Industri Automotif, Gaikindo: Indoneia Menuju Pentas Global
A
A
A
PERHELATAN Pameran akbar Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019 sukses digelar. Berbeda dari perhelatan tahun-tahun sebelumnya, kali ini Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sebagai asosiasi automotif di Tanah Air lebih menitikberatkan pada transformasi teknologi, bukan pada penjualan.
Industri automotif nasional terus melakukan inovasi. Inovasi tersebut sebagai upaya pergerakan industri automotif Indonesia untuk menyongsong kemajuan di masa depan yang lebih baik dan untuk bisa berperan lebih penting dalam tatanan jaringan industri automotif global.
“Industri kita mendapatkan kepercayaan besar dari prinsipal. Ini tentu peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi basis supply chain global,” kata Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi, kepada KORAN SINDO, di Jakarta, kemarin. Indonesia, kata Nangoi, kini menjadi kekuatan baru automotif dunia. Selain memiliki pasar yang besar, Indonesia juga memiliki industri yang kuat.
“Kita tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, tapi juga memasok kebutuhan pasar global,” ujarnya. Bahkan, industri komponen di dalam negeri juga mampu memenuhi kebutuhan komponen mobil-mobil yang diekspor ke luar negeri. “Ke depan agar posisi kita semakin kuat, perlu diperkuat pula sinergi antara Agen Pemegang Merek (APM), pemerintah, dan prinsipal,” ujarnya.
Saat ini banyak varian mobil asal Indonesia yang dipasok ke mancanegara. Tak hanya ke kawasan Asia, tapi juga ke negara-negara di kawasan Timur Tengah, Afrika, hingga Amerika Latin. Mobil-mobil seperti Toyota Fortuner, Innova, Avanza, Suzuki Carry, Ertiga, Mitsubishi Xpander, Daihatsu Gran Max, Xenia, Honda Brio, dan model lain kini sudah menjadi ikon mobil-mobil yang mampu berlaga di pentas global.
“Dengan kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pemerintah, tentu ini akan menjadikan negara kita sebagai basis produksi global,” ungkap Ketua Gaikindo Rizwan Alamsyah. Menurut dia, pemerintah juga perlu melakukan pembicaraan bilateral dengan negara-negara lain agar mobil-mobil asal Indonesia bisa dipasarkan di negara tersebut.
“Perlu juga penegasan kepada prinsipal dunia bahwa Indonesia mampu bersaing di level dunia,” sebutnya. Pelaku automotif sendiri berharap pemerintah segera menyelesaikan ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA) guna meningkatkan potensi ekspor automotif nasional. Selain sebagai pasar terbesar di kawasan Asia Tenggara, Indonesia juga merupakan salah satu negara produsen automotif dengan kapasitas terpasang yang sangat besar.
“Kepercayaan prinsipal kepada negara kita sangat besar dengan menanamkan investasi. Ini peluang agar produk asal Indonesia bisa berjaya di pentas global,” tutur Direktur PT Toyota Motors Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam. Dia mengatakan agar semakin memperkokoh posisi Indonesia, segala tantangan harus segera diselesaikan. Misalnya, tantangan berupa technical bariier dari negaranegara tujuan ekspor.
Apalagi, negaranegara di kawasan ASEAN menyepakati MRA akan mulai berlaku pada 2020. “Saat ini, untuk ekspor mobil, termasuk komponen, standar yang pakai yakni menggunakan uji tipe di negara tujuan ekspor. Sebaiknya dilakukan di negara pengekspor. Memang ini perlu pembicaraan bilateral agar ada standardisasi,” ucap Bob.
Adapun stakeholder yang terkait erat dengan MRA di antaranya Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Perindustrian. Bob menilai MRA sangat penting sehingga tercipta sertifikasi produk automotif yang disepakati bersama. Jika tidak segera diselesaikan, negara tujuan ekspor berpotensi menciptakan pembatasan teknis seperti yang pernah terjadi untuk ekspor ke Vietnam beberapa waktu lalu.
MRA akan meningkatkan ekspor automotif Indonesia dalam jangka panjang. Karena, Indonesia saat ini menjadi basis produksi beragam jenis mobil dari berbagai merek. “Karena pasar ASEAN sekitar 3,3 juta unit dan Indonesia ada di ASEAN sehingga harus memanfaatkan itu. Jangan sampai nanti investasi yang sudah ditanamkan oleh pihak prinsipal tidak dimaksimalkan,” katanya.
Industri automotif di Indonesia masih menunjukkan geliat positif dalam upaya meningkatkan kinerjanya di tengah tekanan dinamika perekonomian global. Sektor strategis ini semakin memperdalam struktur manufak turnya sehingga diyakini akan lebih berdaya saing global serta mampu memenuhi kebutuh an di pasar domestik dan ekspor.
Industri automotif nasional terus melakukan inovasi. Inovasi tersebut sebagai upaya pergerakan industri automotif Indonesia untuk menyongsong kemajuan di masa depan yang lebih baik dan untuk bisa berperan lebih penting dalam tatanan jaringan industri automotif global.
“Industri kita mendapatkan kepercayaan besar dari prinsipal. Ini tentu peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi basis supply chain global,” kata Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi, kepada KORAN SINDO, di Jakarta, kemarin. Indonesia, kata Nangoi, kini menjadi kekuatan baru automotif dunia. Selain memiliki pasar yang besar, Indonesia juga memiliki industri yang kuat.
“Kita tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, tapi juga memasok kebutuhan pasar global,” ujarnya. Bahkan, industri komponen di dalam negeri juga mampu memenuhi kebutuhan komponen mobil-mobil yang diekspor ke luar negeri. “Ke depan agar posisi kita semakin kuat, perlu diperkuat pula sinergi antara Agen Pemegang Merek (APM), pemerintah, dan prinsipal,” ujarnya.
Saat ini banyak varian mobil asal Indonesia yang dipasok ke mancanegara. Tak hanya ke kawasan Asia, tapi juga ke negara-negara di kawasan Timur Tengah, Afrika, hingga Amerika Latin. Mobil-mobil seperti Toyota Fortuner, Innova, Avanza, Suzuki Carry, Ertiga, Mitsubishi Xpander, Daihatsu Gran Max, Xenia, Honda Brio, dan model lain kini sudah menjadi ikon mobil-mobil yang mampu berlaga di pentas global.
“Dengan kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pemerintah, tentu ini akan menjadikan negara kita sebagai basis produksi global,” ungkap Ketua Gaikindo Rizwan Alamsyah. Menurut dia, pemerintah juga perlu melakukan pembicaraan bilateral dengan negara-negara lain agar mobil-mobil asal Indonesia bisa dipasarkan di negara tersebut.
“Perlu juga penegasan kepada prinsipal dunia bahwa Indonesia mampu bersaing di level dunia,” sebutnya. Pelaku automotif sendiri berharap pemerintah segera menyelesaikan ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA) guna meningkatkan potensi ekspor automotif nasional. Selain sebagai pasar terbesar di kawasan Asia Tenggara, Indonesia juga merupakan salah satu negara produsen automotif dengan kapasitas terpasang yang sangat besar.
“Kepercayaan prinsipal kepada negara kita sangat besar dengan menanamkan investasi. Ini peluang agar produk asal Indonesia bisa berjaya di pentas global,” tutur Direktur PT Toyota Motors Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam. Dia mengatakan agar semakin memperkokoh posisi Indonesia, segala tantangan harus segera diselesaikan. Misalnya, tantangan berupa technical bariier dari negaranegara tujuan ekspor.
Apalagi, negaranegara di kawasan ASEAN menyepakati MRA akan mulai berlaku pada 2020. “Saat ini, untuk ekspor mobil, termasuk komponen, standar yang pakai yakni menggunakan uji tipe di negara tujuan ekspor. Sebaiknya dilakukan di negara pengekspor. Memang ini perlu pembicaraan bilateral agar ada standardisasi,” ucap Bob.
Adapun stakeholder yang terkait erat dengan MRA di antaranya Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Perindustrian. Bob menilai MRA sangat penting sehingga tercipta sertifikasi produk automotif yang disepakati bersama. Jika tidak segera diselesaikan, negara tujuan ekspor berpotensi menciptakan pembatasan teknis seperti yang pernah terjadi untuk ekspor ke Vietnam beberapa waktu lalu.
MRA akan meningkatkan ekspor automotif Indonesia dalam jangka panjang. Karena, Indonesia saat ini menjadi basis produksi beragam jenis mobil dari berbagai merek. “Karena pasar ASEAN sekitar 3,3 juta unit dan Indonesia ada di ASEAN sehingga harus memanfaatkan itu. Jangan sampai nanti investasi yang sudah ditanamkan oleh pihak prinsipal tidak dimaksimalkan,” katanya.
Industri automotif di Indonesia masih menunjukkan geliat positif dalam upaya meningkatkan kinerjanya di tengah tekanan dinamika perekonomian global. Sektor strategis ini semakin memperdalam struktur manufak turnya sehingga diyakini akan lebih berdaya saing global serta mampu memenuhi kebutuh an di pasar domestik dan ekspor.
(don)