Alasan Honda dan Nissan Merger, Kawin Paksa Demi Melawan Tsunami EV dari China?
Senin, 23 Desember 2024 - 23:02 WIB
- Pangsa pasar EV Tiongkok di pasar global: > 50%
- Jumlah perusahaan dalam rantai pasokan otomotif Jepang: 60.000
- Nilai transaksi bisnis otomotif Jepang: Rp4.050 triliun
“Kita tidak lagi berada di zaman di mana para pembuat mobil akan bergabung bersama, menghasilkan keuntungan melalui skala ekonomi dan kemudian menginvestasikannya kembali dalam rencana restrukturisasi lima tahun," kata Sanshiro Fukao, eksekutif rekanan di Itochu Research Institute.
“Bagi Jepang, pada akhirnya ini semua tentang mobil. Jika industri otomotif tidak membaik, maka seluruh manufaktur Jepang tidak akan menjadi lebih baik," kata Takumi Tsunoda, ekonom senior di Shinkin Central Bank Research Institute.
Merger antara Honda dan Nissan merupakan langkah strategis yang diambil untuk menghadapi tantangan berat di industri otomotif global. Namun, keberhasilan "pernikahan" ini akan bergantung pada kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan pergeseran digital, berinovasi di bidang EV, dan mempertahankan keunggulan manufaktur mereka.
Akankah "kawin paksa" ini berhasil menyelamatkan mereka dari tsunami EV Tiongkok? Hanya waktu yang akanmenjawab.
- Jumlah perusahaan dalam rantai pasokan otomotif Jepang: 60.000
- Nilai transaksi bisnis otomotif Jepang: Rp4.050 triliun
“Kita tidak lagi berada di zaman di mana para pembuat mobil akan bergabung bersama, menghasilkan keuntungan melalui skala ekonomi dan kemudian menginvestasikannya kembali dalam rencana restrukturisasi lima tahun," kata Sanshiro Fukao, eksekutif rekanan di Itochu Research Institute.
“Bagi Jepang, pada akhirnya ini semua tentang mobil. Jika industri otomotif tidak membaik, maka seluruh manufaktur Jepang tidak akan menjadi lebih baik," kata Takumi Tsunoda, ekonom senior di Shinkin Central Bank Research Institute.
Baca Juga
Merger antara Honda dan Nissan merupakan langkah strategis yang diambil untuk menghadapi tantangan berat di industri otomotif global. Namun, keberhasilan "pernikahan" ini akan bergantung pada kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan pergeseran digital, berinovasi di bidang EV, dan mempertahankan keunggulan manufaktur mereka.
Akankah "kawin paksa" ini berhasil menyelamatkan mereka dari tsunami EV Tiongkok? Hanya waktu yang akanmenjawab.
(dan)
Lihat Juga :
tulis komentar anda