Cruise Automation Pesaing Mobil Google

Senin, 07 Juli 2014 - 13:03 WIB
Cruise Automation Pesaing...
Cruise Automation Pesaing Mobil Google
A A A
CALIFORNIA - Perusahaan teknologi ambisius asal California, bernama Cruise Automation, mengumumkan telah memasuki tahap akhir pengembangan sistem jalan raya yang dapat diaplikasi ke dalam mobil otonom (mobil yang dapat mengemudi tanpa sopir).

Sistem tersebut bernama Crusie RP-1 yang diklaim jauh lebih maju daripada teknologi mobil otonom Google yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun. RP-1 mengandalkan peta perusahaan sendiri, sistem ini berpusat di sekitar atap mobil dengan mount sensor pod menggunakan laser, kamera dan sensor untuk lingkup jalan di depan dan mengirim data ke komputer dipasang di bagasi.

Setelah itu, komputer mengevaluasi data dan secara otomatis menyesuaikan arah kemudi, gas dan rem untuk menjaga mobil di jalurnya. Kendati demikian, pabrikan mengaku RP-1 memiliki keterbatasan. Ia mengubah jalur, tidak bisa manuver di sekitar lalu lintas padat dan tidak bekerja dalam hujan, dalam kabut tebal atau gelap.

"Anda dapat menganggap RP-1 sebagai cruise control versi lebih mewah. Beberapa orang bahkan tidak percaya cruise control, jadi saya ingin membuktikan sebagai apa cruise control seharusnya berada di tempat pertama," jelas pendiri Cruise Animation, Kyle Vogt, melansir dari Leftlanenews, Senin (7/7/2014).

Selain itu, RP-1 hanya bekerja pada jalan raya utama dan jalan raya di California dan hanya dapat diinstal pada Audi A4s dan S4S yang diproduksi setelah 2012. Sekarang Cruise sedang merancang evolusi dari RP-1 agar kompatibel dengan merek lain, tapi perusahaan belum mengumumkan kapan akan diluncurkan atau mobil apa yang akan dipakai.

Cruise mengharapkan untuk memperkenalkan-RP 1 awal tahun depan dengan harga dasar USD10.000 atau sekitar Rp119 juta. Dalam skala kecil perusahaan menargetkan dapat bersaing dengan manufaktur besar seperti Nissan dan General Motors di pasar self-driving.

"Manufaktur mobil basar cenderung jauh lebih hati-hati dalam meluncurkan teknologi baru. Karena mereka dalam risko besar jika terjadi potensi masalah dapat menyebabkan penarikan," jelas Vogt.
(dyt)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1142 seconds (0.1#10.140)