Subsidi Mobil Listrik Thailand Kacau Balau: Perang Harga dan Industri Otomotif Terguncang!

Jum'at, 02 Agustus 2024 - 12:30 WIB
Program subsidi mobil listrik Thailand telah memicu kekacauan di pasar otomotif domestik. Foto: Reuters
JAKARTA - Program subsidi mobil listrik Thailand, yang awalnya bertujuan mulia untuk mendorong adopsi kendaraan ramah lingkungan, justru memicu kekacauan di pasar otomotif domestik.

Kebijakan ini, yang diterapkan pada tahun 2022 di bawah Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China, memberikan subsidi hingga 150.000 baht (hampir Rp70 juta) per kendaraan dan menghapus tarif impor dari China, dengan syarat produsen memproduksi jumlah yang sama di Thailand.

Pasar Banjir, Produsen Menjerit



Kelebihan pasokan, perang harga, dan gangguan rantai pasokan menjadi masalah utama yang harus segera diatasi. Foto:

Kebijakan ini telah menyebabkan kelebihan pasokan mobil listrik di Thailand. Sejak diberlakukan, 185.029 unit mobil listrik telah diimpor.

Namun, registrasi kendaraan baru hanya mencapai 86.043 unit. Artinya, ada sekitar 90.000 unit mobil listrik yang belum terjual, mengakibatkan penumpukan stok di dealer.

Akibatnya, produsen mobil listrik, khususnya dari China seperti BYD dan Neta, terpaksa memangkas harga secara agresif untuk menarik pembeli.

BYD bahkan memotong harga model Atto hingga 37%. Persaingan harga yang sengit ini tentu saja merugikan produsen mobil lokal dan mengganggu stabilitas pasar.

“Kami sedang mengalami kelebihan pasokan EV karena banyak EV yang diimpor dari Tiongkok selama dua tahun terakhir masih menumpuk di inventaris dealer,” Krisda Utamote, Presiden Asosiasi Kendaraan Listrik Thailand (EVAT), mengatakan kepada Nikkei Asia.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More