Sukses Offline, Pengusaha Fashion Ini Masuk Dunia Marketing Digital
A
A
A
JAKARTA - Sukses berbisnis fashion di Tanah Abang, seorang pekerja ulet mengajak semua pihak yang fokus industri ini untuk bergabung dengannya di dunia digital marketing. Dia adalah Fery Haryanto.
Meskipun baru lulus SMA, dia berani berbisnis fashion dengan langsung menjadi produsen. Kenekatannya makin menjadi-jadi saat menjual hasil produksinya di bawah harga pasar, bahkan jauh di bawah harga grosir.
Fery Haryanto mengaku sudah mempelajari bisnis fashion sejak masih duduk di bangku SMP. Itu pun dengan menjadi pelipat baju dan memasukannya ke dalam plastik. Bukan hanya itu, dia pun belajar memerhatikan pedagang yang lebih senior bagaimana cara melayani pembeli, cara bersikap terhadap pembeli atau sopan santun dalam melayani pelanggan.
Kegigihan mengumpulkan modal menumbuhkan keberaniannya untuk melangkah lebih maju lagi. Fery memutuskan mulai membuka toko sendiri, meskipun produknya masih beli dari orang tua dan kakaknya yang sudah lebih dulu memiliki toko di Tanah Abang.
Dari pengamatannya pada semua lingkungan di pusat grosir terbesar di Asia itu, yakni mulai dari kerapihan melipat baju, display produk, pelayanan pada konsumen dan harga yang bersaing, ahirnya Fery memulai semuanya di momen terbaik dari bisnis fashion di Indonesia, yakni saat Lebaran. "Kesempatan di mana setiap orang berbisnis apapun di bulan terbaik, yakni Ramadan akan mendapatkan berkah. Saya mendapatkan keberkahan dari berjualan celana wanita," tuturnya.
Dari keuntungan di bulan itu, Fery sudah merasa cukup untuk mengembangkan Usahanya dengan membeli langsung bahan dari pabrik dan memproduksi sendiri celana panjang wanita. Dari yang sebelumnya white label menjadi memiliki brand bernama FENDRA. Tidak tanggung-tanggung, FENDRA mempekerjakan dua designer fashion untuk membantu menciptakan tren di industri itu secara kekinian.
Melihat peluang yang semakin besar di dunia fashion, kini Fery merambah ke dunia digital marketing. Dia pun mulai meninggalkan Tanah Abang.
“Bukan sekadar ingin mengembangkan usaha, namun saya ingin mengajak siapapun untuk berbisnis fashion,” ucap Fery selaku owner merek FENDRA.
“Mungkin Orang menganggap saya telah sukses dalam berbisnis, namun buat saya, tingkat tertinggi dari memiliki adalah berbagi,” kata Fery menegaskan.
Fery ingin mengajak siapapun bisa merasakan kesuksesan dalam berdagang pakaian. Hanya dengan membeli empat potong celana sudah bisa menjadi agen dan menjualnya dengan harga hingga Rp150.000. "Keuntungan agen saya lebih banyak dari saya,” klaimnya.
Meskipun baru lulus SMA, dia berani berbisnis fashion dengan langsung menjadi produsen. Kenekatannya makin menjadi-jadi saat menjual hasil produksinya di bawah harga pasar, bahkan jauh di bawah harga grosir.
Fery Haryanto mengaku sudah mempelajari bisnis fashion sejak masih duduk di bangku SMP. Itu pun dengan menjadi pelipat baju dan memasukannya ke dalam plastik. Bukan hanya itu, dia pun belajar memerhatikan pedagang yang lebih senior bagaimana cara melayani pembeli, cara bersikap terhadap pembeli atau sopan santun dalam melayani pelanggan.
Kegigihan mengumpulkan modal menumbuhkan keberaniannya untuk melangkah lebih maju lagi. Fery memutuskan mulai membuka toko sendiri, meskipun produknya masih beli dari orang tua dan kakaknya yang sudah lebih dulu memiliki toko di Tanah Abang.
Dari pengamatannya pada semua lingkungan di pusat grosir terbesar di Asia itu, yakni mulai dari kerapihan melipat baju, display produk, pelayanan pada konsumen dan harga yang bersaing, ahirnya Fery memulai semuanya di momen terbaik dari bisnis fashion di Indonesia, yakni saat Lebaran. "Kesempatan di mana setiap orang berbisnis apapun di bulan terbaik, yakni Ramadan akan mendapatkan berkah. Saya mendapatkan keberkahan dari berjualan celana wanita," tuturnya.
Dari keuntungan di bulan itu, Fery sudah merasa cukup untuk mengembangkan Usahanya dengan membeli langsung bahan dari pabrik dan memproduksi sendiri celana panjang wanita. Dari yang sebelumnya white label menjadi memiliki brand bernama FENDRA. Tidak tanggung-tanggung, FENDRA mempekerjakan dua designer fashion untuk membantu menciptakan tren di industri itu secara kekinian.
Melihat peluang yang semakin besar di dunia fashion, kini Fery merambah ke dunia digital marketing. Dia pun mulai meninggalkan Tanah Abang.
“Bukan sekadar ingin mengembangkan usaha, namun saya ingin mengajak siapapun untuk berbisnis fashion,” ucap Fery selaku owner merek FENDRA.
“Mungkin Orang menganggap saya telah sukses dalam berbisnis, namun buat saya, tingkat tertinggi dari memiliki adalah berbagi,” kata Fery menegaskan.
Fery ingin mengajak siapapun bisa merasakan kesuksesan dalam berdagang pakaian. Hanya dengan membeli empat potong celana sudah bisa menjadi agen dan menjualnya dengan harga hingga Rp150.000. "Keuntungan agen saya lebih banyak dari saya,” klaimnya.
(mim)