CEO Muda Raup Pendanaan Rp37 Miliar Gara-gara Bantuin Emak

Minggu, 25 Oktober 2020 - 12:02 WIB
loading...
CEO Muda Raup Pendanaan...
CEO Profitboss, Adam Guild, saat berbicara dengan Business Insider tentang keberhasilannya menarik investor untuk mengembangkan aplikasinya. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - CEO Profitboss, Adam Guild, memiliki energi yang tak terbatas. Dari energinya itu, pemuda berusia 21 tahun ini mampu memesona pemodal ventura untuk berinvestasi di startup yang dia dirikan pada usia 18 tahun. (Baca juga: Ceo RRQ Lirik Kontestan Esports Star Indonesia, Kompetisi Makin Seru )

Ya, perusahaan Adam Guild baru-baru ini menyelesaikan putaran modal senilai Rp37 miliar yang dipimpin oleh Redpoint Ventures. Bahkan salah satu pendiri Tinder, Sean Rad, ikut menanamkan modalnya.

Laman Business Insider melaporkan, Profitboss menyediakan etalase digital gratis untuk restoran yang mengumpulkan data dari pesanan untuk membuat profil pelanggan. Restoran kemudian dapat menggunakan informasi tersebut untuk mengirimkan iklan tertarget dan reguler kepada pelanggan, yang dikenal sebagai "kampanye tetes". Terobosan ini menciptakan tingkat pengembalian bisnis yang lebih tinggi. (Baca juga: Jasa Pembuatan Website Indonesia Menggunakan Server 96 Core, Wow!)

"Kami pada dasarnya memberi mereka kampanye tetes yang dipersonalisasi dan relevan secara khusus untuk mereka berbicara tentang hidangan paling populer di restoran, tentang hidangan di menu mereka yang mungkin mereka sukai berdasarkan apa yang mereka pesan di masa lalu," kata Guild, Minggu (25/10/2020).

Guild pertama kali mengembangkan versi teknologi yang digunakan Profitboss untuk alasan lain. Yakni, membantu menjaga toko perawatan anjing milik "emak"-nya yang sedang kesulitan.

"Dia (emak) kebetulan memilih jalan yang tidak memiliki banyak lalu lintas mobil, dan tidak banyak lalu lintas pejalan kaki," kata Guild, "Jadi menemukan pelanggan untuk toko perawatan anjingnya sangat menantang."

Dengan hanya sisa uang beberapa bulan, ibunya meminta bantuan kepada Guild yang dikenal sebagai anak kutu buku.

Ketika Pemasaran Media Sosial Gagal
Guild mencoba menggunakan strategi periklanan digital konvensional pada platform seperti Facebook, Instagram, dan Yelp. Pada akhirnya, "Mereka sangat buruk karena dua alasan," kata Guild.

"Pertama, kami tidak dapat mengukur apakah mereka benar-benar berkontribusi pada pertumbuhan bisnis, seperti dari mana pelanggan sebenarnya berasal. Kedua, jelas mereka tidak benar-benar memberikan kontribusi kepada pelanggan baru, terlepas dari berapa banyak kesan yang mereka sampaikan kami mendapatkan tautan situs web itu, karena pada awalnya tidak ada banyak pelanggan," tuturnya. (Baca juga: Paket Sound System yang Cocok untuk Rapat dan Conference )

Hal itu membuat Guild membangun halaman web yang menggunakan taktik pemasaran guna mengubah pengunjung situs web menjadi pelanggan yang membayar. Metodenya disebut "pengoptimalan tingkat konversi", praktik yang bertujuan mendorong pengunjung online melakukan tindakan tertentu, biasanya dengan menguji berbagai penawaran dan teks iklan hingga menemukan penawaran yang paling berhasil.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2463 seconds (0.1#10.140)