Ahli Bongkar Kelemahan Baterai LFP untuk Mobil Listrik
Selasa, 27 Agustus 2024 - 12:21 WIB
BEIJING - Penggunaan baterai jenis lithium iron phosphate (LFP) pada mobil listrik sangat populer saat ini dibandingkan nikel, mangan, cobalt (NMC). Baterai itu memiliki keunggulan menawarkan jarak tempuh yang panjang karena bisa menyimpan daya lebih besar.
Baterai LFP juga memiliki keunggulan biaya produksi lebih murah dan tingkat risiko kebakaran yang lebih rendah. Tapi di balik semua keunggulannya, terdapat kelemahan yang membuatnya tak lebih baik dari NMC.
Melansir Insideevs, sebuah studi yang dipublikasi oleh Journal Of Electrochemical Society pekan lalu, mengungkapkan kelemahan dari baterai LFP. Studi itu mengungkapkan baterai LFP akan mengalami penurunan kinerja lebih cepat apabila selalu diisi mencapai 100 persen.
Dr. Jeff Dahn selaku peneliti baterai yang memimpin Jeff Dahn Research Group merupakan salah satu penulis studi ini. Laboratoriumnya telah memainkan peran penting dalam pengembangan baterai NMC untuk Tesla.
Produsen baterai terbesar dunia CATL mengumumkan baterai Shenxing Plus LFP yang diklaim dapat menambah jarak tempuh hingga 600 km dalam waktu hanya 10 menit. Namun, studi ini menunjukkan bahwa pengisian penuh baterai LFP dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel baterai secara jangka panjang.
Para peneliti menemukan saat mengisi baterai LFP hingga penuh dapat membuat senyawa berbahaya dalam baterai akibat tegangan tinggi dan panas. Senyawa-senyawa ini dapat terakumulasi pada elektroda negatif, mengkonsumsi lithium, dan menyebabkan degradasi.
Studi ini juga menemukan hasil bahwa membiarkan baterai LFP dalam keadaan daya rendah dapat membantu memperpanjang masa pakainya. Tapi, hasil studi ini bersifat terbatas dan tetap disarankan mengikuti rekomendasi produsen mobil.
Dari hasil temuan disimpulkan meski pengisian penuh baterai LFP dapat memberikan manfaat seperti jarak tempuh lebih jauh, degradasi baterai lebih cepat apabila diisi penuh. Pemakaian normal dan perawatan yang tepat, baterai LFP masih dapat memberikan kinerja yang baik dalam jangka panjang.
Baterai LFP juga memiliki keunggulan biaya produksi lebih murah dan tingkat risiko kebakaran yang lebih rendah. Tapi di balik semua keunggulannya, terdapat kelemahan yang membuatnya tak lebih baik dari NMC.
Melansir Insideevs, sebuah studi yang dipublikasi oleh Journal Of Electrochemical Society pekan lalu, mengungkapkan kelemahan dari baterai LFP. Studi itu mengungkapkan baterai LFP akan mengalami penurunan kinerja lebih cepat apabila selalu diisi mencapai 100 persen.
Dr. Jeff Dahn selaku peneliti baterai yang memimpin Jeff Dahn Research Group merupakan salah satu penulis studi ini. Laboratoriumnya telah memainkan peran penting dalam pengembangan baterai NMC untuk Tesla.
Produsen baterai terbesar dunia CATL mengumumkan baterai Shenxing Plus LFP yang diklaim dapat menambah jarak tempuh hingga 600 km dalam waktu hanya 10 menit. Namun, studi ini menunjukkan bahwa pengisian penuh baterai LFP dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel baterai secara jangka panjang.
Para peneliti menemukan saat mengisi baterai LFP hingga penuh dapat membuat senyawa berbahaya dalam baterai akibat tegangan tinggi dan panas. Senyawa-senyawa ini dapat terakumulasi pada elektroda negatif, mengkonsumsi lithium, dan menyebabkan degradasi.
Studi ini juga menemukan hasil bahwa membiarkan baterai LFP dalam keadaan daya rendah dapat membantu memperpanjang masa pakainya. Tapi, hasil studi ini bersifat terbatas dan tetap disarankan mengikuti rekomendasi produsen mobil.
Dari hasil temuan disimpulkan meski pengisian penuh baterai LFP dapat memberikan manfaat seperti jarak tempuh lebih jauh, degradasi baterai lebih cepat apabila diisi penuh. Pemakaian normal dan perawatan yang tepat, baterai LFP masih dapat memberikan kinerja yang baik dalam jangka panjang.
(wbs)
tulis komentar anda