Mobil Berkelas Dunia Buatan Anak SMK
A
A
A
BEBERAPA perusahaan automotif dunia membuka sekolah menengah kejuruan guna memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mampu adaptif dengan kebutuhan industri automotif.
Salah satu syarat kelulusan yang ditetapkan adalah mampu membuat mobil sendiri. Seperti apa ceritanya? Sejak enam tahun belakangan, perusahaan automotif asal Republik Ceko, Skoda, selalu menggelar event istimewa.
Setiap tahun mereka memilih sebanyak 35 siswa Skoda Vocational School untuk melakukan tugas khusus, yakni membuat mobil. Tidak main-main, mereka ditugaskan membuat mobil yang belum ada di lini produk Skoda.
Mereka hanya diperbolehkan mengambil mobil Skoda yang sudah ada, kemudian dikembangkan jadi produk baru. Tugas itu memang bukan sekadar tugas belaka. Pasalnya, Skoda menjadikan tugas itu sebagai standar kelulusan.
Jika berhasil membuat mobil, maka mereka layak untuk diluluskan dari Skoda Vocational School. Tahun ini mobil yang berhasil dibuat oleh ke-35 siswa SMK itu adalah Skoda Mountiaq Concept.
Mobil yang mereka buat merupakan pengembangan dari SUV 7 kursi, yaitu Skoda Kodiaq. Mereka mengubah mobil itu menjadi sebuah mobil kabin ganda atau pikap. Menariknya, ke-35 siswa itu mengubah total desain eksterior dan interior basis mobil itu.
Bahkan, mereka menambahkan banyak ornamen yang sangat diperlukan oleh mobil kabin ganda, seperti tali winch, bulbar, snorkel hingga lampu LED khusus yang membuat mobil ini siap menjelajahi medan berat, baik siang maupun malam hari.
“Mobil ini berhasil menunjukkan kualitas dan kompetensi teknis siswa kami. Mereka juga memiliki keahlian desain yang menakjubkan,” ujar Carsten Brandes, Kepala Sekola Skoda Vocational School. Namun, para siswa itu tidak membuat mobil itu dalam waktu singkat.
Butuh waktu 8 bulan bagi mereka untuk memfinalisasi Skoda Mountiaq Concept. Seluruh siswa tidak merakit mobil dan tinggal memasang seluruh part yang ada. Alih-alih mereka bekerja seperti halnya membuat mobil secara keseluruhan.
Proses mendesain mobil sesuai dengan ketentuan aerodinamika dan durabilitas harus dilakukan. Begitu juga dengan proses pencetakan panel mobil. Dari situlah mereka mendapatkan networking dari berbagai pihak kedua yang dibutuhkan untuk proses pembuatan mobil.
Selama proses itu berjalan, Skoda hanya bertindak sebagai observer dan membantu para siswa menemukan network yang mereka perlukan.
“Membuat mobil ini dengan tangan kami merupakan kesempatan yang unik. Kami mampu mempraktikkan seluruh teori yang kami pelajari dalam konteks praktis. Kami juga mendapatkan keuntungan karena mendapatkan koneksi dari pihak-pihak industri saat membuat mobil itu. Kami tidak akan melupakan ribuan jam yang kami habiskan dalam membuatnya,” ucap salah satu siswa Skoda Vocational School, Petr Zemanec.
Tidak jauh berbeda dengan Skoda, Volkswagen yang satu grup dengan Skoda di Volkswagen AG juga memiliki sekolah pelatihan, yakni Volkswagen Academy.
Hebatnya mereka tidak hanya membuka sekolah kejuruan itu di satu wilayah. Di beberapa lokasi di mana pabrik Volkswagen berada, mereka juga membuka sekolah itu. Seperti di Skoda Vocational School, setiap siswa Volskwagen Academy juga diwajibkan membuat mobil.
Namun, setiap sekolah meminta mereka menyesuaikan mobil yang dibuat menyesuaikan dengan kebutuhan negara di mana sekolah itu berada. Contohnya Volkswagen Academy di Pune, India yang membuat sebuah mobil pemadam kebakaran dengan ukuran mini.
Mobil itu diyakini sesuai dengan keinginan masyarakat India yang butuh mobil pemadam kebakaran yang mampu masuk ke berbagai wilayah di India yang jalannya dominan tidak lebar.
Namun, tidak semua pabrikan automotif dunia mengikuti gaya Skoda dan Volkswagen. Ada juga beberapa merek mobil di dunia melakukan cara yang berbeda. Seperti BMW dan Audi yang membuka kesempatan kepada siswa sekolah menengah kejuruan untuk berlatih langsung di pabrik mereka.
Tidak seperti Skoda, Audi dan BMW tidak membuka sekolah vokasi dalam lingkungan mereka. Alih-alih mereka membuka kesempatan kepada siswa SMK untuk latihan langsung di pabrik mereka.
Pabrik Audi di Brussels, contohnya, menerima 10 siswa menengah kejuruan yang ada di wilayah Brussels. Mereka langsung dilatih selama 600 jam untuk mampu tidak hanya mengerti masalah teknis mobil, juga membuat mobil.
“Sejak pertama kali diperkenalkan, kami anggap program ini sangat berhasil. Setelahnya kami akan mencoba memperluas program pendidikan yang kami berikan,” ujar Michael Schmid, Director of Staff Affairs Audi.
BMW malah mengaku senang dengan kehadiran para siswa SMK dalam lingkungan mereka. Mereka berencana membuka lagi kesempatan itu dengan jumlah siswa SMK yang lebih banyak.
Maggy Vankeerberghen, Direktur KTA Pro Technica, Belgia mengatakan upaya yang diberikan Audi dan BMW sangat menguntungkan buat para siswa SMK. Menurutnya, siswa SMK jadi lebih memahami dunia kerja lebih baik.
Mereka juga langsung berkenalan dengan teknologi terbaru yang diterapkan di industri automotif. “Para gurunya juga mampu mengembangkan kompetensi mereka sesuai dengan perkembangan dunia industri,” sebutnya. (Wahyu Sibarani)
Salah satu syarat kelulusan yang ditetapkan adalah mampu membuat mobil sendiri. Seperti apa ceritanya? Sejak enam tahun belakangan, perusahaan automotif asal Republik Ceko, Skoda, selalu menggelar event istimewa.
Setiap tahun mereka memilih sebanyak 35 siswa Skoda Vocational School untuk melakukan tugas khusus, yakni membuat mobil. Tidak main-main, mereka ditugaskan membuat mobil yang belum ada di lini produk Skoda.
Mereka hanya diperbolehkan mengambil mobil Skoda yang sudah ada, kemudian dikembangkan jadi produk baru. Tugas itu memang bukan sekadar tugas belaka. Pasalnya, Skoda menjadikan tugas itu sebagai standar kelulusan.
Jika berhasil membuat mobil, maka mereka layak untuk diluluskan dari Skoda Vocational School. Tahun ini mobil yang berhasil dibuat oleh ke-35 siswa SMK itu adalah Skoda Mountiaq Concept.
Mobil yang mereka buat merupakan pengembangan dari SUV 7 kursi, yaitu Skoda Kodiaq. Mereka mengubah mobil itu menjadi sebuah mobil kabin ganda atau pikap. Menariknya, ke-35 siswa itu mengubah total desain eksterior dan interior basis mobil itu.
Bahkan, mereka menambahkan banyak ornamen yang sangat diperlukan oleh mobil kabin ganda, seperti tali winch, bulbar, snorkel hingga lampu LED khusus yang membuat mobil ini siap menjelajahi medan berat, baik siang maupun malam hari.
“Mobil ini berhasil menunjukkan kualitas dan kompetensi teknis siswa kami. Mereka juga memiliki keahlian desain yang menakjubkan,” ujar Carsten Brandes, Kepala Sekola Skoda Vocational School. Namun, para siswa itu tidak membuat mobil itu dalam waktu singkat.
Butuh waktu 8 bulan bagi mereka untuk memfinalisasi Skoda Mountiaq Concept. Seluruh siswa tidak merakit mobil dan tinggal memasang seluruh part yang ada. Alih-alih mereka bekerja seperti halnya membuat mobil secara keseluruhan.
Proses mendesain mobil sesuai dengan ketentuan aerodinamika dan durabilitas harus dilakukan. Begitu juga dengan proses pencetakan panel mobil. Dari situlah mereka mendapatkan networking dari berbagai pihak kedua yang dibutuhkan untuk proses pembuatan mobil.
Selama proses itu berjalan, Skoda hanya bertindak sebagai observer dan membantu para siswa menemukan network yang mereka perlukan.
“Membuat mobil ini dengan tangan kami merupakan kesempatan yang unik. Kami mampu mempraktikkan seluruh teori yang kami pelajari dalam konteks praktis. Kami juga mendapatkan keuntungan karena mendapatkan koneksi dari pihak-pihak industri saat membuat mobil itu. Kami tidak akan melupakan ribuan jam yang kami habiskan dalam membuatnya,” ucap salah satu siswa Skoda Vocational School, Petr Zemanec.
Tidak jauh berbeda dengan Skoda, Volkswagen yang satu grup dengan Skoda di Volkswagen AG juga memiliki sekolah pelatihan, yakni Volkswagen Academy.
Hebatnya mereka tidak hanya membuka sekolah kejuruan itu di satu wilayah. Di beberapa lokasi di mana pabrik Volkswagen berada, mereka juga membuka sekolah itu. Seperti di Skoda Vocational School, setiap siswa Volskwagen Academy juga diwajibkan membuat mobil.
Namun, setiap sekolah meminta mereka menyesuaikan mobil yang dibuat menyesuaikan dengan kebutuhan negara di mana sekolah itu berada. Contohnya Volkswagen Academy di Pune, India yang membuat sebuah mobil pemadam kebakaran dengan ukuran mini.
Mobil itu diyakini sesuai dengan keinginan masyarakat India yang butuh mobil pemadam kebakaran yang mampu masuk ke berbagai wilayah di India yang jalannya dominan tidak lebar.
Namun, tidak semua pabrikan automotif dunia mengikuti gaya Skoda dan Volkswagen. Ada juga beberapa merek mobil di dunia melakukan cara yang berbeda. Seperti BMW dan Audi yang membuka kesempatan kepada siswa sekolah menengah kejuruan untuk berlatih langsung di pabrik mereka.
Tidak seperti Skoda, Audi dan BMW tidak membuka sekolah vokasi dalam lingkungan mereka. Alih-alih mereka membuka kesempatan kepada siswa SMK untuk latihan langsung di pabrik mereka.
Pabrik Audi di Brussels, contohnya, menerima 10 siswa menengah kejuruan yang ada di wilayah Brussels. Mereka langsung dilatih selama 600 jam untuk mampu tidak hanya mengerti masalah teknis mobil, juga membuat mobil.
“Sejak pertama kali diperkenalkan, kami anggap program ini sangat berhasil. Setelahnya kami akan mencoba memperluas program pendidikan yang kami berikan,” ujar Michael Schmid, Director of Staff Affairs Audi.
BMW malah mengaku senang dengan kehadiran para siswa SMK dalam lingkungan mereka. Mereka berencana membuka lagi kesempatan itu dengan jumlah siswa SMK yang lebih banyak.
Maggy Vankeerberghen, Direktur KTA Pro Technica, Belgia mengatakan upaya yang diberikan Audi dan BMW sangat menguntungkan buat para siswa SMK. Menurutnya, siswa SMK jadi lebih memahami dunia kerja lebih baik.
Mereka juga langsung berkenalan dengan teknologi terbaru yang diterapkan di industri automotif. “Para gurunya juga mampu mengembangkan kompetensi mereka sesuai dengan perkembangan dunia industri,” sebutnya. (Wahyu Sibarani)
(nfl)