Bebek Retro Kembali ke Jalan
A
A
A
BEBEK retro adalah sebutan untuk motor bebek yang terkenal pada 1990-an. Akhir-akhir ini banyak pabrikan motor yang kembali merilis motor jenis tersebut karena pamornya kembali naik di kalangan pencinta motor.
Salah satu yang kepincut jenis motor kuno ini adalah Ripaldi Risdianto. Sejak satu tahun yang lalu, ia mulai mengoleksi motor bebek retro. "Sebenarnya dari SMP, tahun 2007, udah pake motor bebek Honda Astrea 800, tapi itu motor bapak saya," kenang Ripaldi tentang motor bebek retro pertamanya.
Tahun 2008 motor tersebut dijual oleh ayahnya. Tak lama setelah itu kebiasaannya mengoleksi barang jadul pun redup. Barulah mulai tahun lalu, pria yang bekerja sebagai tentara ini mulai aktif lagi mencari bebek retro. "Tadinya mau beli Vespa, tapi asap yang dikeluarkan kurang baik, jadi saya cari motor lain lewat media sosial," ungkapnya.
Pilihan pun jatuh kepada Super Cub C700. Motor ini dibelinya pada Juli 2018. Ketagihan, Ripaldi yang berpangkat serda ini pun menambah lagi koleksi bebek retronya pada tahun ini, yaitu Honda Astrea Prima. Motor keduanya ini memiliki emblem body set serta emblem di sayap yang hampir semuanya terbuat dari plat bahan kuningan. "Awalnya karena unsur nostalgia, bentuknya unik dan khas, irit, dan bisa jadi koleksi dan investasi juga," katanya soal alasan memilih bebek retro.
Honda Super Cun C700 milik Ripaldi memiliki kapasitas mesin hanya 70 cc. Pengapian yang digunakan adalah platina dan hampir seluruh bentuknya kotak-kotak. Motor tersebut hanya diproduksi satu tahun, yaitu 1981. Ripaldi mengaku ia menemukan motor bebek retro koleksi pertama miliknya di kota kelahirannya, yaitu Bandung.
Ia membelinya dengan alasan warnanya yang unik, yaitu biru, dan konon merupakan barang langka. Akan tetapi, motor pertama miliknya itu harus melalui tahap restorasi terlebih dahulu.
"Saya membeli rangkanya keropos dan mesinnya masih kurang layak untuk dipakai," jelasnya. "Waktu itu saya memang belum terlalu paham dengan kondisi motor bebek retro." Dia pun harus memasukkan motor yang baru dibelinya itu sampai tiga kali masuk bengkel.
Setelah tujuh bulan melalui tahap restorasi, tepatnya pada Februari 2018 akhirnya motor tersebut dapat digunakan dan sudah 80% orisinal. Super Cub C700 tersebut dibeli Ripaldi seharga sekitar Rp12 juta. Itu sudah termasuk biaya merestorasi motor. Karena motor antik, dia pun hanya mengeluarkan bebek retronya untuk acara khusus saja.
"Sayang kalo untuk sehari-hari, ibarat orang tua kalo selalu aktivitas pasti lemas, sama dengan motor kalau terlalu digunakan malah jadi bikin penyakit nantinya. Jadi dipanasin aja tiap hari," jelas Ripaldi yang sehari-hari menggunakan Honda Beat.
Seperti Ripaldi, Mohammad Hernando juga pertama kali mengenal bebek retro dari ayahnya. "Pakai motor bebek retro sejak 2016 akhir, pakai punya bokap, jenis Astrea Grand 96. Mulai suka 2017 awal," jelasnya.
Pria yang sering disapa Nando juga memilih bebek retro dengan alasan untuk bernostalgia. "Lebih milih motor retro karena pengin bernostalgia dan jarang yang make. Kalau moge (motor gede) kurang vintage," jelasnya. Sebenarnya Nando sehari-hari pakai Mio Fino. Tapi, setelah menjajal bebek retro jenis Honda Prima milik temannya, dia pun memutuskan menjual motor Mio-nya, dan beralih ke Astrea Prima Limited Edition 1991. Motor tersebut dia beli di Depok dengan harga Rp5 juta, masih dalam bentuk bahan.
"Masih kayak bukan ngebentuk aslinya, terus saya beli, saya restorasi pelan-pelan," jelasnya. Pria kelahiran Jakarta ini merestorasi motornya secara bertahap karena menurutnya suku cadangnya susah didapat. "Enggak bisa langsung jadi karena nunggu waktu cari spare part-nya," jelas Nando yang sudah menghabiskan biaya sekitar Rp4 juta untuk restorasi.
Pria lulusan SMK jurusan automotif ini mengaku melakukan sendiri restorasi motornya. Selain itu, dia juga ikut salah satu komunitas bernama C’Duck Astrea untuk menambah wawasan tentang motor retro.
"Sekarang motornya dipake untuk bekerja juga, untuk touring juga, untuk jalan-jalan juga. Touring ke Lembang, Bandung, dan Pangandaran," jelas Nando yang berencana membeli dua motor bebek retro lagi. "Pengen beli jenis Honda WIN," katanya.
HANNA KALYCA KHOEROH GEN SINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Salah satu yang kepincut jenis motor kuno ini adalah Ripaldi Risdianto. Sejak satu tahun yang lalu, ia mulai mengoleksi motor bebek retro. "Sebenarnya dari SMP, tahun 2007, udah pake motor bebek Honda Astrea 800, tapi itu motor bapak saya," kenang Ripaldi tentang motor bebek retro pertamanya.
Tahun 2008 motor tersebut dijual oleh ayahnya. Tak lama setelah itu kebiasaannya mengoleksi barang jadul pun redup. Barulah mulai tahun lalu, pria yang bekerja sebagai tentara ini mulai aktif lagi mencari bebek retro. "Tadinya mau beli Vespa, tapi asap yang dikeluarkan kurang baik, jadi saya cari motor lain lewat media sosial," ungkapnya.
Pilihan pun jatuh kepada Super Cub C700. Motor ini dibelinya pada Juli 2018. Ketagihan, Ripaldi yang berpangkat serda ini pun menambah lagi koleksi bebek retronya pada tahun ini, yaitu Honda Astrea Prima. Motor keduanya ini memiliki emblem body set serta emblem di sayap yang hampir semuanya terbuat dari plat bahan kuningan. "Awalnya karena unsur nostalgia, bentuknya unik dan khas, irit, dan bisa jadi koleksi dan investasi juga," katanya soal alasan memilih bebek retro.
Honda Super Cun C700 milik Ripaldi memiliki kapasitas mesin hanya 70 cc. Pengapian yang digunakan adalah platina dan hampir seluruh bentuknya kotak-kotak. Motor tersebut hanya diproduksi satu tahun, yaitu 1981. Ripaldi mengaku ia menemukan motor bebek retro koleksi pertama miliknya di kota kelahirannya, yaitu Bandung.
Ia membelinya dengan alasan warnanya yang unik, yaitu biru, dan konon merupakan barang langka. Akan tetapi, motor pertama miliknya itu harus melalui tahap restorasi terlebih dahulu.
"Saya membeli rangkanya keropos dan mesinnya masih kurang layak untuk dipakai," jelasnya. "Waktu itu saya memang belum terlalu paham dengan kondisi motor bebek retro." Dia pun harus memasukkan motor yang baru dibelinya itu sampai tiga kali masuk bengkel.
Setelah tujuh bulan melalui tahap restorasi, tepatnya pada Februari 2018 akhirnya motor tersebut dapat digunakan dan sudah 80% orisinal. Super Cub C700 tersebut dibeli Ripaldi seharga sekitar Rp12 juta. Itu sudah termasuk biaya merestorasi motor. Karena motor antik, dia pun hanya mengeluarkan bebek retronya untuk acara khusus saja.
"Sayang kalo untuk sehari-hari, ibarat orang tua kalo selalu aktivitas pasti lemas, sama dengan motor kalau terlalu digunakan malah jadi bikin penyakit nantinya. Jadi dipanasin aja tiap hari," jelas Ripaldi yang sehari-hari menggunakan Honda Beat.
Seperti Ripaldi, Mohammad Hernando juga pertama kali mengenal bebek retro dari ayahnya. "Pakai motor bebek retro sejak 2016 akhir, pakai punya bokap, jenis Astrea Grand 96. Mulai suka 2017 awal," jelasnya.
Pria yang sering disapa Nando juga memilih bebek retro dengan alasan untuk bernostalgia. "Lebih milih motor retro karena pengin bernostalgia dan jarang yang make. Kalau moge (motor gede) kurang vintage," jelasnya. Sebenarnya Nando sehari-hari pakai Mio Fino. Tapi, setelah menjajal bebek retro jenis Honda Prima milik temannya, dia pun memutuskan menjual motor Mio-nya, dan beralih ke Astrea Prima Limited Edition 1991. Motor tersebut dia beli di Depok dengan harga Rp5 juta, masih dalam bentuk bahan.
"Masih kayak bukan ngebentuk aslinya, terus saya beli, saya restorasi pelan-pelan," jelasnya. Pria kelahiran Jakarta ini merestorasi motornya secara bertahap karena menurutnya suku cadangnya susah didapat. "Enggak bisa langsung jadi karena nunggu waktu cari spare part-nya," jelas Nando yang sudah menghabiskan biaya sekitar Rp4 juta untuk restorasi.
Pria lulusan SMK jurusan automotif ini mengaku melakukan sendiri restorasi motornya. Selain itu, dia juga ikut salah satu komunitas bernama C’Duck Astrea untuk menambah wawasan tentang motor retro.
"Sekarang motornya dipake untuk bekerja juga, untuk touring juga, untuk jalan-jalan juga. Touring ke Lembang, Bandung, dan Pangandaran," jelas Nando yang berencana membeli dua motor bebek retro lagi. "Pengen beli jenis Honda WIN," katanya.
HANNA KALYCA KHOEROH GEN SINDO
Politeknik Negeri Jakarta
(nfl)