Industri Motor Harus Gabungkan Keselamatan dan Marketing
A
A
A
JAKARTA - Gelaran Indonesia Motorcycle Show (IMoS) 2014 menjadi wajah industri sepeda motor nasional. Untuk itu, Kakorlantas Polri Irjen Pol Condro Kirono berharap, produsen sepeda motor tidak hanya pandai berjualan namun juga menjual keselamatan.
"Mengabungkan upaya keselamatan dengan marketing. Memarketingkan keselamatan. SPG juga perlu bicara manfaat helm untuk keselamatan," imbuhnya saat pembukaan IMoS di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Rabu (29/10/2014).
Menurutnya, helm berstandar SNI yang diberikan pabrik ketika konsumen membeli motor bukan bonus. Namun sudah menjadi kewajiban produsen motor sebagai bentuk tanggung jawab keselamatan konsumen.
"Bagaimana industri sepeda motor ikut memarketingkan keselamatan. Mulai pra, saat dan pasca pembelian. Karena apa? Korban laka lalin (kecelakaan lalu-lintas) sangat memperihatinkan. Menduduki peringkat ke-9 sebagai pembunuh teratas di dunia," jelas dia.
Jika sampai 2020 tidak ada langkah pasti, maka angka tersebut akan naik ke urutan 5. Di Indonesia sendiri pada 2013 tercatat jumlah laka lalin mencapai 26.486 kasus. "70% masih didominasi sepeda motor," imbuhnya.
"Bagaimana pengguna tidak menjadi korban. Industri dapat meningkatkan teknologi dibidang keselamatan. Misalnya pada sistem pengereman, atau tidak menambah kecepatan tapi justru dibatasi," pinta Condro.
Meski demikian, pihaknya menegaskan, bahwa penyebab kecelakaaan tertinggi adalah manusianya. "Faktor psikologis yang naik turun, hari sedang tidak enak langsung ngebut," tambahnya.
"Kita semua harus konsern terhadap perilaku tersebut. Mengarah kepada upaya perilaku pengendara. Contohnya memperbanyak kegiatan safety driving," pungkas Condro.
"Mengabungkan upaya keselamatan dengan marketing. Memarketingkan keselamatan. SPG juga perlu bicara manfaat helm untuk keselamatan," imbuhnya saat pembukaan IMoS di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Rabu (29/10/2014).
Menurutnya, helm berstandar SNI yang diberikan pabrik ketika konsumen membeli motor bukan bonus. Namun sudah menjadi kewajiban produsen motor sebagai bentuk tanggung jawab keselamatan konsumen.
"Bagaimana industri sepeda motor ikut memarketingkan keselamatan. Mulai pra, saat dan pasca pembelian. Karena apa? Korban laka lalin (kecelakaan lalu-lintas) sangat memperihatinkan. Menduduki peringkat ke-9 sebagai pembunuh teratas di dunia," jelas dia.
Jika sampai 2020 tidak ada langkah pasti, maka angka tersebut akan naik ke urutan 5. Di Indonesia sendiri pada 2013 tercatat jumlah laka lalin mencapai 26.486 kasus. "70% masih didominasi sepeda motor," imbuhnya.
"Bagaimana pengguna tidak menjadi korban. Industri dapat meningkatkan teknologi dibidang keselamatan. Misalnya pada sistem pengereman, atau tidak menambah kecepatan tapi justru dibatasi," pinta Condro.
Meski demikian, pihaknya menegaskan, bahwa penyebab kecelakaaan tertinggi adalah manusianya. "Faktor psikologis yang naik turun, hari sedang tidak enak langsung ngebut," tambahnya.
"Kita semua harus konsern terhadap perilaku tersebut. Mengarah kepada upaya perilaku pengendara. Contohnya memperbanyak kegiatan safety driving," pungkas Condro.
(izz)