa di-charge hanya 2 jam menggunakan charger V2G 480 VAC 3 phase. Berkat motor listrik tipe AC Synchronous Motor (Brushless), mobil ini bisa berlari sampai kecepatan maksimal 140 km/jam.
Akselerasi 0-60 km/jam hanya 7,69 detik. Tenaga maksimal mobil listrik ini mencapai 121 daya kuda dengan torsi maksimal 450 Nm. Saat dicoba, taksi listrik ini memang sangat mulus dalam berlari kencang. Belum lagi suspensi taksi listrik ini juga sangat nyaman jika dibandingkan taksi yang sudah jadi armada Bluebird saat ini.
Hanya saja memang mobil ini terasa kurang istimewa karena tampilannya yang masih sebelas dua belas dengan taksi reguler. Nah yang membedakan hanyalah logo e-Taxi berukuran besar dikap mesin dan tulisan e-Taxi di samping badan mobil.
Namun, setidaknya e-Taxi benar-benar sedikit mengurangi beban mitos bahwa kendaraan listrik akan kesulitan beradaptasi dengan minimnya infrastruktur pendukung dan kerasnya kondisi jalan Ibu Kota.
Seperti e-Taxi yang ber jalan senyap di jalan, langkah Bluebird “memperkenalkan” kendaraan listrik ini seperti sebuah misi senyap atau silent operation di tengah gegap gempita diskursus mobil listrik yang tak ubahnya seperti angin surga. Penuh buaian tapi hampa dalam pelaksanaan. (Wahyu Sibarani)
(nfl)