Suzuki Tunggu Kinerja Pemerintah
A
A
A
JAKARTA - PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) melakukan aksi menunggu dan melihat kinerja pemerintah terlebih dulu guna menentukan target di 2015.
"Paling cepat awal 2015 nanti baru kita bisa tetapkan target. Karena jujur saja, kami masih lihat kinerja pemerintah terlebih dahulu,” kata 4W Sales, Marketing & DND Director PT SIS, Davy J. Tuilan di Jakarta beberapa waktu lalu.
Langkah ini dipilih Suzuki, karena tidak mau gegabah menetapkan target di 2015 dan menunggu janji pemerintahan baru. Pasalnya, pertumbuhan industri automotif nasional mempunyai korelasi erat dengan kestabilan ekonomi.
"Kalau diperhatikan, pertumbuhan automotif mempunyai siklus 5 tahun. Setiap tahun politik (Pemilu) biasanya market turun hingga 10%, tapi tahun berikutnya langsung menanjak," ulas Davy.
Kendati siklus tersebut kini sudah di depan mata, namun menurut Davy hal tersebut tidak dapat dijadikan acuan semata. Banyak pihak termasuk investor dari berbagai industri belum yakin tahun depan lebih baik.
Analisa Davy, meski Suzuki masih memperoleh profit dan berhasil menaikkan market share sebesar 0,3% menjadi 13,3%. Namun 2014 merupakan tahun yang panas, karena adanya krisis fundamental dan tahun politik.
"Kalau kinerja pemerintah baik, maka tahun depan baik. Jika tidak, yang pertama terkena ialah truk lima ton karena digunakan di sektor sentral yakni di pertambangan," imbuhnya.
Setelah itu, lanjut Davy, imbas akan mulai terasa pada penjualan truk dua ton dan kemudian menjalar ke mobil penumpang. "Mobil penumpang yang mana yang pertama kena? yang pasti segmen low dulu, baru kemudian ke segmen yang makin tinggi," jelasnya.
Selain tantangan dari dalam negeri, tahun depan masih sulit diprediksi karena merupakan tahun pasar terbuka bagi negara-negara Asia Tenggara atau MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)
"Tapi saya enggak melihat ke sana. Justru MEA bagus karena ada standarisasi. Produk, komponen akan punya standar yang diukur dari MEA. Semata-mata meningkatkan kualitas," pungkas Davy.
"Paling cepat awal 2015 nanti baru kita bisa tetapkan target. Karena jujur saja, kami masih lihat kinerja pemerintah terlebih dahulu,” kata 4W Sales, Marketing & DND Director PT SIS, Davy J. Tuilan di Jakarta beberapa waktu lalu.
Langkah ini dipilih Suzuki, karena tidak mau gegabah menetapkan target di 2015 dan menunggu janji pemerintahan baru. Pasalnya, pertumbuhan industri automotif nasional mempunyai korelasi erat dengan kestabilan ekonomi.
"Kalau diperhatikan, pertumbuhan automotif mempunyai siklus 5 tahun. Setiap tahun politik (Pemilu) biasanya market turun hingga 10%, tapi tahun berikutnya langsung menanjak," ulas Davy.
Kendati siklus tersebut kini sudah di depan mata, namun menurut Davy hal tersebut tidak dapat dijadikan acuan semata. Banyak pihak termasuk investor dari berbagai industri belum yakin tahun depan lebih baik.
Analisa Davy, meski Suzuki masih memperoleh profit dan berhasil menaikkan market share sebesar 0,3% menjadi 13,3%. Namun 2014 merupakan tahun yang panas, karena adanya krisis fundamental dan tahun politik.
"Kalau kinerja pemerintah baik, maka tahun depan baik. Jika tidak, yang pertama terkena ialah truk lima ton karena digunakan di sektor sentral yakni di pertambangan," imbuhnya.
Setelah itu, lanjut Davy, imbas akan mulai terasa pada penjualan truk dua ton dan kemudian menjalar ke mobil penumpang. "Mobil penumpang yang mana yang pertama kena? yang pasti segmen low dulu, baru kemudian ke segmen yang makin tinggi," jelasnya.
Selain tantangan dari dalam negeri, tahun depan masih sulit diprediksi karena merupakan tahun pasar terbuka bagi negara-negara Asia Tenggara atau MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)
"Tapi saya enggak melihat ke sana. Justru MEA bagus karena ada standarisasi. Produk, komponen akan punya standar yang diukur dari MEA. Semata-mata meningkatkan kualitas," pungkas Davy.
(dyt)